All Chapters of Suamiku Tidak Tahu Aku Banyak Harta: Chapter 51 - Chapter 60
114 Chapters
Bab 51 Pov Rian
P o v Rian. "Mau nggak mau, kamu harus mau Renata!" tegas om Samsul."Kenapa harus nikah sih pa? Aku bis-""Kamu mau anak ini lahir tanpa seorang ayah? kamu mau dijadikan gunjingan oleh orang - orang?" pungkas, om Samsul yang memotong komentar dari Renata. Aku dipanggil ke rumah Renata, atas permintaan om Samsul. Melihat kondisi, kandungan Renata yang semakin membesar, dan kata om Samsul, dari pada membuat aib untuk keluarga mereka, terpaksa ia menyetujui niat ku yang ingin bertanggung jawab. Dari pada anak lahir tanpa ayah dan pastinya akan menjadi gunjingan banyak orang. Aku menatap Renata yang tertunduk lesu. Se benci itu kah dia kepadaku, hingga tak ada sedikit pun rasa cinta itu? Ia yang tak bisa membantah, hanya bisa diam dan pasrah saja. "Pernikahan kalian, akan berlangsung minggu depan," "Apa pa? kok cepat banget?" "Lihatlah kandung kamu, yang semakin besar. Papa nggak mau lama - lama lagi," "Tapi pa-" "Nggak ada tapi - tapian! besok, papa menghubungi orang kepercayaan
Read more
Bab 52 Pov Rian 2
P O V Rian"Tadi kemana? kok tiba - tiba ngilang gitu?" tanyaku, ketika kami berdua sudah berada dalam kamar, saat selesai acara. "Bukan urusan kamu," Jawabnya, ketus. "Ketemuan sama Robi?" sontak, ia menatap ku, dengan tatapan tak suka, ketika aku bertanya seperti itu. "Ngobrol apa aja?" tanyaku lagi. "Bisa diam nggak? aku mau tidur." Ketusnya, yang seakan tak mau menjawab pertanyaan ku tadi. "Aku kan cuma tanya aja Ren, bener kan tadi kamu bertemu Robi?" "Kalau iya kenapa? hah?" "Nggak kenapa - napa, aku cuma mau ingatkan aja, kalau kamu itu sekarang adalah istri aku. Apa kata orang kalau kamu diam - diam bertemu pria lain dihari pernikahan kamu lagi, bukan kah itu akan menjadi perbincangan orang?" "Nggak perlu kamu ingatin aku, aku juga tahu status ku sekarang. Ingat ya, kamu itu hanya sebagai suami sementara, jadi nggak usah sok ngatur - ngatur aku!" "Aku tahu, kamu nggak perlu ingatin aku. Walaupun aku hanya sebagai suami sementara, tapi kan sekarang kamu istri sah ku, j
Read more
BAB 53 Pov Renata
P O V Renata. Bak disambar petir disiang bolong, aku dikabarkan berita kalau aku akan menikah dengan Rian dalam waktu dekat. Usaha ku untuk membatalkan sia - sia, ketika papa sudah mengatakan itu dan tidak bisa dibantah. Mama juga tak bisa membantuku kalau papa sudah mengatakan sesuatu yang tak bisa dibantah. "Mau nggak mau, kamu harus mau Renata!" tegas papa, tadi siang."Kenapa harus nikah sih pa? Aku bis-""Kamu mau anak ini lahir tanpa seorang ayah? kamu mau dijadikan gunjingan oleh orang - orang?" pungkas, papa dengan suara yang meninggi. Aku menatap Rian, yang duduk di depanku dengan tatapan jengkel. Kepa sih, dia nggak bantah omongan papa? kenapa juga dia mau bertanggung jawab. Aku tahu ini anak nya, tapi aku tak perlu dia disisi ku. "Ma, aku nggak mau menikah dengan Rian ma," rengek ku pada mama. "Sayang, mau nggak mau kamu harus mau. Niat papa itu baik. Kalau kamu nggak nikah dengan Rian, terus siapa yang akan bertanggung jawab atas anak kamu?" "Jika bukan Robi, laki -
Read more
Bab 54
Usia kandunganku sudah memasuki empat bulan. Sesuai arahan dokter Andin, aku dan Robi ke klinik nya utuk melihat jenis kelamin janin. Karena sebelumnya kami sudah membuat janji terlebih dahulu jadinya jam setengah sepuluh kami sudah berangkat. Aku menggunakan legging hitam dan dress selutut berwarna biru yang sepadan dengan kemeja Robi. Sengaja, agar pulang dari USG, langsung makan siang berdua. "Udah siap sayang?" tanya Robi, saat aku sedang berdandan. "Bentar ya, lagi dikit," "Nggak perlu dandan segala, kamu itu udah cantik banget," "Aku cuma pakai ini doang, nggak dandan yang berlebihan kali," pungkas ku, sambil menunjukan lipstik dan bedak. Entah kenapa, selama hamil kalau kemana - mana, aku hanya menggunakan benda dua itu saja. Untuk yang lain aku sangat malas menggunakan, mungkin bawahan hamil kali ya? "Selesai.""Udah?" "Iya," "Cantik banget," "Ih, orang nggak pake apa - apa kok," "Walaupun nggak makai apa - apa, tetap aja kamu itu cantik banget banget dan banget," Ak
Read more
Bab 55
"Sayang, tadi itu-" "Iya," seakan mengetahui pertanyaan nya, aku segera menjawab agar tak bertanya lagi. "Jangan bete gitu dong mukanya," "Siapa yang bete?" "Tuh, muka kamu cemberut gitu," "Ihh nggak," "Ya udah, entar sampai di mall, terserah kamu mau belanja apapun yang kamu mau," "Beneran?" tanyaku dengan girang. "Iya," "Gimana kalau kita belanja juga dengan perlengkapan calon bayi kita," "Ide bagus," Sesampainya di mall, mataku langsung tertuju pada tempat perlengkapan bayi. Dengan bantuan suami, aku memilih pakaian, dll. "Sayang, kamu nggak mau belanja pakaian mu? entar kan kita langsung ke rumah papa dan mama," tanya Robi, yang melihatku hendak keluar dari mall itu. Sontak, aku berhenti dan menatapnya dengan terkejut. "Astaga aku lupa. Untung kamu ingatin," aku menepuk jidat. Saking senangnya membeli perlengkapan calon anak ku ini, jadinya aku lupa akan semuanya. Maklum, lagi bahagia - bahagianya jadi calon ibu. Hehehe. "Nah kan, udah aku tebak pasti kamu lupa. Untu
Read more
Bab 56 Pov Renata
Bab 56 P O V RenataUsia kandungan ku sekarang sudah memasuki Sembilan bulan lebih. Aku sudah mulai merasa keram diperut yang sepertinya sebentar lagi, akan melahirkan. Rian, dialah yang selalu siaga berada disisiku, agar jika aku membutuhkan sesuatu, dengan cepat dilaksanakan. Puncak nya dimalam ini, saat semua sudah tertidur pulas, perut dan punggung ku terasa nyeri.“Aw, sakit…” aku meringis kesakitan saat perut ku terus saja terasa nyeri. “Iyan, Rian, bangun.. aw,”Aku mencoba menarik napas agar lebih rileks.“Ren? Kamu kenapa?” tanya nya, dengan wajah panik. “Aw, perutku.. sak-it,” “Sepertinya sudah waktunya kamu akan melahirkan. Tunggu sebentar,” Hardik Rian, sembari berlari menuju lemari mengambil jaket ku. “Kamu pakai ini ya, kita akan ke rumah sakit sekarang!” tukasnya. Aku hanya mengangguk setuju. Tak bisa lagi berkata - kata, sebab perut yang sakit ini membuat ku malas menangkapi. Dengan wajah panik, ia segera mengendong ku keluar dari kamar. “Bi! Bi Lin!” teriak nya
Read more
Bab 57 Pov Rian.
P O V Rian. "Silakan kamu tanda tangan surat ini," kata om Samsul saat masi aku masi berada di rumah sakit. Sekilas aku membaca isi surat itu, dan ternyata surat adalah surat perceraian ku dan Renata. Tanpa berkata - kata lagi, aku langsung menandatangani surat itu. Toh, buat apa menangkapi kalau hasil akhir tidak ada perubahan. "Sudah om," "Ingat, setelah ini bawa Anak itu bersama kamu. Jangan balik ke rumah, karena itu akan saya jual." "Iya. Baik om, Saya tak akan menggangu Renata serta keluarnya lagi,""Bagus," Setelah Renata di bolehkan pulang, aku membawa Aiden pulang ke rumah orang tuaku yang berada agak jauh dari perkotaan. Nanti disana akan di rawat mama dan Lita adik ku. Aku yang harus bekerja di kota, jadi memiliki rumah juga di kota. Tanpa berpamitan lagi, aku segera keluar dari rumah sakit itu dan menunggu jemputan agar cepat membawa Aiden pergi dari sini. "Kak!" panggil Lita. Aku segera menghampiri nya. Lita menjemput ku di rumah sakit agar segera aku membawa Aiden
Read more
Bab 58
"Jangan terlalu capek - capek ya kerjanya," ujarnya saat aku hendak turun dari mobil. "Iya sayang," jawab ku.Usia kandungangun semakin hari semakin membesar. Kini, sudah memasuki enam bulan. "Pagi bu," sapa karyawan toko ku."Pagi," Kembali pada rutinitas seperti biasa, aku mulai memeriksa pendapatan toko sebulah terakhir. Tok...Tok...Suara ketukan pintu ruangan ku dari luar."MASUK!" teriak ku dari dalam."Permisi bu, maaf menggangu. Itu diluar ada orang cari ibu," Kata Mita."Siapa Mit?" tanya ku dengan kening berkerut. Perasaan nggak ada janji sama siapa - siapa deh, kalau itu Aina pasti dia udah terobos masuk. "Saya kura tahu bu, tadi katanya teman ibu." "Temen? cewek atau cow-" "Cewek bu, cantik lagi," potong Mita, dengan berbinar. "Cewek? Siapa ya, bukan Aina?" "Bukan bu, kalau ibu Aina saya tahu bu," "Ya udah, bilangin tunggu ya saya akan kesana," "Baik bu," jawabnya lalu pergi. Aku pun keluar dengan rasa penasaran. Mungkin saja teman lama, yang ingin menanyakan
Read more
Bab 59
"Sabtu ini, kamu ada acara nggk?" tanyaku, pada Robi. "Kayaknya nggak sih, emangnya kenapa?" "Aku, mau ajak kamu ke acara nya Aiden," "Aiden? siapa dia? teman kamu?" tanya binggung. "Aduh, lupa. Kamu belum tahu siapa Aiden. Jadi Aiden itu anak nya Renata sama Rian," sontak ia menatap ku, dengan kening berkerut. "Tadi Renata datang ke toko," lanjut ku lagi, karena melihat dirinya hanya diam saja. "Ngapain dia ke toko?" "Undangan kita ke acara anak nya," "Masa cuma itu? kalian berdua kan nggak akrab," "Siapa bilang? aku sama dia udah teman kok," "Maksutnya gimana sih?" "Jadi, tadi dia ke toko ingin mengobrol denganku," "Ingin mengobrol? soal apa?" tanya nya penuh selidik. "Nel? nggak ada yang kamu nutupin dari aku kan?" tanya nya, yang seketika melihat aku diam. "Dia datang minta maaf." "Hah?" kaget Robi. "Iya. Jadi, dia datang minta maaf atas perlakuan dia dulu, dia menyesal atas perbuatanya," "Trus kamu percaya?" "Iya," "Jangan terlalu percaya sama orang kayak gitu,"
Read more
Bab 60
Plak.."Apa kamu sudah gila?! keputusan mu ini salah!" sontak, langka ku berhenti karena mendengar tamparan keras itu dan bentakan yang dilontarkan tadi. "Ini pilihan ku," Aku sedikit mengintip lewat tembok. Ternyata Renata dan om Samsul yang sedang berseteru. Rasanya aku ingin pergi dari sini, karena bukan urusan ku juga. Tapi, langkah ku berat. Aku tetap berdiri mematung dan mendengar perbincangan mereka. "Jangan b o d o h kamu! Kamu pikir, dengan begini kamu bisa bahagia? kamu akan bahagian jika kamu, nurut apa kata papa!""Nggak! Aku bahagia, dan sangat bahagia. Keputusan ku udah bulat,""Kamu pikir papa akan tinggal diam? Tidak!" "Pa, apa pun yang papa lakukan nggak akan ngaruh sama keputusan aku," "Apa ini balasan kamu kepada papa, yang sudah membesarkan kamu dan memfasilitasi kamu?"Plak... Tamparan lagi, yang Renata dapatkan. Aku yang merasa iba pada Renata, ingin sekali membantu nya. Tapi, aku tidak punya hak untuk mengikut campur urusan mereka. Dengan langka berat, ak
Read more
PREV
1
...
45678
...
12
DMCA.com Protection Status