All Chapters of Suamiku Tidak Tahu Aku Banyak Harta: Chapter 31 - Chapter 40
114 Chapters
Bab 31
Setelah kembali ke hotel, mbak Mila menghampiri kamar ku. “Mbak, belum tidur?”“Belum, belum ngantuk,”Karena tadi kami pamit pulang duluan, sekitar jam sepuluh. “Nando udah tidur mbak?“Udah, ditemani papa nya,”Jika kami bertemu seperti ini, entah itu di rumah, di rumah nya, selalu akrab dan nyambung kalau bercerita. “Mbak bosan, jadinya butuh kamu buat ngobrol. Kamu tahu sendiri kan mbak ini kalau ada teman selalu ajak ngobrol,”“Iya – iya, mbak ku yang paling cantik!"“Hahahaha, bisa aja kamu Nel, Btw mbak mau nanya sama kamu, boleh?”“Yah tentu boleh lah mbak, mbak mau nanya apa?” “Kamu kenal dekat sama Renata ya?" tanya mbak Mila. "Nggak sih mbak, cuma sebatas kenal aja sih," "Tapi tadi, mbak perhatikan kayaknya dia nggak suka deh sama kamu," "Nggak tahu juga sih mbak. Btw, mbak kenal sama Renata?" "Iya kenal, papa sama om Samsul pernah mendanai perusahan ayah waktu itu. Dan kebetulan kita itu satu circle, tapi mbak udah keluar," "Kenapa mbak?" "Karena mereka suka mem
Read more
Bab 32 Pov Robi.
Pov Robi. _Flas back._Hari ini, kata papa Renata dan om Samsul akan ke rumah. " Hay, Samsul apa kabar?" sapa papa. "Baik," jawab om Samsul, dengan mimik wajah yang arogan. 'Ada apa ini?' "Ayo masuk dulu," Sesudah om Samsul dan Renata masuk, tanpa banyak bicara, om Samsul langsung menyampaikan tujuan nya. "Langsung saja, tujuan saya datang kesini, ingin meminta pertanggung jawaban anak mu, Bondan. Robi," kata om Samsul sambil memandang ku. Aku terkejut. Bukan hanya aku saja, tapi juga papa dan mama. Mereka menatap ku binggung. Apa aku buat kesalahan terhadap om Samsul? tidak mungkin! "Pertanggung jawab apa Sul?" "Oh, jadi kalian belum tahu? Robi tidak bilang apapun kepada kamu, Bondan?" "Maksutnya apa om? apa kesalahan saya?" "Renata hamil! Renata hamil anak kamu!" sentak om Samsul, sambil menunjuk ke arah ku. "APA?!" tukas mama kaget. Bukan hanya mama, aku, papa dan Nanda juga kaget. "Apa? Renata hamil anak Robi?" "Iya om," "Saya kesini, minta pertanggung jawab atas ap
Read more
Bab 33 pov Robi, bagian 2
Bab 32 pov Robi, bagian 2.Pov Robi.“Kamu jangan macam -macam ya, aku nggak mau rencana aku sama papa gagal!”…..“Aku nggk cinta sama kamu, aku Cuma mencintai Robi!”….“Aku nggak peduli, semua itu bisa diurus papa. Lebih baik, kamu cari Wanita lain,”….“Semua bukti udah lenyap! Kamu nggak punya bukti apa – apa lagi,”….“Berani kamu lakukan itu, kamu tahu akibat nya!" ...."Walaupun anak yang aku kandung ini anak kamu, aku nggak peduli!" Mata ku membulat sempurna. Terkejut dengan apa yang terjadi! "Jelaskan! Jelaskan sekarang juga!" teriak ku, yang membuat Renata terkejut. "Ro- Robi? ka-mu dengar semua?" tanya renata terbata - bata. "Kenapa? kaget? siapa laki - laki itu?" "Robi, ini nggak seperti yang kamu dengar tadi," "Jangan bohong!" "Aku bisa jelaskan!" "Jelaskan sekarang!" "Apa yang kamu dengar nggak benar, laki -laki yang tadi telponan sama aku itu, ingin menghalangi pernikahan kita! dia nggak mau aku bahagia, dan anak yang aku kandung ini, murni anak kamu!" Entah
Read more
Bab 34
Setelah pulang dari Bali, aku masi stay di rumah yang di kampung, sekalian memantau kemajuan toko. "Mau kemana, ma?" "Ke butik. mau ikut?" "Mai banget. Papa mana ma?""Papa udah ke kantor, tapi nggak lama. Sebentar lagi pulang," "Aku siap - Siap dulu ya," "Cepetan! jangan lama," "Siap ratu!" Aku balik ke kamar dan meyiapkan diri. Setelah itu aku dan mama berangkat ke butik mama. Sekitar sepuluh menit, kami sudah sampai. Mama langsung menuju ruang kerjanya dan berbincang dengan staf nya. Mama harus mengurus klien nya. Aku pun mengelilingi butik mama. Dulu waktu masi kecil, aku sering ke sini menemani mama jahit ataupun merajut. Waktu itu perusahan papa, belum jaya seperti sekarang. Karena bosan mengelilingi butik ini, aku memutuskan untuk ke cafe 'Copbook' depan butik. [Ma, aku bosan. Jadinya aku ke cafe depan ya, Copbook,] sebuah pesan untuk mama, agar beliau tak khawatir. Sand. "Mas, Cappucino satu ya," "Mbak, mau minum disini? atau di-""Minim disini mas," potong ku, seb
Read more
Bab 35
Setelah menceritakan kejadian itu, Robi mengutarakan niatnya untuk meghalalkan aku. “Aku nggak mau terlambat lagi, aku nggak mau sia – siakan kamu, aku mau menikahi kamu. Apakah kamu mau, bersanding dengan ku?”Aku terdiam menatap wajah nya. Binggung ingin mengatakan apa.“Nel? Apa yang kamu pirkan?”“Ah, nggak-““Kamu ragu sama aku?” tanya Robi memotong ucapaan ku. Seakan tahu apa yang aku pikirkan, dia menebak. Tepat! ‘Aku ragu.’“Terus, Renata gimana?”“Kamu masi memikirkan dia? Aku udah nggak peduli sama dia dan keluarganya. Apa yang sudah merekan lakuakn itu, sudah mencemarkan nama baik aku maupun keluarga ku.”“Apan nanti mereka nggak mengusik kita?”“Aku pastikan nggak!”“Kamu tahu kan, kekuasaan om Samsul gimana? Dia bisa melakukan apa aja,”“Kenpa kamu takut kalau kekuasaan papa kamu lebih dari dia? Dan kamu piker papa ku nggak akan bertindak tegas, kalau dia macam – macam?”Aku terdiam. Benar apa kata Robi, papa juga orang hebat malahan melebihi om Samsul. Aku menatap pria
Read more
Bab 36
"Tutup dulu mata kamu,”“Ngapain sih pake nutup segala?”“Surprise. Kamu ikut aja, tutup mata pake ini,” katanya sambil mengikat kain menutupi mata ku. Setelah itu mobil lanjut melaju, sekitar dua menit mobil pun berhenti. “Udah sampai,” katanya kemudian.“Udah boleh buka?”“Belum, bentar ya,”Aku mendengar Robi turun dari mobil dan membuka pintu mobil untuk ku. Lalu, dia memegang kedua bahu ku dan menuntun aku jalan. Lalu ia berhenti, membuka ikatan tadi. “SURPRISE!”“Rumah siapa ini?” tanya ku, saat melihat rumah minimalis nan cantik, dihadapan ku ini. “Hadiah buat kamu,”“Jadi, ini hadiah yang kamu bilang tadi?”“Iya,”“Buat apa?”“Buat kita nanti, setelah nikah.”“Tapi kan, aku udah ada rumah,”“Itu kan rumah kamu, kalau ini rumah kita,”“Kan bisa kita tinggal berdua di rumah ku,”“No! kamu tahu? Aku beli ini pake hasil keringat aku sendiri. Aku mau membahagiakan kamu dengan usaha aku, aku mau kita buka lembaran baru dan mulai semuanya dibawa atap ini,”Sontak aku memeluk laki
Read more
Bab 37
Hari yang ditunggu - tunggu pun tiba. Acara digelar di rumah orang tua ku. Dengan dibaluti pakaian pengantin, hasil karya tangan berbakat ini, aku menjadi pusat perhatian para tamu. tamu yang datang lumayan banyak dari perkiraan kami. Kak Bima beserta keluarga sudah datang dua hari sebelum acara. Catering untuk acara pernikahan ini disponsori oleh restoran Robi, dan cemilan dari toko kue ku. Para tamu berdatangan mengucap salam. "Selamat ya beb, sekarang kamu nggak singel lagi, mau jalan sama aku harus izin deh," ucapan selamat dari Aina. "Hehehe, makasih ya Na, mas Bian, udah dateng." "Makasih udah dateng mas, Na," balas Robi. "Naira mana?" tanya ku, yang tak melihat keberadaan gadis kecil itu. "Nggak ikut. Tadi udah aku ajak, tapi dia nggak mau. Katanya kangen sama nenek nya, jadi dia tinggal di rumah," "Oh, nginap di rumah orang tua mu Na? atau langsung pulang?" "Kita nginap disini dulu, mumpung besok mas Bian libur, Naira juga masi kangen sama nene dan sepupu - sepupunya." J
Read more
Bab 38
Usai beberes, kami sekeluarga kembali ke kota bersama - sama. Kami berangkat pukul empat sore. Aku semobil dengan suamiku, mama mertua dan papa mertua. Sedangkan mobil kedua, kak Vela, suaminya serta anak nya dan Nanda. Empat jam perjalanan akhirnya, sampai juga di rumah pukul tujuh malam. Aku nginap di rumah Robi, atas permintaan mama mertua. Besok langsung pindah ke rumah baru kami. Saat kami tiba di rumah, tak lama kak Vela juga sampai di rumah, hanya untuk mengantar Nanda."Bi, antar pakaian Nela ke kamar Robi ya," ujar mama Lina, mertuaku itu pada art di rumah mereka. "Baik nyonya," "Ayo sayang," ajak Robi, sambil mengandeng tanganku. Aku dibawa ke kamarnya. "Istirahat dulu, kasian kamu capek di perjalanan?" "Iya," "Aku keluar sebentar ya, ada perlu sama mama," "Iya, jangan lama - lama ya," "Kenapa? kangen ya? keluar sebentar aja kok," "Ng- nggak, aku takut sendirian disini," "Iya sayang," balasnya sambil mengecup pipiku. Sial! lagi - lagi aku dibuat gugup dan kedua pi
Read more
Bab 39 Pov Robi
Pov RobiKebahagiaan yang sudah aku dambahkan, bersama Wanita yang sudah lama hadir dihati ini, akhirnya terwujud juga pada hari ini. Hari dimana aku, sah menjadi suami Ketika mengucapkan janji suci pernikahan. Dihadapan pemimpin agama, orang tua ku, orang tua nya, serta keluarga yang turut serta dalam menyaksikan pernikahan kami. Gugup, saat benda berbentuk lingkaran emas ini, aku kenakan dijari manis Wanita itu. Senyum kebahagian dan terharu beserta buliran bening jatuh dipipi. Itulah, tanda kebahagian yang kurasakan sekarang. Acara digelar di rumah orang tua mempelai wanita, atas kesepakatan bersama. Dengan dibaluti gaun pengantin, nan indah ditubuh langsing Nela, membuat aku kagum tak jemuh memandang. Apalagi, yang mendesain adalah dirinya sendiri. Entah kenapa, aku tak punya alasan mengapa aku begitu mencintai istriku ini. Cinta itu tumbuh sendiri, dan sudah lama menetap dihati tanpa aku tahuh kapan ia datang. yang terpenting, cinta yang aku nantikan sudah menjadi milikku seutuh
Read more
Bab 40
Hari ini aku dan suami akan pindah ke rumah baru yang sudah Robi beli dan memulai lembaran baru kehidupan kami. Rencananya rumahku ini akan aku jual, karena tak ada yang menepati. Lalu, bi Ijah akan ikut aku, karena jarak dari rumahnya ke rumah yang akan kami tempati lebih dekat dengan rumahnya. Setelah beres - beres, aku dan bi Ijah menunggu kedatangan Robi untuk menjemput kami. Tak lama, ia sampai. "Barang - barang nya udah semua?" "Udah," "Barang - barang bi Ijah mana?" "Nggak ada den, bibi nggak menetap disini." jawab bi Ijah."Oh, biasanya langsung pulang?" "Iya Den," "Ya udah, ayo berangkat." Mobil melaju meninggalkan pekarangan rumah ku. Rumah yang aku beli, dengan hasil keringatku sendiri. Sekarang, aku harus meninggalkan nya dan berteduh dibawah atap lain bersama orang tercinta. Setelah kami sampai, langsung menurunkan barang dan mulai mengemasi. Bi Ijah langsung ke dapur, ternyata semuanya sudah disiapkan Robi. seperti, kebutuhan dapur, isi kulkas, ruangan - ruangan
Read more
PREV
123456
...
12
DMCA.com Protection Status