All Chapters of Suamiku Tidak Tahu Aku Banyak Harta: Chapter 41 - Chapter 50
114 Chapters
Bab 41
"Kamu mau ngajak aku bulan madu?" tanya mya saat, aku sudah mengatakan ide dari Aina tadi. Aku hanya mengangguk. "Di Bali?" Angguk ku lagi. Ia diam menatapku. "Gimana mau nggak?" "Serius?" "Iya. Kalau kamu nggak mau, ya udah," "Siapa bilang aku nggak mau? aku mau kok," "Bener?" "Hem," "Tapi kamu nggak sibuk kan?" "Untuk kamu, aku nggak sibuk. Kapan ke Bali?" "Secepatnya," "Udah nggak sabar nih, mau berduaan sama aku?" Katanya sambil menarikan satu alisnya. "Iih, aku serius," "Ya udah, besok gimana?" "Besok? kok cepat banget," "Yeh, tadi bilang secepatnya," "Lusa aja ya, biar aku bisa prepare," "Niat banget ya, sampe prepare segala," "Emang kamu nggak niat, bulan madu sama aku?" "Niat dong sayang, niat banget lagi." "Okey kalau gitu lusa ya kita berangkat!" "Siap bos! Ya udah, tidur gih dah larut," Aku menarikan selimut sampai dada sambil berbalik menatap wajah lelah suamiku ini. Ia baru pulang jam sembilan malam tadi, karena katanya kerjaan yang menumpuk. "Bi
Read more
Bab 42 Pov Renata.
Pov Renata.Semua rencana yang sudah ditata rapih, hancur dalam sekejap. Gara- gara Rian s I a l an itu.Dengan keadaan yang belum vit, aku dikejutkan dengan berita kalau Robi akan menikahi Nela dalam waktu dekat. Ingin rasanya aku melenyapkan diri ini dan benih yang ku kandung. Namun gagal saat Rian megagalkan niat ku.“Kamu harus nerima kenyataan! Jangan ngelakukan hal b o d o h seperti ini,”“Kenapa kamu ada disini?! Pergi!” teriak ku, pada pria didepanku ini.“Jangan ngelakuin ini! ayo, aku antar kamu pulang,”“Nggak! aku nggak mau pulang, Lebih baik aku mati!” teriak ku frustasi.“Jangan egois Ren, ingat anak yang kamu kandung, biarkan dia hidup.”“Aku nggak peduli! Gara – gara benih kamu yang s i a la n ini, aku nggak jadi nikah!”“Aku udah berapa kali bilang, aku siap tanggung jawab.Aanak yang kamu kandung adalah anak aku Ren, Ingat itu.”“Aku tahu ini anak kamu, tapi aku nggak peduli. Aku nggak butuh tanggung jawab kamu!”“Nggak capek apa, teriak – teriak terus? Ayok, kita
Read more
Bab 43
Besok, kami akan pulang, jadi hari ini akan melanjutkan jalan - jalan dan menikmati indahnya pantai Nusa Penida. Setelah lunch, sambil bergandeng tangan, kami menuju Diamond beach. Bukan hanya itu saja, kami menghabiskan hari terakhir ini, menjelajah semua pantai. Saat sedang asyik bermain di pantai, tak sengaja aku melihat pria yang wajahnya sangat familiar. "Brian!" Panggil Robi, pada pria yang tadi tak sengaja aku lihat. "Robi? disini juga?" "Iya bro, apa kabar?" "Baik bro, kamu?" "Baik juga dong," "Sama siapa disini?" "Sama teman, kamu sendiri sama siapa?" "Oh iya, lupa. Kenalin, ini istri aku namanya Nela," Dia menatapku agak lama, seperti sama dengan ku yang tahu, kalau kami pernah bertemu. Aku pun tersenyum ke arahnya sambil memperkenalkan diri. "Nela," "Brian. Tunggu, kayaknya kita pernah ketemu deh,"Nah kan. Dia juga merasakan yang sama kayak aku. Robi menatapku dengan raut wajah bertanya, tapi aku hanya menangkapi dengan mengangkat bahu tanda tak tahu. "Kamu y
Read more
Bab 44 Pov Rian.
P o v Rian. Flash back ulang tahun Fani. Ditengah keramaian pesta dengan disoroti lampu disco party dan Dj yang meriahkan suasana itu, aku hanya memperhatikan seorang wanita ditengah pesta, yang sambil memegang gelas wine. Sekali kali, dia mencuri pandang ke arah pria yang sesang asyik mengobrol dengan kerabatnya. Wanita itu berusaha mencari perhatiannya tapi, tak digubris pria itu. 'Kasihan,' batinku kala itu. "Jangan perhatikan terus, samperin dong," ujar Baim, teman ku.Aku hanya tersenyum miring. "Kenapa? siapa tahu CLBK," "Nggak segampang itu kali," jawabku datar."Kenapa? cinta itu butuh perjuangan. Bukan perhatikan dari jauh kek gini nih," "Kamu sih enak ngomong nya, yang jalanin itu aku,""Iya bos iya,""Aku duluan cabut ya bro," pamit ku, yang sudah bosa. di acara ulang tahun ini."Loh Ian, kok cepet banget sih pulangnya? nggak mau joget dulu gitu, siapa tahu dapat cewek cakep," "Bacot. Kamu aja tuh, yang joget - joget nggak jelas sama mereka," hardik ku, sambil menunj
Read more
Bab 45 Pov Rian 2
P o v Rian dua. Aku yang mengetahui pernikahan mereka akan mendatang, seakan hati ini tak tenang. Ingin sekedar menanyakan kabar Renata, tapi selalu saja diabaikan pesan atau telpon dari ku.Hingga, datang kabar kalau mereka sedang di Bali, menghadiri acara meet and great para pengusaha terkenal di Indonesia, dan juga foto prewed untuk pernikahan mereka. Jujur saja, aku tak rela jika melihat ia bersanding dengan pria yang tak mencintai dirinya. Cinta nggak bisa dipaksa, sama kayak aku yang selalu memaksanya kembali padaku. Bukan! Aku tak memaksa, hanya saja berusaha berjuang mendapatkan cinta yang dulu. Aku percaya, dia juga masi menyimpan rasa cinta itu untuk ku. Aku mencoba menghubungi lagi, tapi nihil! Tak menyerah, aku mencoba menelpon dengan nomor baru yang tadi sudah ku beli. Deringan pertama tak diangkat. Deringan kedua juga tak diangkat. Mungkin lagi, bersenang - senang dengan calon suaminya itu. Tak lama dia mengangkat telpon. "Ha- halo?" sapanya, dari ujung sana dengan
Read more
Bab 46
"Yang, mending kamu istirahat aja deh di rumah," kataku pada Robi, yang tadi malam mengeluh tak enak badan tapi pagi ini kekeh sekali untuk ke kantor. "Aku udah baikan kok yang, lagi pula hari ini tuh ada meeting penting yang aku harus hadir," "Beneran?""Iya sayang,""Ya udah, tapi jangan terlalu capek ya, istirahat kalau capek," "Iya sayang. Jadikan kamu ngantar aku?" "Jadi dong sayang, nanti aku jemput kalau kamu udah selesai, kamu nggak boleh nyetir dulu. Hari ini pekerjaan di toko nggak terlalu banyak," "Iya sayang, kamu hari ini jadi supir sementaraku," "Siap bos, siapa mengantarkan bos kemana saja," "Hahahaha, Terima kasih sayang," "Iya, sama - sama,""Ya udah yuk, berangkat." "Bekal nya jangan lupa, kamu jangan dulu makan diluar atau di kantin kantor, makan nya bekal yang aku masak aja," "Iya sayangku," ujarnya sambil mengecup kening ku. Kami berdua pun masuk dalam mobil dan berangkat. Aku yang menyetir kali ini, karena kondisi Robi yang kurang sehat. "Ingat ya, mak
Read more
Bab 47 Pov Ririn
P o V Ririn. Aku dibuat kaget saat mas Dimas mengatakan kalau mbak Nela itu orang kaya. Bukan hanya itu, sekarang mbak Nela sudah mempunyai toko kue dan sudah membuka cabang. Aku mencoba untuk stalking mbak Nela tapi, info tentangnya tak juga aku dapat. Hingga suatu hari, ibu datang membawa roti yang banyak dan katanya itu dari mbak Nela. "Ibu bertemu degan nya diaman?" "Ibu langsung ke toko nya," "Dari mana ibu tahu tokonya?" "Waktu itu, nggak sengaja ibu bertemu Nela di mini market. Terus ibu buntuti dia, dan kamu tahu apa? Dia sekarng sangat kaya, punya rumah gede, mobil mewah, dan toko kue," "Nyesel deh aku jadinya, dukung ibu agar mas Dimas dan mbak Nela cerai," "Kok jadi ibu sih? Mana ibu tahu kalau Nela itu kaya," "Ibu juga, ngapain jodohin wanita nggak tahu diri itu sama mas Dimas? Sekarang jadi beban kan, nggak anaknya, ibunya selalu jadi beban. Gagak deh jadi orang kaya," oceh ku pada ibu. "Kalau ibu tahu Nela orang kaya, nggak mungkin ibu mau jodohin Dimas sama Far
Read more
Bab 48
Mataku tertuju pada sebuah undangan seperti buku berwarna biru, tergeletak di meja rias kamar. “Ini undangan apa?” tanyaku yang melihat sebuah undangan di atas meja. “Oh itu, undangan pernikahan Renata dan Rian,”“Mereka beneran mau nikah?”“Iya. Tuh, baca aja di undangan nya,”Aku pun membuka udangan itu dan membaca isi dalamnya. Pernikahan itu akan dilaksanakan dua hari lagi"Kok cepat banget pernikahan mereka?" tanyaku penasaran. "Katanya, emang sengaja di percepat karena keburu Renata melahirkan,"“Emang papa nya Renata udah setuju?”“Nggak tahu sih, tapi mau nggak mau harus mau. Nggak mungkin, Renata melahirkan anak itu tanpa seorang ayah. Syukur – Syukur Rian mau tanggung jawab, kalau nggak itu akan menjadi aib bagi keluarga mereka,” “Yups, bener banget. Menurutku Rian pria baik dan juga tampan, sepertinya dia sayang banget sama Renata, apalagi dia rela wajahnya dihantam om Samsul,” “Tampanan mana, akua tau dia?” Sontak aku menatap wajahnya dengan setengah tertawa. “Apa si
Read more
Bab 49
"Aku terpaksa nikah sama Rian," Langka ku terhenti, saat mendengar perkataan dari wanita yang sangat ku kenal suaranya. Ku tajaman kan pendengaran lagi, dan ternyata dia sedang berbicara dengan seseorang. "Aku cuma cinta sama kamu," "Kamu tahu kan, kalau aku cuma cinta sama Nela? apa susahnya sih, nerima Rian seperti dulu," "Perasan aku ke dia itu, udah nggak ada lagi," "Kamu itu egois Ren, kamu nggak ngerti sama perasaan orang. Bukan hanya Rian, tapi aku juga. Aku yang kamu fitnah dengan omong kosong kalian yang g i l a itu. Ingat ya Ren, karena perbuatan kamu itu, Rian harus menanggung akibatnya,""Aku minta maaf, atas kebodohan yang sudah aku lakukan," "Buka mata kamu! Rian itu masi cinta sama kamu,""Cinta itu nggak bisa dipaksa Bi," "Benar. Cinta nggak bisa dipaksa. Sama hal nya dengan aku, yang nggak bisa memaksa mencintai kamu," "Tap-" "Sayang, ternyata kamu disini? aku cariin kema - mana loh," sambar ku, di tengah perbincangan mereka. Mereka berdua kaget dengan kedat
Read more
Bab 50
Semoga apa yang di bilang Aina benar. Alangkah gembiranya diriku kalau seandainya memang benar aku hamil.Tanpa menunggu lama, aku langsung membeli test pack di apotik depan toko. Aina yang dengan tak sabar menunggu berita dari ku. "Nel? udah belom!?" tukas Aina, setengah teriak dari luar kamar mandi."Belom, tunggu!" jawabku dari dalam. Aku yang gugup dan takut, segera keluar tanpa melihat hasilnya. Aku takut salah pemikiran tentang hami, dan pastinya pupus harapanku."Gimana?" tanya nya, ketika aku sudah berada di hadapan nya. Aku tak menjawab, karena belum tahu hasilnya. "Nela?" panggil Aina, yang melihat aku diam saja."Aku belum lihat," "Mana coba aku lihat," Aku menyerahkan pada Aina dengan memejamkan mata. "AAAH! Nela!" Seketika aku terperanjat dengan teriakan Aina. "Kenapa?" "Selamat ya, kamu positif hamil!" dengan banga Aina memeluk ku. Aku yang masi tak percaya, segera mengambil alat itu dari tangan Aina. Dan ternyata benar dua garis biru. Sontak aku menangis terhar
Read more
PREV
1
...
34567
...
12
DMCA.com Protection Status