Semua Bab Dipinang Kakak Angkat: Bab 31 - Bab 40
105 Bab
31). Emosi Sagara
***"Ck, apa harus ya semacet ini?"Berdecak dengan tangan yang spontan mengepal, keluhan tersebut lantas dikatakan Sagara ketika sekarang—di salah satu jalanan kota Bandung, kemacetan menyergapnya.Keluar beberapa menit lalu dari gerbang tol, Sagara memang langsung disuguhi kondisi lalu lintas yang padat, sehingga niatnya untuk pergi ke lokasi tempat Yudistira jatuh pun memiliki kemungkinan tertunda karena selain hari yang sudah malam, jalanan pun kini gerimis.Berangkat pukul setengah enam sore lebih beberapa menit, Sagara sampai di Bandung sekitar pukul setengah sembilan setelah menempuh perjalanan tiga jam. Tak ada istirahat di rest area, Sagara sengaja terus melajukan mobilnya karena memang ketika pergi meninggalkan Jakarta, niatnya untuk melihat tempat Yudistira jatuh, cukup tinggi."Kalau begini kayanya baru besok aku bisa lihat tempat Yudistira jatuh," gumam Sagara. "Aku pengen pastiin ucapan Ferdy benar apa enggak karena bisa aja
Baca selengkapnya
32). Mencari Yudistira
***"Jadi ini jurang tempat Yudis kemarin jatuh?"Dengan kedua tangan yang terlipat di belakang punggung, Sagara lantas melontarkan pertanyaan tersebut pada Ferdy di samping kanannya. Tak lagi di gedung kosong seperti semalam, pagi ini dia memang sudah berada di atas jurang tempat Yudis kemarin jatuh, karena memang tak bisa menunda, Sagara ingin mensurvei lokasi sebelum meminta para anak buahnya mencari kekasih Elliana tersebut.Tak bersama semua anak buah, Sagara hanya ditemani Ferdy juga Oki karena kelima anak buah yang lain kini pergi untuk membeli peralatan yang akan dipakai mencari Yudistira. Tak bisa gegabah, Sagara memang harus berhati-hati memerintahkan para anak buahnya karena jurang yang kini dia datangi bisa dibilang curam—lengkap dengan berbagai jenis semak belukar, sehingga sedikit saja melakukan kesalahan, nyawa para anak buahnya bisa terancam."Iya Bos, ini," ucap Ferdy. "Lumayan curam dan kayanya di bawah semak-semak banyak batunya
Baca selengkapnya
33). Sagara Baik
***"Gimana barusan ngobrol sama Sagara? Khawatir banget ya dia pasti dengar kamu pendarahan?"Sambil menarik kursi di samping Elliana, Anindira lantas bertanya demikian pada sang putri yang beberapa waktu lalu menelepon Sagara. Tak terlalu mendengarkan karena tengah menyantap sarapan, dia memang tak terlalu tahu apa saja yang dibicarakan putrinya dengan Sagara sehingga rasa penasaran jelas datang."Iya," kata Elliana. "Dari suara bahkan pertanyaan yang dilontarin ke Aku, Kak Sagara kedengerannya khawatir, tapi sekarang aman kok. Aku udah bilang kalau aku sama anak aku baik-baik aja. Jadi Kak Sagara bisa tenang ngelayatnya karena barusan dia bilang pemakaman belum dimulai.""Syukurlah kalau gitu," kata Anindira. "Lihat gimana sayangnya Sagara sama kamu, Mama udah nyangka kalau dia bakalan panik dengar kamu masuk rumah sakit apalagi kan kamu hamil anak dia juga. Khawatirnya double."Mendengar ucapan Anindira, hati Elliana tentu saja tersen
Baca selengkapnya
34). Resah dan Dendam
***"Cukup?"Persis setelah melepaskan pagutan bibirnya dari bibir Elliana, pertanyaan singkat tersebut lantas dilontarkan Sagara pada sang istri yang kini berada persis di depannya.Tak lagi duduk di kursi seperti beberapa waktu lalu, saat ini Sagara menyandarkan tubuhnya pada bed Elliana karena memang setelah sang pujaan hati tiba-tiba saja ingin mencium bibirnya, dia memutuskan untuk beranjak dan tanpa banyak bertanya, Sagara tentu saja memberikan izin sehingga sebuah kecupan pun diberikan Elliana.Cukup di situ? Tentu saja tidak, karena setelah bersentuhan bibir, nafsu di dalam diri Sagara bangun sehingga pelan, dia mendorong tengkuk leher Elliana dan saling menautkan bibir pun terjadi selama beberapa menit sampai akhirnya di mana tempat mereka berada sekarang membuat Sagara mau pun Elliana mengakhiri kegiatan manis mereka."Kita ngapain ya barusan?" tanya Elliana dengan senyuman tipisnya. "Lagi di rumah sakit bisa-bisanya kita kaya g
Baca selengkapnya
35). Elliana dan Ramalan
***"Akhirnya pulang juga ya, Kak. Tiga malam di rumah sakit rasanya bosan banget."Duduk manis di kursi roda yang kini didorong oleh Sagara, ucapan penuh kebahagiaan tersebut lantas dikatakan Elliana pada sang kakak yang berada persis di belakangnya.Tak lagi di kamar rawat, saat ini Elliana dan Sagara tengah berada di koridor rumah sakit menuju parkiran, karena memang setelah menetap selama tiga malam dua hari, dokter menyatakan jika Elliana sudah bisa melanjutkan pemulihan di rumah.Tak dijemput Athlas mau pun Anindira, Elliana memutuskan untuk pulang berdua saja dengan Sagara karena memang tak perlu banyak orang, dia pikir bersama sang suami saja rasanya sudah cukup."Iya, tapi tetap aja kamu harus istirahat karena seperti kata dokter, setidaknya seminggu, kamu enggak boleh berkegiatan dulu demi jaga kondisi si dedek," ucap Sagara. "Dia cukup kuat, tapi kalau dibawa capek, takutnya ada apa-apa.""Iya, Kak," ucap Elliana. "Aku
Baca selengkapnya
36). Rencana untuk Cepat Pindah
***"Ck, aku kenapa sih? Gabut banget sampai harus nyari tahu di google."Berdecak sambil menghempaskan ponsel yang sejak beberapa menit lalu dipegang, Elliana emosi sendiri setelah ucapan Sagara beberapa waktu lalu melintas tanpa permisi di dalam pikiran.Tentang ramalan yang tiba-tiba diterima Elliana dari seorang perempuan asing, sebuah saran memang didapatkannya dari Sagara setelah dia bertanya dan yang dikatakan pria itu adalah; Elliana tak boleh terlalu percaya pada ramalan apa pun terlebih lagi yang meramalnya adalah orang asing.Patuh? Ya, Elliana memutuskan untuk manut pada saran sang suami sehingga setelah merasa terbebani oleh ramalan yang didapatkannya, dia berusaha membebaskan diri dan semua itu berhasil hingga persis setelah setengah jam pasca tiba di rumah, rasa penasaran kembali datang—membuatnya berinisiatif mencari tahu di internet.Tanpa sepengetahuan Sagara, Elliana melakukan semua itu setelah sang suami yang sejak tad
Baca selengkapnya
37). Yudistira Bercerita
***"Jadi Kak Gara waktu itu nawarin diri buat gantiin gue nikahin Lian dan keluarganya setuju?"Setelah mendengar informasi tentang dengan siapakah Elliana menikah hampir sebulan lalu, pertanyaan tersebut lantas dilontarkan Yudistira pada seorang pria berkacamata yang kini berdiri persis di samping bed tempatnya berbaring.Bukan orang lain, pria tersebut adalah Miko—sang asisten yang malam ini datang langsung ke Bandung setelah siang tadi Yudistira menghubunginya, dan tak bersama siapa pun, Miko berkunjung seorang diri sesuai permintaan sang atasan karena memang tak mau gegabah, Yudistira memutuskan untuk tak langsung memberitahu kedua orang tuanya sebelum dia tahu apa saja yang sudah terjadi selama dia tak ada.Meminta Miko untuk menjelaskan bagaimana situasi pestanya dan Elliana sebulan lalu, Yudistira terkejut ketika asistennya tersebut mengungkap sebuah nama yang katanya menggantikan dia menikahi sang kekasih, dan diantara banyak pria, nama S
Baca selengkapnya
38). Kiriman Kue
***"Sayang, Kakak pergi ke kantor dulu ya. Kamu baik-baik di rumah dan jangan telat makan."Berdiri dengan posisi tubuh membungkuk, Sagara lantas berucap demikian pada Elliana yang kini masih terlelap dengan nyaman di tempat tidur. Tak sekadar berpamitan, dia yang pagi ini sudah rapi dengan setelan kantor juga tanpa ragu memberikan usapan pelan di pucuk kepala sang istri dan tentu saja apa yang dilakukannya membuat Elliana terbangun."Kak."Berucap parau, itulah yang dilakukan Elliana ketika mata sayunya juga mata segar Sagara bertemu dan usai memanggil, sebuah sapaan terdengar."Morning. Maaf ya ganggu tidur kamu."Tak bangun subuh seperti biasa, tidur Elliana pagi ini memang sedikit lebih lelap dari biasanya sehingga ketika Sagara bangun pun dia tak tahu, bahkan sampai sang suami siap pergi ke kantor, Elliana masih belum membuka mata sampai akhirnya suara sang suami membuat dia terbangun."Kakak udah siap ke
Baca selengkapnya
39). Tentang Pengirim Kue
***"Lian."Baru kembali ke ruangan kerjanya sekitar pukul sebelas siang, Sagara spontan menggumamkan nama sang istri setelah panggilan tak terjawab didapatinya di ponsel yang sejak dua jam lalu disimpan di laci meja.Tak mau konsentrasi meeting terganggu, Sagara memang tak pernah membawa ponsel ketika mengadakan rapat di gedung kantor tempatnya bekerja dan sekarang setelah mendapati panggilan terlewat dari Elliana, yang dia lakukan adalah; menarik kursi kemudian menghubungi kembali sang istri.Menunggu selama beberapa detik, Sagara seketika membenarkan posisi duduknya setelah panggilan dia pada Elliana dijawab dan tentu saja tak diam, selanjutnya dia lantas berucap,"Halo, Lian.""Kak.""Maaf, Kakak baru beres meeting dan tadi enggak bawa hp," ucap Sagara tanpa basa-basi. "Kamu ada apa telepon? Apa ada sesuatu?""Hm, ada yang mau ditanyain sih, Kak, tadi, cuman enggak jadi karena aku udah nemuin jawabannya," un
Baca selengkapnya
40). Sebuah Permulaan
***[Ini Kak nomor hpnya. Ada apa-apa kabarin aku lagi ya.]Setelah sebelumnya menerima nomor ponsel dari Elliana, Sagara kembali mendapatkan pesan dari sang istri dan tentunya tanpa banyak menunda, yang dia lakukan selanjutnya adalah; membalas pesan Elliana dengan kalimat manis seperti biasa.Curiga yang mengirim kue pada Elliana adalah Yudistira, Sagara memang langsung meminta nomor yang menelepon sang istri untuk dia hubungi juga pastikan dan tentunya tanpa ada penolakan, Elliana bersedia untuk mengirim nomor tersebut padanya."Aku harus pastiin sekarang juga."Selesai membalas pesan Elliana, selanjutnya yang dilakukan Sagara adalah menghubungi nomor asing pemberian sang istri dan tak seperti Elliana yang tak bisa menghubungi nomor tersebut, panggilan dari Sagara justru terhubung sehingga perasaan tak tenang pun kini mulai datang."Ayo angkat ay-"Tak selesai Sagara bicara, panggilan darinya lebih dulu dijawab oleh sa
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
11
DMCA.com Protection Status