All Chapters of TERJEBAK DALAM DRAMA PENDEKAR AWAN: Chapter 41 - Chapter 50
50 Chapters
bab 41; Apa kau ratu kodok?
"Zhan An!" Lien Hua langsung mengarahkan sikunya pada rahang Zhan An. Namun Zhan An menggerakkan sebelah tangan dan membuat tubuh gadis itu tertahan. "Diam saja di situ. Urusanku dengan pencuri ini," ujarnya dingin. Diam-diam tangan Yuwen menarik kipas di pinggangnya. kipas berputar melesat menghantam kepala belakang Zhan An. kunciannya lepas seketika. Yuwen menarik Lien Hua dan membawanya menyingkir. "Hentikan Kai." Arumi merentangkan tangannya melindungi Lien Hua dan Yuwen. "Arumi kau melindungi pencuri itu? kau kan tahu aku membutuhkan Amethyst.""Tapi aku tidak melihat Amethyst di tubuh Yuwen," katanya pelan. "Bisa jadi dia menyembunyikankannya di tempat lain.""Kau bisa menggeledah kamarnya," sahut Lien Hua sambil menatap Yuwen. mengerti isyarat itu Yuwen pun setuju dengan pendapat gadis itu. Sebenarnya apa yang kau cari?" tanyanya pada Zhan An yang sibuk menggeledah kamar Yuwen."Kristal Amethyst.""Amethyst?""Iya. Dalam kotak kayu berukiran kecil."Mendengar itu Yuwen men
Read more
Bab 42; Aku percaya.
Mata gadis itu terbelalak melihat kodok yang berterbangan dari buku yg dilemparnya. Siapa sangka buku yang didapatnya dari Jia Li adalah buku ajaib. Dia mengambil buku itu karena butuh waktu lama untuk menyiapkan busur dan anak panah. Sementara pria itu sudah hampir menggeledah Lien Hua. Katak itu menyerang tanpa ampun. Meski terlihat normal namun ketika dia membuka mulut terlihat gigi besar dan tajam layaknya seekor monster dengan mulut yang sangat lebar. Satu persatu pria berbaju hitam itu terjatuh saat tergigit kodok, tubuh mereka seakan luruh begitu saja, nyaris tanpa tulang. "Ap-apa maksudnya Lien Hua," jawab gadis itu terbata saat Lien Hua bertanya. Apa karena pasukan kodok itu menatapnya sebelum masuk ke dalam buku. Setengah ketakutan dan penasaran dia berjalan mendekati buku yang tertutup begitu pasukan kodok itu masuk ke dalamnya.Sementara Lien Hua mengikat para pria berbaju hitam dengan sprei dan tirai jendela yang dia tarik begitu saja. "Begitu banyak keanehan yang t
Read more
bab 43 : Tak bisakah kau tetap di sini?
Ming Hao menekuk wajah melihat senyum kemenangan di wajah Arumi. Gadis itu terlalu cantik, sangat berbahaya. "Nona-""Panggil aku Arumi. Itu namaku," jawab Arumi masih menahan senyum. "Baik Nona Arumi, dimana tepatnya anda bertemu hantu yang Nona maksud," tanya Jiao Yu sambil menyodorkan segelas air, Dia ingin mendengarkan keseluruhan kisah gadis dihadapannya. Hal itu rupanya dipandang sengit oleh Zhan An dan Ming Hao. "Di mana, Kai? Aku tidak tahu namanya." Gadis itu menyikut lengan Zhan An. "Di hutan barat, pesisir desa Nahuy. Tapi sepertinya dia sudah menghilang dari tempat itu.""Kau pergi ke gua itu lagi? Kapan kau melakukannya? Bukankah kau terluka parah dan tertidur seharian?" cecar Arumi heboh, dia merasa tidak pernah melihat Zhan An beranjak dari pembaringan."Kau tidak perlu tahu. Kau terlalu sibuk mencari ayam," sahutnya dingin. "Apa kau bilang? Aku mencari ayam untuk memberimu makan. Bagaimana kalau dia menyerangmu lagi, kau mau mati?" Semprot gadis itu kesal. "Jadi
Read more
bab 44 : Aku tidak mau mati di sini.
Ming Hao tengah menyiapkan tempat tidur Jendral Jiao Yu. Malam ini rencananya Jendral akan tidur di kantor. Setelah melakukan penyelidikan di desa Nahuy, Jendral tampak sangat lelah, jadi dia ingin menyuruh pria itu cepat beristirahat. Seharusnya diusianya sekarang Jendral Jiao Yu sudah memiliki istri yang pengertian dan lembut, namun dia terlalu gila bekerja sehingga selalu mengabaikan perintah orangtuanya untuk menikah. Oleh karena itu Raja menurunkan titah untuknya mengawasi dan membantu Jendral Jiao Yu, meski awalnya tidak setuju namun Jendral menerima dan membiarkan Ming Hao mendampinginya sampai saat ini. Setelah merapikan tempat tidur dan menghidangkan minuman hangat. Pria berkulit putih itu tersenyum membayangkan pujian Jiao Yu padanya. Suara gaduh dari arah tengah membuat Ming Hao penasaran, apa Gong Min menginterogasi pengacau festival lampion? suara teriakan terdengar keras. Meski sangat tegas Gong Min tidak pernah melewati batas. Penciumannya menangkap bau benda terbak
Read more
Bab 45 : Srigala dan pria berambut perak
Arumi terdesak, tubuhnya jatuh terduduk dan terpojok di dinding. Pria bercadar itu menarik tombak lantas menekannya pada leher Arumi. Gadis itu meringis, ujung tombak yang tajam menggores kulit dan menimbulkan sensasi nyeri. "Kau tidak bisa membunuhku," ujarnya menantang, balas menatap tajam, "Aku tidak mau mati di sini."Tubuh tegap itu berhenti, seakan kalimat yang keluar dari mulut Arumi mengusiknya. Melihat hal itu Arumi mengedarkan pandangan, dia harus mencari sesuatu untuk melepaskan diri. Tiba-tiba seekor srigala berjalan dari arah sel, matanya memantau Arumi yang tampak sangat terkejut. Srigala itu mendekat lalu terbang melompat ke arah mereka. "Dibelakangmu!" seru Arumi dengan mata melotot, sontak Yongshen melepaskannya dan menahan serangan srigala dengan tombaknya. Tubuh Yongshen terjepit, dia mengumpulkan kekuatan di kaki dan menghantam perut binatang buas itu, lalu berputar dan melepaskan diri. Matanya mencari keberadaan Arumi namun gadis itu telah menghilang. Gadis ya
Read more
bab 46 ; Patah hati terbesar
"Ada apa?"tanya Arumi saat gadis itu tampak kebingungan. Dia terlihat tidak fokus dan selalu menoleh ke samping."Sepertinya, ada sesuatu. Sebentar."Lien Hua berdiri dan membawa serta cermin hingga Arumi ikut melihat. " Paman, siapa mereka?""Wanita tidak tahu diri," jawab paman Li dengan suara dingin. Arumi sempat terkejut mendengar jawaban itu karena paman Li menurutnya adalah orang yang paling sabar di Wangliang. "Arumi apa kau penasaran siapa wanita itu?" bisik Lien Hua dengan muka jahil seperti biasa. "Aku penasaran," sahut Arumi cekikikan. Suara tawa itu memaksa Zhan An, Jiao Yu dan Ming Hao memberinya tatapan heran. "Apa yang membuatmu gembira?" Zhan An mendekat dan melihat apa yang mereka bicarakan. "Wanita tidak tahu diri." "Wanita tidak tahu diri?" Zhan An mengamati wajah sesorang wanita yang tampak lewat cermin ajaib, seketika wajahnya mengeras. Secara kasar dia merampas cermin dan melemparkannya hingga berkeping. Sontak Arumi melongo dan merasa aneh dengan tindakan
Read more
Bab. 47: Hari yang sulit
"Ayah,ini calon istriku." Tiba-tiba Chen Yu datang memperkenalkan seorang wanita cantik, menurutnya, meskipun perkenalan mereka singkat namun sudah membuatnya mantap menjadikan Li Wei sebagai wanita yang akan mendampinginya sampai akhir usia. 'Apa kau yakin dengan keputusanmu Chen-chen?" tanya Yuze setelah Li Wei pulang. Meski sudah dewasa dia tetap memanggil anak semata wayangnya itu dengan nama Chen-Chen, Nama panggilan yang diberikan mending istrinya."Kenapa Ayah berkata seperti itu? Apa karena dia terlalu cantik?"Yuze tertawa spontan, "Apa yang kau katakan," tanyanya merasa geli. "Ayah tidak menyukainya karena dia terlalu cantik dari Ibu," rajuk anak itu kesal. "Kau ini." Yuze menepak bahu anaknya ringan. "Tidak ada yang lebih cantik dari Ibumu.""Kalau begitu apa karena dia bangsa siluman? bukankan aku juga setengah siluman?" Pria bermata sipit dengan alis tegas itu menatap Yuze penasaran. "Bukan seperti itu, Ayah tidak pernah mempermasalahkan soal status dan lain sebagainy
Read more
bab 48 Di ambang maut
"Di mana Amethystku." Hawa tiba-tiba terasa panas, mereka sontak menoleh, pria besar berambut merah menatap garang. Bola mata berwarna merah darah itu menguliti satu persatu wajah kelelahan di hadapannya. "Siapa kau?" tanya Qui menatap tak kalah tajam, tubuhnya bersiaga, hawa panas yang menyertai kedatangan pria bermata merah itu membawa kesuraman.Ujung matanya melihat dedaunan yang menguning lalu layu seketika, bahkan kuncup bunga menghitam dan kering. "Aku pemilik Amethyst, cepat serahkan padaku, dan jadilah hambaku. Maka kalian akan kuampuni" Dia mengangkat telapak tangan, percikan api muncul yang kelamaan membentuk gumpalan bola api. Sambil menyeringai memperlihatkan giginya yang runcing, Hei An mempermainkan bola api di telapak tangannya memantul dan berputar-putar mengelilingi mereka satu persatu. Bola api pecah dan menyebar ke segala penjuru saat Hei An menjentikkan jemari. Percikan menghantam dan membakar segala sesuatu yang mengenainya. "Lien Hua, cepat pergi." Yeye men
Read more
bab 49. Penyesalan.
Tubuh itu terbungkuk, dahi dan pipinya mengernyit, darah tersembur dari mulut, namun kedua tangannnya masih mengontrol gelembung udara yang menyelimuti Qui dan Chyou. melihat musuhnya tak bergeming, She Xian kembali mencungkil perut Yeye, menusukkan kelima jari runcing ke dalam perut Yeye dan mengeruk darah dari lubang itu.Air mata menetes dari pelupuk mata Qui, hatinya terasa tertusuk ribuan jarum melihat Yuze yang berjuang sekuat tenaga, mengobarkan nyawa demi melindungi mereka. Mata itu terpejam, tak sanggup melihat ketiadaan Yuze yang sangat menyakitkan.Balon udara terangkat dan terbang menjauh, melindungi mereka dari serangan Hei An. Setelah menerbangkan gelembung udara, lutut pria tua itu terjatuh, nafasnya tersengal, tangannya lunglai se lunglai tubuhnya yang kehabisan tenaga, darah membanjiri tubuh bagian bawah. Dia tidak mati sia-sia karena berhasil menyelamatkan Amethyst, kedua saudaranya dan Lien Hua. Dia sudah menang. Senyum terukir dari bibirnya yang dipenuhi darah,
Read more
bab 50 : Calon pengantin Jendral jiao Yu?
Arumi bersiap-siap menunggu jemputan dari Jendral Jiao. Setelah ditinggalkan Kai begitu saja, dia merasa sebatang kara, dan bingung harus kemana. Beruntung Jendral Jiao menawarkan solusi untuk menetap di kediamannya sementara sampai Arumi lebih sehat sambil memikirkan arah tujuannya. Awalnya dia berniat tinggal di penginapan Niu, namun kepingan uangnya menipis. Tawaran yang diajukan Jendral Jiao sangat menarik. Dia akan merasa aman bersama petugas pemerintah itu, selain itu tentu dia tidak perlu repot mengeluarkan uang untuk membayar penginapan dan makanan. Ini sangat luar biasa, hanya orang bodoh yang akan menolaknya."Nona, jemputan anda sudah datang." Suara laki-laki terdengar setelah ketukan pintu. Rupanya orang yang akan membawanya ke kediaman Jendral Jiao sudah tiba. Memang tadi dia meminta izin kepada Jendral Jiao untuk mengambil pakaian dan Barang-barangnya dari wisma Niu sebelum mereka berangkat ke kediaman Jendral Jiao. Jendral Jiao mengiyakan dan berkata akan mengatur or
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status