All Chapters of TERJEBAK DALAM DRAMA PENDEKAR AWAN: Chapter 11 - Chapter 20
50 Chapters
bab 11. Memikat Zhan An
Zhan An meniup peluit pemburu yang terbuat dari bambu untuk memanggil burung setelah meletakkan beberapa beberapa buah pisang dan semangkuk air.Selain berpetualang hal yang membuatnya bahagia adalah bermain bersama burung, karena kicauan burung membuatnya merasa tenang, "Kau di sini?" bisik Arumi di kupingnya"Apa yang kau lakukan," tanyanya tak senang sambil menyingkir dari Arumi. "Sejak semalam aku, eeh .... " Arumi menggigit bibirnya salah tingkah, "Sejak semalam aku mencarimu," timpalnya gugup. "Kenapa?" tanyanya gusar, entah terkena angin apa gadis bermata besar itu tiba-tiba membuatnya merasa tak nyaman. "Aku mengaku salah. Kau bukanlah Kai.""Heum ....""Kalian sangat berbeda. Zhan An terlihat sangat menawan. Terlebih saat meniup seruling ini. suara yang terdengar saangat indah." "Ini peluit bukan seruling. lagipula ini untuk memanggil burung, tidak akan semerdu itu jika kau bukan salah satu jenisnya."Jawaban menohok itu membuatnya tercengang, apa-apaan dia, "Jadi maksud
Read more
bab. 12 : Memikat Zhan An (2)
"Bagus. Pilihlah lagi." Komentar pria itu menunjukkan jempol. Apa-apaan? memangnya kau Yoongi BTS? kesal Arumi setelah mendapat acungan jempol. Dia teringat salah satu idol yang disukainya mengungkapkan pujian terbaiknya dengan emoticon jempol. "Aku akan membuatmu bertekuk lutut dihadapanku," gerutunya kesal. Bibir merah muda manyun itu beralih mengembang saat matanya menangkap bayangan baju berwarna lavender pastel dengan leher berbentuk segitiga yang tergantung.Bahannya terbuat dari sutra tipis yang bertumpuk sehingga terlihat sangat manis. Tidak ada motif pada pakaian ini hanya ada renda putih di bagian dada dan tali di bagian pinggangnya. Diintipnya Zhan An yang masih setia menunggu. Ayo kita lihat, apa kau masih tidak terpesona denganku kali ini. Dia mencuci mukanya yang sengaja digosoknya dengan sisa arang sampai bersih lalu meminta pelayanan untuk mengepang rambut panjangnya menjadi dua. Tak lupa meminta bunga dan menyelipkan di atas kupingnya. "Sempurna." ujarnya sambi
Read more
bab. 13 : Pembalasan Lien Hua
"Ada apa?" tanya Arumi menatap pupil mata Zhan An yang bergetar. Keduanya masih berpelukan di tengah-tengah pasar. Pemuda berbaju biru itu bergegas bangkit, membantunya berdiri dan membawanya ke tempat yang lebih ramai. Serangan ini ditujukan untuknya, cara bersembunyi yang paling tepat adalah berbaur di tengah kerumunan orang.Dia tidak boleh terlibat perkelahian terlebih saat ada Arumi bersamanya. Telinganya bersiaga dan matanya bergerak liar menelisik arah munculnya serangan. "Ayo kita pulang." ujarnya setelah memastikan keadaan lebih aman. ***Arumi meletakkan barang belanjaannya di atas meja, dia semakin yakin kalau pria yang bersamanya adalah Kai. Dia bukannya tidak tahu saat sebuah anak panah hampir menusuk leher pemuda itu, bahkan sebelum Kai menariknya pergi dia juga masih sempat melihat anak panah yang tertancap di tanah. Tapi sebenarnya siapa orang yang mengincar Kai? Apa yang Kai sembunyikan hingga harus menutupi identitasnya. Arumi menggeleng. Tidak perduli apapun i
Read more
bab. 14 : Mimpi yang tak selalu manis
"Maafkan aku. Kai. Huhu ..., maafkan aku ...," lirihnya tersedu sambil menutup wajah. Meluapkan curahan emosi yang dipendamnya sejak tadi. Zhan An melirik dan tak mengucap kata sepatah pun, membiarkan Arumi larut dalam tangisnya, dia hanya mengawasinya dalam diam. Setelah puas menangis Arumi beringsut, memberi jarak antara dia dan Zhan An. "Aku ingin pulang." Dia menekuk lutut dan mengalungkan kedua lengannya disana, "Kai. Tolong bantu aku. Aku melakukan hal seperti ini agar bisa kembali, maafkan aku Kai, aku tidak tahu kalau Lien Hua begitu marah padamu. Pemuda itu menghela nafas, "Kenapa kau selalu memanggilku Kai.""Karena aku mengenalmu. Kau adalah Kai.""Bagaimana Kau mengenalku?""Kenal saja. Tadi pagi, kau hampir terkena panah, apa kau baik-baik saja?" tanyanya mengalihkan pertanyaan yang sudah pasti tidak bisa dijawabnya. Zhan An tersentak, bagaimana gadis ini tahu tentang hal itu, padahal dia sudah berusaha menutupinya. "Bagaimana Kau tahu.""Aku melihatnya. Karena itu,
Read more
Bab. 15 : Ingatan yang tertinggal
KREEKKH! Leher itu terkulai seketika setelah tubuhnya menegang dengan otot yang mengeras menahan sakit. Dengan tubuh gemetar, pria berkepala botak mengintip sebentar sebelum menundukkan tatapannya ke lantai. Penguasa lembah hitam; Hei An mengelap tangannya yang bersimbah darah dengan baju pria malang yang baru dia patahkan lehernya tadi sebelum melompat masuk ke dalam bejana besar yang berisi air. Tangannya memberi isyarat agar pelayan mendekat, gadis belia berusia belasan tahun itu dengan wajah pucat buru-buru datang sambil membawa segelas air berwarna merah menyala. "Harum," katanya berkomentar setelah mengendus bibir gelas, menggoyangkan air berwarna merah lalu meneguknya dengan nikmat. Gadis belia berwajah pucat mengambil gelas yang sudah kosong lalu beringsut meninggalkan tempat itu sambil menarik mayat yang tergeletak tadi. "Ada apa?" Tatapan pria berambut merah api beralih pada sosok berkepala botak yang duduk bersimpuh sambil menunduk. "Aku hanya ingin mendengar kabar b
Read more
Bab. 16 : Pedang Langit
"Kau tidak membohongiku, kan?""Untuk apa aku membohongimu? Aku, kan ingin membantumu," imbuh Zhan An, "Hei, jangan menatapku dengan tatapan curiga seperti itu. Aku serius.""Saat langit terbelah, aku sedang membawa pedang langit. Itu sangat mengejutkan, tapi juga luar biasa, karena aku bisa bertemu denganmu," lanjutnya lagi."Pedang langit? pedang berat itu bernama pedang langit?" tanyanya kaget, setau Arumi pedang langit adalah pedang yang dimiliki Pendekar Awan, tapi kenapa ada pada pemuda gondrong ini. "Benar. Tapi untuk kau ketahui, dia tidak terlalu berat. Biasa saja," timpalnya mencemooh Arumi. "Lalu dimana pedang itu sekarang?" tanya Arumi tak perduli. Masa bodoh dengan segala ejekan Zhan An, tujuan dia hanya ingin segera pulang ke rumah. "Bukannya seharusnya aku yang bertanya di mana kamu simpan pedang itu?" decak pemuda berambut ikal itu pada Arumi, "Bukankah aku menitipkannya padamu hari itu," tekannya dengan tampang serius. "Sialan," rutuk Arumi dalam hati, tampaknya Z
Read more
Bab. 17 : Berlumur lumpur
Lien Hua tercengang dengan kecepatan tangan Zhan An yang luar biasa, entah kapan pisau kecil yang berada dipinggangnya telah dirampas dan melesat ke leher pencuri itu. "Zhan An? Apa yang kau lakukan? Yeye sedang menginterogasinya?!" sergah yeye melihat perbuatannya. "Dia melototiku, aku takut, jadi tidak sengaja aku ...." Pemuda itu berlari memeluk yeye dengan tubuh gemetaran. "Ya ampun. Apa kau takut? Tidak apa-apa Zhan An, Yeye bersamamu di sini. Semua baik-baik saja." Pria tua itu mendekap erat sambil mengelus punggungnya. "Li, bereskan semua. Aku tak ingin cucuku trauma melihat ini semua." Dia membimbing tubuh lemas Zhan An dan membawanya masuk ke rumah.Arumi menghampiri Lien Hua yang masih mematung, tampaknya dia terlalu syok dengan kejadian tadi, "Hei, sadarlah Lien Hua," tepuknya di pundak gadis itu. "Arumii ... Kau ... Kau lihat, kan tadi?" tanyanya tergagap. "Aku melihatnya.""Bagaimana bisa ... Dia .... ""Tenangkan dulu dirimu." Arumi menggandengnya masuk ke rumah se
Read more
Bab. 18 : Tanda Peringatan
"Semua persiapan sudah selesai, Tuan." wajah pria itu menunduk, sepasang tangannya beradu, tangan kiri membentuk kepalan dan tangan kanannya sementara tangan kiri terbuka lurus. Mata pria yang duduk di singgasana merah itu melebar, netra merah yang dimilikinya berkilau penuh gairah, "Bagus," sahutnya melemparkan senyum tipis "Aku penasaran, kemana lagi dia akan melarikan diri." Tubuh besar itu menyender nyaman. "Aah, Tiba-tiba aku merasa haus. haruskah kita berpesta hari ini," ujarnya memandang pria botak yang melapor dengan kaki separuh tulang. Mendadak sunyi, sekumpulan pria yang datang bersama pria botak semakin menundukkan kepala. Aura ketakutan yang mencekam sanggup membuat bulu kuduk merinding. "Ada apa dengan kesunyian ini, Uh, ini tidak menyenangkan," keluhnya merasa tak ada tanggapan. "Mereka sedang bertugas, ada baiknya mereka mempersiapkan semua agar lebih matang."Sorot mata syukur dan terimakasih memenuhi pandangan Yongshen. Sebagai wakil pimpinan dia sangat mengert
Read more
Bab. 19 : Bocah kecil bertelanjang kaki
Mata Zhan An menatap tajam benda itu, "Yeye, itu ....""Benar. Kau ingat kristal yang dulu menghilang? akhirnya dia kembali."PLAK! Lien Hua menepis tangan Zhan An yang terangkat hendak mengambil kotak kayu. "Bola matamu terlalu berbinar. Jangan-jangan kau yang merencanakan penyerangan di tempat ini. Kau bahkan tidak terluka sedikitpun," cerca gadis itu menatap sinis Zhan An seakan hendak mengulitinya. Sungguh aneh pemuda itu kelihatan rapi di saat semua pakaian mereka hampir semua terbakar walau sedikit, wajah paman Li juga terlihat sedikit menghitam, Rambut panjang Yeye sedikit terbakar dan tangan serta kaki Lien Hua menyisakan bekas merah. Sedangkan dia? wajah dan tubuhnya terlihat sangat bersih. Sontak Arumi menatapnya, benar juga, ketika mereka semua dalam keadaan kacau balau pemuda itu masih terlihat glowing. hanya kakinya saja yang masih berlumur lumpur. ck. setidaknya dia bisa berpura-pura terluka kalau ingin bersandiwara dengan benar. "Aku?tidak!." Zhan An mengangkat tang
Read more
Bab. 20 : Pria berambut perak
Setelah mengoyak roti menjadi potongan kecil, pria berambut perak memasukkannya ke dalam mulut dengan hening. "Cobalah bertahan hidup, lakukan demi dirimu sendiri, kalau itu belum cukup lakukan demi aku karena kau berhutang nyawa padaku. tapi kalau itu masih juga kurang. lakukan demi dendammu." ujarnya dengan penekanan. Dendam. mungkin itu bukan kalimat yang pas diucapkan saat ini, karena Sejak kekasihnya menusuknya dengan pisau, saat itu jiwanya telah mati. Memang pisau itu hanya belati kecil biasa namun racun yang melumurinya sanggup membunuh seekor naga. Tubuhnya yang sekarat terselamatkan setelah Syaoran meminta bantuan pada Siluman Lintah. Lintah. nama yang sangat pantas disampirkan pada makhluk biadab itu karena hidupnya sebagai parasit dan pemangsa. Dia ingat betul saat perempuan berleher panjang dengan mulut yang lebar bersedia membantu dengan syarat meminta kekekalan tubuhnya. Karena tidak ingin pemuda berambut perak itu mati, dia mengabulkan permintaan siluman Lintah da
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status