Semua Bab TAKDIR Cinta sang tuan muda : Bab 11 - Bab 20
107 Bab
CHAPTER 11 : Alen
"Bagiamana kalau aku membelikan semua merek tas?! Dior? LV? Hermes? Gucci? Prada? Tapi kurasa itu kurang, mungkin sebuah mobil baru?" Joan menggigit bibir bawahnya, mencoba memikirkan hal-hal yang lebih gila lagi."Apa sebuah tanah seluas 1 hektar? Tapi tanah untuk apa? Kurasa itu tak akan berharga bagi Kiana," Joan lalu melipat kedua tangannya di dada, berusaha mencari sesuatu yang mungkin lebih bermakna sebagai tanda permintaan maaf.Di sisi lain, Kiana juga memikirkan Joan. Lelaki itu memang tak salah apa-apa, ia hanya terlalu kesepian selama ini.Karena hal itu membuat Kiana tak fokus memperhatikan penjelasan materi dari dosennya."Kiana? Kamu melamun nak?" Tanya pak dosen membuat Kiana terlonjak."Iya pak? Maaf saya kurang enak badan," tepis Kiana dengan setengah senyum."Ya sudah, jangan di ulangi lagi. Takut kesambet,"ujar pak dosen dengan logat Jawa yang medok.Kiana hanya bisa mengangguk, masih memasang senyum tipisnya. Mencoba untuk fokus, dan membuang pikirannya tentang Joa
Baca selengkapnya
CHAPTER 12 : persaingan
"Bukan begitu! Ini … untuk anak teman mama, mama sibuk. Jadi memintaku untuk berbelanja ini semua," Kiana mengelak dengan membuat cerita lain, meski Jona bukan anak yang lahir dari rahimnya. Ia tidak mau kelak bayi kecil itu akan di olok-olok dan dianggap anak pembawa sial, jadi di buang oleh kedua orangtuanya."Oh, begitu. Aku pikir kau memiliki seorang bayi,"Alen bernafas lega setelah mendengarkan penjelasan dari Kiana."Tidak mungkin! Gila kamu!"pekik Kiana lalu memukul bahu Alen. Ia dan Alen cukup akrab tapi tidak sekarang seperti Joan, Alen hanya sebatas teman dekat."Hati-hati di jalan.""Iya, aku pamit dulu. Kamu juga hati-hati," Kiana berjalan menuju motornya yang terparkir di luar, cukup susah membawa itu semua dengan motor.Sesampainya di depan rumah Joan, Kiana tidak langsung masuk. Ia masih berusaha menyiapkan diri untuk bertemu Joan tanpa rasa canggung."Aku pulang …," sapa Kiana saat sudah berada di ruang tamu, ia mendapati rumah besar itu hening dan sunyi. Mungkin Joan
Baca selengkapnya
CHAPTER 13 : berita Jorxan group?!
Cih, pesta apa itu? Ulang tahun anak TK?"jawab Joan, lalu tertawa sombong."Joan, kau juga ak …,"belum sempat Kiana menyelesaikan kalimatnya, Joan langsung menepisnya."Aku tidak akan pergi, kau juga. Kan!?""Aku sudah berjanji untuk datang bersamamu …,"Kiana langsung tertunduk mendapati tatapan tajam kini mengarah kepadanya, tatapan itu seperti menuntut pernyataan tidak padanya.Mendengar itu Joan langsung melepas piring yang ia pengang ke wastafael, ekspresi lelaki tampan itu berubah dingin. Kiana bahkan masih tertunduk tak berani berbicara kembali."Astaga Kiana … mengapa kau mengiyakan ajakannya!? Kau tidak tahu dia itu lelaki yang busuk hati!"teriak Joan di depan wajah Kiana.Tidak ingin membuat Kiana takut, Joan berusaha menahan amarahnya. Menarik nafas dalam-dalam lalu menghembuskannya perlahan-lahan, setelah itu mengubah tatapan tajamnya agar Kiana kembali menatap matanya."Baiklah, aku dan kamu akan pergi bersama. Kita berdua, dalam satu mobil. Kau tidak boleh pergi dengan or
Baca selengkapnya
CHAPTER 14 : surat
Joan tambah terkejut mendapati sebuah berita yang mengatakan bahwa keluarganya melakukan sebuah penipuan besar serta melakukan jual beli narkoba dengan beberapa mafia. Di tambah beberapa artikel memuat tentang masa kecil Joan yang kelam dan Kedua orang tuanya di sebut"bajingan kelas kakap" siapa yang tidak marah jika orang tuanya di sebut bajingan?Joan mengepal kuat kedua tangannya, wajahnya memerah serta pembuluh darah yang tampak tegang di lehernya. Ingin sekali rasanya menghancurkan apa saja yang ada di hadapannya, namun ia urungkan karena tak ingin membuat Kiana terbangun apalagi ketakutan dengan sikapnya yang seperti kerasukan raga iblis."Siapapun orang sialan ini, aku akan mendapatkannya dengan tangan sendiri. dalam keadaan hidup-hidup!"Pagi itu Kiana bangun lebih awal untuk menyiapkan sarapan, memasak makanan kesukaan lelaki tampan itu. atas bentuk permintaan maaf sekaligus ucapan terimakasih karena sudah diberikan barang-barang mewah nan mahal.Saat sedang sibuk, tiba-tiba
Baca selengkapnya
CHAPTER 15 : kasih sayang
"kenapa tuhan tidak memberikanku kebahagian itu? Aku sudah cukup bersabar selama ini, apa masih kurang kesabaran ku?" Joan menatap Kiana dengan seringainya, meminta agar di berikan jawaban yang mungkin bisa mengubah pola berpikirnya.Kiana tersenyum miring menatap Joan."Joan, kau memang tidak sadar atau pura-pura tidak sadar!? Kekayaanmu itu kebahagiaan! Banyak orang di luar sana yang mati-matian meminta pada tuhan agar di beri kekayaan lebih seperti kau. Tapi tuhan adil, mereka memang tidak di berikan kebahagiaan lewat harta. Tapi lewat keluarga dan teman-teman.""Kau bisa membeli apa saja hari ini atau besok Dengan sesuka hati, tapi di luar sana bahkan ada orang yang pusing memikirkan bagaimana ia harus makan besok dan seterusnya! Ada orang-orang yang harus menjadi tulang punggung untuk keluarganya, memaksakan diri walau sudah lelah demi menghidupi orang-orang yang ia kasihi dan sayangi,"nafas Kiana tersengal-sengal, dadanya sesak berusaha mengatur nafas. "Apa kau tidak pernah berp
Baca selengkapnya
CHAPTER 16 : rumah sakit
Kiana tambah kesal dengan Joan yang bahkan tidak bersuara sama sekali, dada gadis itu terasa sesak untuk mengambil nafas."Joan! Jawab aku!"Kiana semakin emosi dengan sikap aneh Joan kala itu, apa maksudnya menjawab telfon Kiana tapi tak berbicara apapun. Ingin Membuat gadis itu semakin penasaran dan kesal? "Jo …," belum sempat Kiana berbicara, suara berat Joan menyaut. Suara yang terdengar serak membuat Kiana mematung."Kiana … Jona masuk rumah sakit, dia sekarang berada di ruang IGD. Berhenti meneriaki telingaku, aku lelah," lelaki tampan itu sepertinya benar-benar sangat lelah, seluruh tenaganya habis terkuras. Memikirkan perusahaan keluarganya sudah cukup membuatnya hancur.Deg!Raut wajah Kiana berubah seratus delapan puluh derajat, amarah yang terbakar perlahan memadam. Kini bukan lagi emosi yang menguasai dirinya, tetapi kekhawatiran."Kau di mana? Aku ingin bertemu denganmu …,"pinta Kiana dengan suara lirih."Di rumah sakit Danuarta," jawaban singkat Joan, ia langsung mematik
Baca selengkapnya
CHAPTER 17 : mama pulang!!
Joan tersenyum tipis lalu berkata."Melihat senyum bahagia mereka, membuatku juga ikut bahagia.""Ciah! Sahabat aku baik banget,"Kiana tertawa kecil mendengar itu."Nanti makannya pesan lewat aplikasi saja ya? Kamu tidak usah masak," Kiana hanya mengangguk mengiyakan perintah dari Joan sembari memandang keluar jendela.Sesampainya di rumah, Kiana tidak langsung membawa Jona kekamar. Karena kondisi kamar cukup berantakan, jadi Joan yang akan merapihkannya terlebih dahulu."Tunggu di sini dulu ya?"Joan mengelus-elus kepala Kiana lembut setelah itu berjalan menuju kamar Jona."Jangan sakit ya Jona? Kakak jadi sedih lihat kamu,"Kiana mengelus-elus lembut kepala Jona lalu menciumnya, tubuh bayi itu masih terasa hangat. namun sudah cukup membaik dari sebelumnya.Tok, tok, tok…Terdengar suara ketukan pintu, Kiana berpikir itu adalah kurir yang mungkin mengantar pesanan makanan joan.
Baca selengkapnya
CHAPTER 18 : gadis dermawan
"Iya, iya, iya! Kiana pulang sekarang!"Kiana segera mengambil jaket dan kunci motornya."Aku ikut, ya?"pinta Joan."Tidak usah, jaga mama dan Jona saja, " ucap kiana ketus."Hiii … kamu pikir mama anak TK kayak kamu? Mama bisa jaga diri, sudah Joan, pergi sana nak,"ucap dania mengelus lembut punggung Joan mendorong pelan tubuh kekar lelaki tampan itu ke arah Kiana."Sebenarnya anak mama siapa? Aku atau Joan?"batin Kiana menatap Dania keheranan dengan sudut mulutnya terangkat tak percaya.Mereka pun berjalan berdampingan menuju halaman rumah."Naik mobil saja, panas."Joan membuka tiga kancing kemejanya sebelum masuk ke dalam mobil, memang sudah menuju waktu senja. Namun entah kenapa matahari masih saja terik."Joan? Ini kita tidak mimpi, kan? Mama beneran lagi jagain Jona, kan?" Kiana menyandarkan tubuhnya ke kursi sembari menutupi kedua wajahnya dengan tangan."Kalau mau tahu ini mimpi atau tidak, coba cium aku! Jika kau merasakannya berarti nyata!" Tantang Joan dengan tatapan mesum
Baca selengkapnya
CHAPTER 19 : alen
"Tidak, baru saja ada bidadari yang menebarkan senyum kebahagiaan pada orang lain,"ucap Joan lalu tertawa kecil."Ah, itu wajar Joan. Apa kau tidak kasihan melihat tubuh kurus pak nuga yang harus memaksa bekerja sementara anak dan menantunya hanya berdiam diri di rumah! Tak tahu malu,"pekik Kiana dengan nada ketus, lalu mendengus kasar sembari melipat kedua tangannya di dada."Kenapa tidak menyuruh pak nuga untuk tinggal di rumahmu saja? Lagi pula istrinya juga sudah tiada,kan? Anak-anaknya sudah menjadi tanggung jawab para suaminya, bukan pak nuga lagi!"jelas Joan, sama kesalnya seperti Kiana."Masalahnya hati pak nuga terlalu lembut, ia tak tega meninggalkan anak dan cucunya hidup dalam kesengsaraan. Orang tua mana yang mau anak-anaknya menderita tetapi ia hanya diam saja seperti sebuah benda mati?""Aku sekarang mengerti, mengapa banyak orang tua yang mengekang anaknya untuk hal-hal baru, karena ia sudah tau akan seperti apa kedepannya. Tidak ada orang tua yang egois, mereka juga o
Baca selengkapnya
CHAPTER 20 : Alen yang gila
"Oh, boleh saja. Di sini juga cukup mencekam jika hanya sendiri.""Kalau begitu di sana saja,"Alen menunjuk toko roti itu, menuntun Kiana dengan memegang punggungnya lembut.Merasa kurang nyaman dengan posisinya dan Alen, Kiana mengambil tangan lelaki tampan itu lalu menaruhnya ke bawah, setelah itu memegang kemeja hitam Alen."Kamu mau genggam tangan saya juga boleh," tawar Alen dengan wajah sumringah."Ti-tidak perlu, begini saja."Alen terus memandang Kiana dengan tatapan kekaguman yang tak bisa ia kendalikan, senyumannya tersebar kemana-mana." Ah, bagaimana cara memilikinya ya tuhan! Saya sungguh mengagumi keindahan ciptaan mu ini!"Alen berteriak dalam batinnya, pikiran tentang keinginan memiliki Kiana membuatnya gila."Alen? Hey …," Kiana melambai-lambaikan tangannya di depan wajah Alen."Bagaimana caranya?"celetuk Alen membuat Kiana keheranan."Apa?"tanya Kiana mendekatkan wajahnya pada Alen, ia tidak mengerti mengapa tiba-tiba Alen bertanya di keheningan itu.Deg!Jantung Alen
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
11
DMCA.com Protection Status