All Chapters of Dosa Termanis dengan Calon Iparku: Chapter 21 - Chapter 30
95 Chapters
Harus kerja!
Sore ini Kai berencana pergi ke suatu tempat untuk menemui seseorang yang sudah beberapa kali menghubungi dirinya. Karena sibuk mengurus beberapa usaha kecil-kecilan yang dia jalani selama ini, Kai hampir tak memiliki waktu untuk menepati janjinya pada orang tersebut. Ditambah dengan sakitnya Safira selama tiga hari ini, membuat kesibukan Kai menjadi dua kali lipat. Entah kenapa, semenjak Arkana memberinya tanggung jawab untuk menjaga Safira, Kai menjadi benar-benar menjalankan perannya sebagai seorang adik yang baik. Menjaga serta memastikan keadaan Safira yang ditinggal sang calon suami ke luar negeri. "Kayaknya gue udah berlebihan. Gue harusnya gak pakek perasaan ke Safira. Inget tujuan lu, Kai. Elu harus hancurin hati Arkana lewat Safira. Dengan begitu, semua yang elu alamin selama ini jadi impas. Buat apa coba, lu capek-capek ngerawat dia yang lagi sakit? Ck!" Kai baru menyadari jika selama beberapa hari ini semua tak berjalan sesuai dengan rencananya.Setelah memastikan penamp
Read more
Kelancangan Safira~
Meski kondisinya sudah agak membaik, Safira belum sepenuhnya pulih. Terkadang rasa pusing masih mendera kepalanya ketika bangkit dari duduk. Pandangannya pun terkadang mengabur tiba-tiba dan tengkuknya terasa sedikit berat. Kemarin, Kai juga sempat membawanya periksa ke dokter, karena demamnya yang tak kunjung turun. Dokter mengatakan jika tekanan darah Safira rendah dan tidak boleh terlalu lelah. Pemicu utamanya adalah stress. Pertengkaran dengan ayahnya beberapa waktu lalu kemungkinan menjadi penyebab Safira jadi banyak pikiran. Banyak hal yang dia tak mengerti hingga detik ini, perihal perubahan drastis ayahnya yang dulu terkenal sebagai ayah yang ideal. Januar begitu tega menyakiti batin Safira tanpa memikirkan perasaan putrinya itu. Melimpahkan tumpukan utang-utang yang jumlahnya begitu besar."Fir." Lolita mendekati Safira yang baru saja selesai meminum obatnya di ruangan khusus pekerja perempuan. Dia berdiri di samping Safira yang sedang duduk di
Read more
Amarah Kai~
Sudah lebih dari tiga puluh menit Kai berada di ruangan yang sama dengan Safira. Jarak duduk yang hanya beberapa jengkal saja, memudahkan Kai untuk mengawasi Safira yang sedang menemani Juan bernyanyi dan minum. Riuhnya musik tak serta merta membuat tenang pikiran Kai yang tengah dilanda kekesalan.Kai kesal? Kenapa? Kenapa dirinya mati-matian menahan kesal saat melihat Juan dengan santainya memegang-megang bagian tubuh Safira. Temannya itu sungguh tak bisa mengondisikan tangannya. Setiap ada kesempatan, maka Juan tak menyia-nyiakannya.Seperti sekarang ini. Juan bernyanyi sambil mengerling nakal kepada Safira yang duduk di sampingnya. Malah dengan sengaja melingkarkan lengannya di pinggul Safira, lalu merapatkan kakinya di tungkai perempuan yang malam ini sungguh terlihat berbeda. Kai tidak menyangka, jika Safira seberani itu dalam berpakaian. Baju tanpa lengan yang dikenakan memamerkan lekukan tubuh Safira sangat nyata. Apalagi di bagian dada. Pria mana yang tidak tergiur melihat i
Read more
Bingung~
"Eugh ..." gumam Safira sambil menggeliat. Kedua kelopak matanya berkedip-kedip, lalu perlahan-lahan terbuka. Namun, seketika Safira menyipitkan mata karena sorot cahaya lampu yang terlalu terang. "Kepalaku sakit," keluhnya sembari memegang kepala.Rasa pusing di kepala rupanya belum mereda. Seingat Safira terakhir kali dia berada di ruangan VIP tempatnya bekerja. Tetapi, saat ini sepertinya dia sudah berada di kamar. Kamar yang menjadi tempat tinggalnya selama beberapa hari ini."Aku udah di sini," gumam Safira, melirik jam dinding yang menunjukkan pukul tujuh pagi. Ternyata dia tertidur cukup lama. Bukan! Bukan tidur, tetapi pingsan. "Elu udah sadar?" Kai tiba-tiba masuk dengan nampan berisi semangkuk bubur dan segelas air putih. Lelaki itu sudah terlihat rapi dan segar. Safira menoleh lalu mengangguk kecil, memerhatikan Kai yang meletakkan nampan ke atas nakas. Kemudian, Kai berjalan ke arah jendela dan menyingkap tirai-tirainya ke sisi lain sebelum membukanya. Cahaya matahari pa
Read more
Terbongkar~
"Hmm ... Itu ...." Baru saja Kai akan menjawab, tetapi tiba-tiba dering ponsel Safira terdengar dari arah kamar. Safira lekas bangkit dari duduknya. "Bentar. Hapeku bunyi." Salep di tangan dia taruh sekenanya, lalu bergegas pergi ke kamarnya.Mulut Kai kembali terkatup rapat, menggaruk alis sambil menghela napas sangat panjang. Dia merasa beruntung sebab tidak perlu berpikir keras untuk menjawab pertanyaan Safira, yang dia sendiri tak tahu jawabannya.ck! Kai menatap buku-buku tangannya yang baru saja diolesi salep oleh Safira. Tak sadar bibirnya melengkungkan senyum. "Kenapa gue lakuin itu? Kenapa? Emang perlu, ya, harus ada alesan dulu, kalo mau nolong orang?" Kai bermonolog, masih mencari-cari jawaban atas pertolongannya semalam kepada Safira."Danis pasti ngomel, nih! Bodo', ah!" Daripada pusing sendiri, Kai memutuskan bermain ponsel. Dengan begitu, dia bisa menyingkirkan perasaan-perasaan aneh yang mulai mengusik. "Eve?" Panggilan telepon dari Eve langsung dijawab oleh Kai
Read more
Perusak kesenangan~
Ruangan itu mendadak berubah menjadi panas. Kemarahan Safira dan tamparannya pada Kai membuat Danis ternganga tak percaya. Anak perempuan Januar itu ternyata sangat berani. Danis sampai tak bisa berkata-kata. Sementara Kai jelas merasa geram dengan apa yang dia terima dari Safira. Tamparan mendadak itu nyatanya meninggalkan rasa panas yang teramat di pipi Kai, dan mungkin saat ini sudah berbekas telapak tangan."Elu kenapa, sih, Fir? Dateng-dateng main nampar gue. Elu kesambet, iya? Sialan, lu!" Pipi yang terasa memanas itu, Kai usap-usap sambil memicing tajam ke Safira. Andai saja, yang memukulnya seorang laki-laki, Kai pasti sudah membalas sejak tadi. ck! "Kamu, ya! Bisa-bisanya punya pikiran licik kayak gitu?" Telunjuk Safira menuding ujung hidung Kai. Amarahnya belum memudar, bahkan semakin bertambah berkali-kali lipat ketika melihat Kai yang sama sekali tak merasa bersalah. "Kamu emang brengsek!" Tangan Safira sudah terangkat lagi. Melayan
Read more
Tak Sudi~
Tadinya, setelah pekerjaannya di Bar selesai, Safira ingin langsung pulang ke rumahnya saja. Kembali ke rumah meski harus bertemu dengan Januar. Sampai detik ini kemarahan dan kekecewaannya pada sang ayah tak kunjung memudar. Entah bagaimana keadaan Januar saat ini, karena Safira tak pernah melihatnya datang lagi ke Bar. Mungkin ayahnya itu masih bersenang-senang dengan sisa uang dari Kai, dan mencari tempat judi lain. Ck! Mengingat nama Kai, perut Safira tetiba merasa mual."Kalo gak inget masih ada barang-barangku, sebenernya aku males ke sini. Ck!" Safira menatap gedung apartment yang menjulang tinggi setelah turun dari ojek. Termangu sesaat, dan mengatur napas supaya tidak kembali emosi. "Semoga aja orangnya belum pulang. Jadi aku gak harus liat mukanya." Dengan gontai, kaki Safira melangkah memasuki gedung bertingkat itu dengan perasaan campur aduk. Sejak tadi dia berpikir, bagaimana caranya supaya dia bisa terbebas dari manusia licik macam Kai. Mulutnya pun tak berhenti mera
Read more
Penolong yang tak diharapkan~
Bagi Safira keputusannya pergi dari apartemen Kai merupakan keputusan yang sudah sangat tepat. Untuk apa dirinya masih bertahan di sana jika hanya dijadikan sebagai sarana balas dendam? Untuk apa?Safira bukan orang bodoh yang hanya akan diam jika ada yang menginjak-injak harga dirinya. Termaksud Kai, yang sudah dengan liciknya mengambil keuntungan dari ketidakberdayaan yang Safira alami. Namun, ketika tiba di rumah, yang Safira pikir akan menjadi tempatnya pulang. Sebuah kejutan lebih besar menyambut kedatangannya. Rumah yang menjadi tempat tinggalnya selama bertahun-tahun ternyata sudah disegel. "Rumah ini sudah jadi milik Bank." Lutut Safira seketika itu juga terasa sangat lemas, tubuhnya luruh ke tanah dengan tatapan nyalang dan berkabut. "A-apa ini? Ini ...." Mulut Safira nyaris tidak bisa berkata-kata lagi. Dia merasa sangat syok dengan kejutan tak terduga itu. "Rumah ibu ...." Dalam seperkian detik tangisan Safira pun pecah. Dia meraung keras hingga tak peduli dengan keada
Read more
Ide licik Kai~
"Sekarang aku tanya. Apa yang kamu tau soal Bapak?" Safira melontarkan pertanyaan tersebut setelah mobil Kai keluar dari perkampungan rumahnya. Mengesampingkan keingintahuannya; 'Kenapa Kai bisa tiba-tiba muncul di rumahnya'. Saat ini dia sudah merasa sedikit lebih tenang, dan menguasai akalnya agar tak berpikiran buruk tentang Kai. Meski sisa isakan masih terdengar. Salah satu alasan Safira mau ikut ke apartemen Kai lagi ialah; perihal sesuatu yang diketahui oleh pemuda itu mengenai ayahnya. Untuk urusan yang lain, dia tidak ingin memikirkannya lebih dulu. Kai yang fokus mengemudi lantas mengembuskan napas sangat panjang. Dari air mukanya terlihat jelas jika apa yang diketahuinya mengenai Januar merupakan kabar yang kurang mengenakkan."Nunggu sampe apartemen dulu. Baru gue cerita." Pemuda itu menoleh sekilas ke Safira yang langsung memberi tatapan tajam. Dia pun berkata lagi, "Tenang aja. Gue gak bakal bohong lagi kali ini." Seakan-akan dia tahu apa yang ada di dalam pikiran Safir
Read more
"Aku turuti kemauanmu."
"Itu sertifikat rumahku." Safira sontak bangkit dari duduknya, dan hampir menyambar sertifikat rumahnya dari tangan Kai. Tetapi, dia gagal mengambilnya karena Kai lebih dulu berdiri dan mengangkat tangannya tinggi-tinggi. "Mau ngapain lu?" Sepasang manik Kai memicing tajam sambil memegang tangan Safira dengan tangannya yang lain. Menahan perempuan itu yang ingin merebut sertifikat di tangannya. "Aku mau ambil sertifikat rumahku." Rahang Safira mengetat dan gigi-giginya saling bergemelutuk. Kesal karena tak berhasil merebut miliknya dari tangan Kai. Kai masih menggenggam tangan Safira, meski calon kakak iparnya itu sedang berusaha melepaskannya. Dia berdecak kemudian berkata, "Gak segampang itu, Nona. Ada harga yang mesti lu bayar kalo mau ngambil ini." Map yang masih dia angkat tinggi itu dikibas-kibaskan seolah tengah memprovokasi Safira. Bola mata Safira melebar, dan setelah susah payah melepas genggaman tangan Kai, akhirnya dia berhasil. Menarik, lalu memutar pergelangan tangan
Read more
PREV
123456
...
10
DMCA.com Protection Status