Semua Bab Gadis Penantang Takdir : Bab 21 - Bab 30
45 Bab
21. Maukah Menjadi Kekasihku?
Agni berangkat ke kampus setelah perdebatan panjang yang dilakukannya dengan Yudistira beberapa waktu lalu.Setelah menimbangkan segala hal, akhirnya mau tak mau Agni menyetujui adanya Jun untuk bertugas menjaga mereka dari jarak jauh. Lebih tepatnya menjaga Tari kala Agni tengah berada di luar rumah. Ia berpikir jika ibunya itu memang butuh perlindungan, takut suatu hal yang tidak diinginkan terjadi di kala dirinya lengah. Dengan itu, ia pun akhirnya bisa menyelesaikan segala urusannya di luar rumah dengan tenang.***"Hai!" Suara bariton milik seorang pria tiba-tiba terdengar dari balik pintu, mengejutkan Agni yang kala itu berjalan keluar ruangan kelas dengan tangan yang merogoh tas ranselnya, mencari kunci motor kesayangannya.Gadis itu tersentak hingga tubuhnya sedikit condong ke belakang kala seorang pria tiba-tiba saja sudah berdiri di depan ruang kelasnya sembari melambaikan tangan menyapa."Eh, sorry," ujar pria tersebu
Baca selengkapnya
22.. Sherina Yudistira
Tirtha terus saja mengekor di belakang Agni hingga sampai di parkiran. Membuat gadis itu melirik tajam ke arah pria yang bagai itik mengikuti induknya ke mana pun sang induk pergi."Lu nggak punya kesibukan, ya? Kelas lu belum dimulai gitu, sampe lu kerajinan banget ngikutin gue sampe ke sini?""Nggak ada kelas.""Pantes," ujar Agni.Mata gadis itu memperhatikan Tirtha dari atas sampai ke bawah dengan ekspresi anehnya kala ia baru menyadari sesuatu. "Lu nggak salah kostum?" tanyanya dengan kening berkerut pada pria yang duduk di atas motor, berada tepat di samping motor Agni terparkir.Ikut memperhatikan dirinya, Tirtha kemudian tertawa kala tersadar akan ia yang masih menggunakan setelan kantor lengkap dengan jasnya. Lupa mengganti setelah meeting bersama klien di luar tadi. Namun, bukan Tirtha namanya jika tidak memiliki percaya diri yang tinggi. "Enggak lah, kenapa emang? Keren ya, aku?" ucapnya mengangkat kedua alis ke atas.
Baca selengkapnya
23. Ancaman
"Menyerahlah, Agni! Tanda tangani surat pengalihan warisan itu dan pergi jauh dari kota Bandung. Tinggalkan keluarga Yudistira, jangan pernah muncul dan mengganggu hidup kami lagi maka akan kami pastikan hidupmu aman dan damai.""Siapa kamu berani menyuruhku, hah?" tolak Agni dengan nada ketus serta tangan yang bertengger di pinggang."Aku ini tantemu," sahut Sherina cepat yang berhasil membuat Agni berdecih."Ya, meskipun ada rasa tak sudi dalam diri ketika garis takdir menakdirkan aku untuk menjadi siapa-siapa untukmu." Sherina memutar bola matanya sekilas. "Namun, jika saja aku boleh jujur, aku lelah sekali harus berulang kali berperang dan menyakiti anak kecil dengan status keponakan sepertimu. Tentu kau tahu kalau aku bisa saja mengakhiri peperangan ini dengan membunuh kalian berdua, bukan? Akan tetapi, aku masih ingin membiarkanmu dan Tari hidup. Maka, hiduplah kalian di suatu tempat yang jauh dari sini. Menyerahlah sebelum akhirnya aku benar-be
Baca selengkapnya
24. Gedebog Pisang
"Hai," sapa Tirtha yang sudah terduduk manis di atas motor milik Agni sembari melambaikan tangannya. Ini adalah hari yang kesekian ia datang ke kampus menemui Agni, kembali melancarkan aksi pedekatenya.Sama seperti hari-hari sebelumnya, pria itu masih memakai setelan kantornya meski sudah tidak lagi dilengkapi dengan jas dan dasi. "Hai, Gedebog Pisang. Rajin amat tengah hari bolong begini berjemur di parkiran," ucap Agni tersenyum miring kala melihat butiran keringat yang bermunculan di dahi Tirtha. Tirtha meringis seraya mengusap dahi dengan telapak tangannya sendiri. Dirinya memang sengaja mencuri waktu di tengah jam istirahat makan siangnya demi bisa datang ke kampus menemui Agni yang kebetulan menyelesaikan akhir mata kuliahnya di jam makan siang."Y-ya ... Gapapa, dong. Cahaya matahari kan bagus. Vitamin D untuk kulit," sahut Tirtha tersenyum kikuk. Tangannya kemudian menggaruk area belakang telinga yang tiba-tiba saja terasa gatal.
Baca selengkapnya
25. Bukan Aku!
"Mana aku tahu. Itu bukan ulah aku." Tirtha mengangkat kedua bahu ke atas kala Agni terus menerus menuduhnya. "Bocor kali itu," lanjutnya lalu berjongkok di depan ban motor Agni. "Gue bukan anak motor kemaren sore yang nggak bisa bedain antara bocor sama kempes!" tandas Agni masih dengan nada yang meninggi. "Ya aku mana tahu. Serius, itu bukan ulah aku. Kalau nggak percaya, ayo, kita lihat cctv!" Tirtha bangkit dan menarik tangan Agni, menggandengnya menuju ke ruang cctv berada. "Nggak perlu! Lupakan!" Gadis itu kemudian menyentak tangannya yang digenggam oleh Tirtha. "Ayo lihat dulu, biar kamu nggak sembarangan nuduh! Biar kamu juga liat kalau bukan aku yang ngelakuin itu." Tirtha kembali membawa tangan Agni ke dalam genggamannya. Kali ini ia selipkan tangan milik gadis itu ke dalam dekapannya agar tidak kembali disentak. "Jangan sembarangan pegang gue! Gue nggak suka sembaranga
Baca selengkapnya
26. Mampuslah Kita!
Brak!Suara gebrakan meja membuat dua pria lain yang berada dalam ruangan itu tersentak."Maksud kalian berdua apa nglakuin hal itu, hah?!" tanya Tirtha meletakkan ponselnya di atas meja, tepat di depan kedua pria yang diam terduduk.Ponsel itu kemudian memutarkan sebuah video yang menampilkan dua orang pria dengan mengunakan kemeja rapi. Mereka terlihat tengah mengempeskan ban motor seseorang di sebuah parkiran kampus.Selepas kepergian Agni dan David tadi, tanpa sengaja netra Tirtha menangkap bayangan dua sosok manusia di balik pohon dekat parkiran kampus. Tanpa diselidiki lebih jauh pun ia sudah bisa menebak jika kedua manusia itu adalah sahabatnya sendiri yang tak lain adalah Bryan dan Haikal.Sebuah prasangka buruk sudah memenuhi isi kepalanya. Namun, seorang Tirtha Abhista bukanlah sosok yang gegabah dalam bertindak tanpa satu bukti yang jelas. Maka dari itu, ia memilih untuk ke ruang pengawas terlebih dahulu, melihat cctv di area sekitar parkir. Prasangkanya terbukti kala sebu
Baca selengkapnya
27. Damai?
Hari kembali berlalu, sikap Agni pada Tirtha kini kembali dingin seperti di awal-awal. Padahal, Haikal dan Bryan sudah meminta maaf dan menjelaskan semuanya pada Agni beberapa hari yang lalu. Namun, hal itu sama sekali tak bisa merubah keadaan.Yang terjadi malah gadis itu kini semakin membuat benteng tebal antara ia dan Tirtha. Baginya, penjelasan Haikal dan Bryan hanyalah sebuah alibi semata yang dibuat-buat oleh Tirtha."Kamu masih marah sama aku karena kejadian tempo hari?" tanya Tirtha terus mengekor di belakang Agni, mencoba membuka percakapan dengan wanita bertampang datar tanpa ekspresi itu."Bukan aku, Ni, yang ngelakuin itu. Aku ada buktinya, kok," lanjut Tirtha merogoh saku jasnya untuk mengambil ponsel, hendak menunjukkan rekaman video yang ia ambil cctv kampus.Kaki pria itu terus mengayuh ke depan mengikuti gadis yang terus melangkah ke depan tanpa sedikit pun menghiraukannya dengan tangan yang sibuk mengutak-atik ponsel demi me
Baca selengkapnya
28. Lepaskan!
"Lepasin aja, Ni. Lu tau sendiri kalau bo—" David reflek menghentikan ucapannya kala mendapati lirikan tajam dari seorang wanita yang berada di hadapannya. "Sorry maksud gue Bagas." Segera meralat sebutan 'bokap' yang hampir saja ia lontarkan untuk Bagas sebelum urusan semakin panjang. "Jadi maksud lu gue harus ngalah dan ngelepas semua perjuangan gue selama ini buat perusahaan hanya karena ancaman receh dia, gitu?" tanya Agni menatap tak suka pada David."Ini bukan hanya ancaman receh, Ni. Dia nggak pernah main-main sama semua ucapannya, dan lu tau itu."David kemudian duduk tepat di hadapan Agni sembari melonggarkan kaitan dari di lehernya. Ia menatap lekat pada iris berwarna coklat yang selalu berhasil membuatnya terpikat. "Lepasin apapun yang sekiranya bakal bahayain lu, Ni. Tinggalin keluarga dan lingkungan toxic itu, dan nikah sama gue. Janji, gue bakal lindungin lu sebisa yang gue mampu. Gausah khawatirkan soal harta. Davidson mungkin nggak sekaya
Baca selengkapnya
29. Rencana Bagas
"Gue nggak bakal lepasin itu semua. Gue yakin nyokap akan aman, dia ada di bawah pengawasan orang-orang terpercaya dari Kakek Yud," ucap Agni yang enggan dan tak rela jika harus melepaskan apa yang telah ia perjuangkan selama ini. Terlebih, hanya tinggal satu langkah lagi dirinya bisa memenangkan pertarungan antara dirinya melawan ayah serta bibinya sendiri. Bagas telah mampu ia singkirkan, namanya sudah bisa ia pastikan takkan lagi ada di daftar ahli waris dari Yudistira. Sedangkan perusahaan Sherina, kini tengah di ambang kebangkrutan sebab sebuah kasus yang secara tak langsung dibuat oleh Agni melalui ide konyolnya serta bantuan orang-orang terpercayanya.Tinggal selangkah lagi ia berhasil menghancurkan apa yang akan menjadi milik Sherina. Setelah itu terjadi, ia akan datang bersikap seolah menjadi pahlawan penyelamat perusahaan, membeli saham milik Sherina dengan uang yang susah payah telah ia kumpulkan beberapa tahun belakangan, pula dengan uang perusahaan, menunjukkan pada Yudis
Baca selengkapnya
30. Paket Makan
Seorang pria dari balik kursi kemudi mobil yang terparkir di bawah pohon mangga, di sebuah kampung rindang, terlihat tersenyum menyeringai kala melihat seorang pria dengan jaket berwarna hijau berlalu sambil mengacungkan ibu jari ke arah dirinya.Satu tangan pria itu kemudian menekan-nekan layar ponsel lantas menempelkannya ke daun telinga. Saat nada sambung berubah menjadi suara sapaan, pria itu lantas berkata, "Lakukan tugasmu sekarang!"Pria itu kemudian bersandar pada jok mobil yang diduduki dengan tangan yang disilangkan di depan dada. Netra di balik kaca mata hitam itu terus saja menatap awas ke beberapa rumah yang berada di hadapannya dengan dua rumah yang menjadi target sasaran utamanya kali ini."Tunggu aku, Tari! Aku akan datang menjemputmu," gumamnya pelan masih dengan seringai tawa yang menghiasi wajahnya.***Sedangkan dua orang pria lain dalam rumah yang tanpa sadar tengah diintai oleh seseorang dari dalam mobil terlihat gir
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
DMCA.com Protection Status