All Chapters of Gadis Penantang Takdir : Chapter 31 - Chapter 40
45 Chapters
31. Rencana
Dering telepon berbunyi, membuat Jun yang masih terkikik geli itu merogoh saku celananya untuk mengambil ponsel. Terpampang sebuah nama yang diikuti sebuah emotikon hati berwarna pink di layar ponsel. Membuat bodyguard dengan wajah tampan itu sedikit mengulum senyumnya.Namun, senyuman itu tak berangsur lama kala sebuah suara yang memberikan sebuah kabar tak mengenakkan terdengar ke telinganya."Bagaimana bisa?" ujarnya langsung berdiri dengan wajah panik."Ada siapa di sana? Segera minta bantuan orang terdekat buat nolong kamu dan bawa ke rumah sakit, ya!" titah Jun terlihat khawatir. "Nggak ada siapapun. Aku juga nggak bisa bangun. Perutku sakit sekali, Mas," rintih seorang wanita dari seberang telepon dengan diiringi isak tangisnya, membuat hati Jun remuk redam tiada terkira.Bagaimana tidak? Suami mana yang tak panik mendengar istrinya yang tengah hamil besar tiba-tiba mengalami pendarahan hebat. Terlebih, ini adalah kehamilan pertam
Read more
32. Sekap Penuh Luka
Sementara itu, suasana di salah satu ruangan dalam gedung milik Yudistira tampak hening. Hanya beberapa yang berbicara menyampaikan pendapatnya dalam meeting besar yang dilakukan di perusahaan Yudistira.Akhir tahun menjadi suatu hal penting yang tak bisa dihindari. Semua petinggi hingga pemilik saham berkumpul dalam ruangan meeting.Namun, tanpa siapa duga, sebuah ponsel dalam laci meja ruangan besar kelas mewah terlihat terus saja menyala diiringi dering nada khas notifikasi menampilkan beberapa nama yang berubah setelah beberapa kali muncul di layar.Itu adalah ponsel milik Yudistira. Yudistira meninggalkan ponselnya dalam ruangannya tersebut sebelum berangkat ke ruang meeting. Berbeda dengan Agni Gantari yang membawa serta ponselnya. Namun, nahas ... Ponsel wanita itu pun ternyata di mode silent oleh Agni hingga menyebabkan para pemanggil yang terus berusaha menghubunginya berdecak kesal di seberang sana."Ck! Sepertinya Tuan Besar d
Read more
33. Aku Bukan Pembunuh!
Sore hari, Agni serta seluruh manusia yang berada di dalam salah satu ruangan di sebuah gedung tinggi milik Yudistira baru bisa mengembuskan napasnya lega kala meeting selesai dan menghasilkan sesuatu yang baik serta sesuai dengan apa yang mereka harapkan.Satu per satu para direksi mulai keluar dari ruangan itu kecuali Yudistira, Sherina, dan Agni yang masih stand by di sana. "Great, Agni! Kerja kerasmu menghasilkan hasil yang nyata tahun ini. Pertahankan, Nak!" puji Yudistira seraya bangkit dari duduknya dan menghampiri Agni.Pria tua yang masih gagah di usia senjanya itu menepuk pundak Agni beberapa kali sebagai bentuk apresiasinya pada sosok gadis kecil yang dulu kerap kali menangis sebab menerima perlakuan buruk dari ayah serta bibinya, kini tumbuh menjadi wanita dewasa yang melaju pesat dengan segala bakat yang ia punya di bidang bisnis.Wanita dewasa yang cantik dan tangguh sebab mampu berdiri di atas kakinya sendiri setelah segala tekanan
Read more
34. Di Mana Ibuku?!
"Lu gue suruh buat jaga dia, tol*l! Bukan buat bunuh dia!" seru seorang pria berambut gondrong yang baru saja memasuki gudang tersebut. Kedua tangan pria itu mencekik leher sang preman yang baru saja menghajar Tari habis-habisan."Kalau dia mati, kita yang diamuk sama si Bos. Dia kita jadiin tawanan, bukan mangsa pembunuhan, Gobl*g!" amuknya lagi tak berhenti berteriak memaki pria berbaju hitam tepat di depan wajahnya."Am ... pun, Bang. Le ... pas," pintanya mengiba dengan suara terbata-bata.Pria gondrong itu menatap tajam sekali lagi sebelum kemudian melepaskan cengkeramannya pada leher sang pria yang tadi menyakiti Tari."Gue peringati satu kali lagi sama lu, Rogi! Sekali lagi lu mabok di luar batas pas lagi jaga, trus berbuat seenaknya sama tawanan gue, mati lu! Cuma Bos yang boleh macem-macem sama dia. Kita cukup jaga sambil tunggu arahan selanjutnya. Ngerti?!" Pria rambut gondrong menendang kasar pria yang ternyata bernama Rogi."A-ampun, Bang. Ng-nggak la-gi," sahut Rogi terba
Read more
35. Aku Peduli!
Dorongan kuat dari kaki besar milik Bagas Yudistira membuat Agni kehilangan keseimbangannya dan terhuyung ke belakang. "Mati, kau!" seru Bagas kembali melayangkan tendangannya ke tubuh Agni yang membuat gadis itu kemudian limbung.Tangan Agni berusaha meraih pegangan di pinggiran tangga. Namun, gagal. Tubuhnya kemudian berguling menyusuri satu per satu anak tangga."Aahhh!"Teriakan menggema di seluruh penjuru rumah seiring dengan tubuh pemilik tanda bintang di siku yang terus saja berputar ke bawah dengan kondisi kepala yang berkali-kali berbenturan dengan tepian keramik tangga. Gadis itu sudah berusaha sebisanya melindungi kepala dengan kedua telapak tangannya demi menghindari benturan keras pada bagian tubuh yang dulu pernah mengalami benturan hingga membuatnya koma selama 6 bulan lamanya, dan Agni tak ingin kejadian itu terulang kembali.Namun, nihil. Benturan itu tetap saja menghantam bagian kepala Agni yang tak terlindung
Read more
36. Harus Pergi
Tirtha terkejut setengah mati kala melihat kondisi Agni yang penuh dengan bercak darah di mana-mana, terlebih ketika Agni tiba-tiba saja pingsan. Beruntung, saat itu wanita itu sudah tidak lagi mengendarai motor. Tak bisa dibayangkan apa jadinya jika Agni pingsan saat ia masih berada di atas motornya.Tirtha langsung saja membopong Agni masuk ke dalam mobilnya untuk dibawa ke rumah sakit terdekat."Mungkin sebelumnya ia mengalami kecelakaan, Pak." Kirman—supir pribadi Tirtha berucap dari balik kursi kemudi.Tirtha yang tengah membersihkan darah kering di telinga dan hidung Agni dengan menggunakan tisu basah itu sontak menghentikan kegiatannya."Tapi helm dan motornya dalam kondisi yang baik-baik saja, Man. Kalau memang dia kecelakaan, kenapa itu bisa terjadi? Helm dia tipe full face, sangat mustahil kalau saat kecelakaan helmnya terlepas hingga menyebabkan luka di kepala seperti ini," sahut Tirtha menyangkal pendapat Kirman.Awalnya ia pu
Read more
37. Hutan Rambanu
Seorang pria berkemeja hitam yang warnanya serasi dengan celana yang dipakainya itu terlihat serius di depan layar laptopnya. Dia adalah Aryawan—tangan kanan Tirtha yang juga ahli dalam bidang IT.Aryawan dipanggil ke rumah sakit atas permintaan Tirtha setelah ia mendengar semua penuturan Agni.Bukan tanpa sebab Agni menceritakan semuanya kepada Tirtha. Kondisi waktu yang terdesak serta Tirtha yang terus saja memaksa, berkali-kali meyakinkan Agni bahwa ia mampu dan berjanji akan membantu menyelamatkan Tari; membuat Agni tak punya pilihan lain selain menceritakan semuanya kepada Tirtha. Berharap, Tirtha benar-benar bisa menepati janjinya dalam membantunya menyelamatkan sang bunda.Hendak ke tempat David pun percuma sebab waktu yang sudah semakin larut. Khawatir Bagas lekas menyadari bahwa ia mencari tahu dengan menulis beberapa nomor di handphone Bagas yang dianggap sebagai anak buahnya."Bagaimana?" tanya Agni untuk kesekian kalinya dengan nada suara yang amat khawatir.Aryawan hanya
Read more
38. Hutan Rambanu II
"Beberapa orang, siapa pun, yang paling dekat dengan arah Utara di mana tadi saya dan Aryawan pergi, segera ke sini!" titah Tirtha kepada anak buahnya melalui sambungan earphone."Saya dan Jun serta beberapa yang lain segera meluncur ke sana, Tuan," sahut seseorang di seberang sana.Jun menoleh ke arah Aryawan yang juga tengah menatap ke arahnya. Keduanya lantas mengangguk berbarengan lalu membalikkan badan, berlari cepat mengejar para sekelompok pria dengan salah seorang wanita di antaranya.Berlari dan terus bersembunyi dari balik pohon yang satu ke pohon yang lainnya agar langkahnya tidak lekas disadari oleh pihak lawan demi misi yang harus terealisasikan.Hingga saat jarak mereka sudah semakin dekat, Tirtha kembali berucap, "Waktu bermain telah tiba, Aryawan. Kau atau aku yang akan menghadapi para cecunguk itu?" tanyanya mengangkat sebelah alis dengan senyum menyeringai yang menghiasi wajah tampannya."Biar saya yang menghadapi mereka
Read more
39. Maafkan Aku
Hari mulai pagi. Matahari menampakkan sinarnya terang.Akan tetapi, terangnya mentari pagi sepertinya kurang mampu menerangi kekalutan serta kegelapan hati seorang Agni Gantari.Gelisah tiada tepi terus menyerang sanubarinya. Jemari saling beradu di atas pangkuan seiring dengan degup jantung yang berdetak tak karuan.Netranya sulit sekali untuk terpejam. Sedari semalam, silih berganti perawat yang datang mengecek cairan infus terus saja menegurnya untuk lekas beristirahat. Namun, bagaimana mungkin ia bisa beristirahat di tengah-tengah kondisi pikiran yang seperti ini? Ibunya tengah berada di luaran sana dengan kondisi yang entah seperti apa keadaannya. Namun, tiada apa pun yang bisa ia lakukan untuk bisa menyelamatkan sang bunda selain berdoa semoga tiada hal buruk apa pun yang terjadi.Gundah tidak lantas pergi. Sedari tadi masih saja terus menghantui, berkali-kali jemarinya terus berusaha menghubungi hampir semua tim yang terjun ke lapangan dalam mencari ibunya. Namun, tak satu pun
Read more
40. Duka
Selepas menjalani serangkaian proses serta berbagai prosedur untuk bukti pelaporan ke pihak kepolisian atas kasus pembunuhan sesuai permintaan langsung dari Agni, kini Tari akhirnya bisa dibawa pulang ke rumah duka untuk segera dimakamkan.Yudistira berada di samping Agni, terus berusaha mendampingi meski tak dihiraukan keberadaannya.Pun dengan Tirtha. Pria yang belum pulih betul dari luka tembak itu pun datang mengucap bela sungkawanya.Saat semua proses pemakaman telah berjalan lancar, David yang beberapa hari belakangan tidak terlihat batang hidungnya pun kembali muncul. Dengan setelan kemeja hitam serasi dengan celana bahannya yang juga berwarna hitam, ia memasuki pekarangan rumah Agni. Netranya langsung tertuju pada gadis cantik yang tengah terduduk dengan tatap mata yang memandang kosong. Garis sendu terlihat jelas di raut wajahnya yang pucat."Hai," sapa seorang pria yang langsung duduk berjongkok di hadapan Agni.Gadis itu terbelalak, cukup terkejut ketika melihat David yang
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status