Lahat ng Kabanata ng Derita Istri Pertama: Kabanata 41 - Kabanata 50
89 Kabanata
Bab 41 Keluarga
BUUUK. Pria itu tiba-tiba terjatuh setelah wajahnya di pukul. Tidak hanya itu, Mas Adi menghajar pria itu berulang kali hingga pingsan. Seluruh wajahnya sudah lebam karena pukulan suamiku itu. “Sudah mas. Jangan habisi dia. Lebih baik kamu panggil perawat sekarang.” Aku takut jika pria itu tiba-tiba bangun lalu berbalik menyerang Mas Adi. Tidak lama kemudian perawat yang datang bersama dengan satpam sudah masuk ke dalam kamar. Dua satpam bertubuh kekar segera meringkus pria botak yang memakai masker itu. Mas Adi bicara pada perawat akan meminta pihak pengacaranya untuk datang ke kantor polisi guna mengusut pria itu. Baik aku dan Mas Adi sama sekali tidak pernah melihatnya. Jadi, pria itu pasti suruhan seseorang yang berniat buruk untuk melukaiku.“Kamu baik-baik sajakan Nad?” Tanya Mas Adi begitu sudah duduk di tepi tempat tidurku. Raut wajahnya masih nampak sangat khawatir. Aku hanya bisa menganggukan kepala sambil tersenyum. Menggenggam tangan besarnya agar Mas Adi jadi lebih tena
Magbasa pa
Bab 42 Hasil Tes DNA
“Waalaikumsalam.” Jawab kami secara serempak. Meskipun rasa kesal masih terasa di hati pada adik maduku itu.“Bagaimana keadaan kamu mbak?” Rumi sudah duduk di kursi tempat Mama duduk sebelumnya. Sedangkan Bu Saroh meletakan parcel buah di atas nakas. Ia tetap berdiri di belakang Rumi.“Alhamdulillah baik. Terima kasih karena sudah menjengukku Rum.” Ucapku datar. Pandangan Rumi terus menoleh ke belakang. Ke tempat Mas Adi dan Papa duduk. Melihat istri keduanya datang sama sekali tidak membuat Mas Adi berniat untuk menghampiri kami. Mama masih setia berdiri di samping tempat tidurku. “Apa kata dokter kemarin? Apa kamu salah makan sebelumnya?” Tanya Bu Saroh dengan raut wajah cemas. Seolah ada rahasia yang sedang ia sembunyikan. Aneh sekali melihatnya. Apa Bu Saroh sama sekali tidak terlibat dengan ulah Rumi?“Keracunan makanan Bu. Kemungkinan besar dari makanan terakhir yang saya makan. Karena racun dalam makanan itu terkontaminasi secara cepat.” Jawabku jujur karena ingin melihat leb
Magbasa pa
Bab 43 Pelaku Utama
Mobil terus melaju di tengah sawah dengan kecepatan yang sangat cepat. Mas Adi lalu membelokan mobilnya ke sebelah kiri hingga menabrak sebuah pohon mangga besar di pinggit jalan. Airbag mobil yang otomatis mengembang membuatku dan Mas Adi jadi tidak terhantam bagian depan mobil. Tapi, tetap saja rasanya sakit karena mobil yang tiba-tiba di tabrakkan pada pohon.Aku bisa mendengar suara pintu di sisi kanan yang terbuka. Tidak lama kemudian, Mas Adi sudah membuka pintu di sampingku lalu menarik tanganku keluar dari mobil. “Kamu baik-baik sajakan Dek?” Aku menganggukan kepala sambil terbatuk karena kaget. Dadaku masih berdebar kencang. Begitu juga dengan tubuhku yang masih gemetar hebat.Banyak orang yang sudah mengerubungi kami. Aku dan Mas Adi di tuntun menuju rumah terdekat untuk duduk disana. Pemilik rumah sudah memberikan kami dua gelas air putih yang hangat. Mas Adi menceritakan tentang mobil kami yang remnya blong sehingga Mas Adi memilih untuk membanting setirnya turun ke sawah.
Magbasa pa
Bab 44 Ingatan Adi
Kejadian itu sudah tertinggal tiga tahun yang lalu. Saat itu usia Nasya baru menginjak empat tahun. Kirana belum menikah. Shanum dan Hanum juga masih duduk di bangku SMP sekaligus belakar bersama anak-anak asrama yang lain. Seperti biasa Ibu dan Umi akan membuat acara makan malam bersama di rumah mereka untuk sekedar berkumpul bersama keluarga. Karena Mbak Aisyah, Mas Adi dan Kanaya yang sudah punya keluarga masing-masing membuat keluarga besar Abah jadi kesulitan berkumpul seperti dulu. “Masa kamu lupa sih mas? Kejadiannya waktu kita makan bersama di rumah Umi. Waktu itu bahkan Umi sampai marah besar dan menampar Rumi saat melihat melalui rekaman CCTV jika dia sengaja membiarkan Nasya terkunci di dalam mobil.” Mas Adi menggelengkan kepalanya. Seperti dia sudah benar-benar lupa tentang kejadian waktu itu. Terlihat sekali dari raut wajah dan kedua bola matanya yang sama sekali tidak berbohong padaku.“Aku beneran nggak ingat dek.” Aneh sekali. Padahal saat itu aku ingat jika Mas Adi j
Magbasa pa
Bab 45 Rencana Adi dan Nada
Hari ini aku dan Mas Adi pergi ke rumah sakit untuk mengambil hasil tes darah dan makanan yang aku makan di rumah Ibu kemarin. Hasilnya darahku dan makanan itu mengandung jenis racun yang sama yaitu racun arsenik. Hanya satu hal saja yang harus kami lakukan sekqrang. Membuktikan jika racun itu memang ada di rumah Rumi. Entah itu ada di dalam kamar Rumi atau Bu Saroh. Jika kami tidak bisa mendapatkan bukti jika Rumi juga memiliki racun itu, maka percuma saja membuat adik maduku itu buka suara terkait kejahatannya. Jika hanya berdasarkan bukti telpon dan pencarian di markeplace, Rumi pasti bisa mengelak dengan mudah.“Apa kamu sudah melihat rekaman CCTV di rumah Rumi lagi, Mas?” Tanyaku saat kami masuk kembali ke dalam mobil. Beberapa menit kemudian mobil sudah melaju meninggalkan basemen rumah sakit ini. Menuju ke tempat selanjutnya yang harus kami datangi lagi “Iya. Aku tidak melihat Rumi dan Mama Saroh membawa benda aneh lagi. Rekaman terakhir yang kita lihat bersama kemarin adalah
Magbasa pa
Bab 46 Waktu
Sesuai dengan rencana yang sudah di katakan oleh Mas Adi hari ini, ia mengajak Rumi, Rahman dan Bu Saroh makan siang di restoran yang cukup jauh dari rumah Rumi. Setelah Mas Adi pergi, aku memantau layar hp yang menunjukkan rekaman kamera CCTV di rumah Rumi. Tampak Arman yang turun dari mobil lalu segera berjalan menuju teras samping. Ia masuk dengan mudah melintasi halaman rumah karena tidak ada tetangga rumah itu yang sedang ada di luar. Adik sepupuku itu menggali halaman belakang hingga menemukan sebuah kotak kecil. Itu adalah kotak yang sudah kulihat di rekaman CCTV. Karena tidak sabar dengan hasilnya, aku segera menghubungi Arman saat ini juga. “Halo assalamuakaum Man.” “Waalaikusamalm Mbak. Buru-buru amat sih telponnya.” Jawab Arman sambil terkekeh di sebrang sana. Aku hanya bisa berdecak kesal mendengar intonasi suara Arman yang menggodaku. “Iya memang. Cepat buka isi kotak itu.” Perintahku tidak sabaran. “Sabar Mbak. Aku mau duduk di teras dulu.” Terdengar suara langkah ka
Magbasa pa
Bab 47 Terungkap
Motor yang aku kendarai tiba bersamaan dengan mobil Umi yang datang di antar oleh Kanaya. Hanya dia saja saudara Mas Adi yang datang ke rumah malam ini. Itupun untuk mengantarkan Umi saja. Tidak lama kemudian Umi sudah turun dari mobil. Aku segera menyalami beliau. Kanaya sudah menurunkan kaca jendela mobil untuk menyapaku. “Umi, Mbak Nada. Aku pulang dulu ya.” Kata Kanaya sambil melambaikan tangannya. “Hati-hati di jalan nduk. Besok Abah yang akan mengantar Umi pulang sekalian mengajar di sekolah.” Adik iparku itu menganggukan kepalanya. “Iya Umi. Bye Mbak Nada.” Aku balas melambaikan tangan. “Hati-hati di jalan Nay.” Kanaya menganggukan kepalanya lalu menutup kaca jendela mobil. Setelah mobil yang di kendarai oleh adik iparku itu tidak terlihat lagi, Umi lalu mengajakku untuk masuk ke dalam rumah Ibu. Di ruang keluarga, sudah menunggu Mas Adi, Rumi dan Bu Saroh yang datang berasma Rahman. Raut wajah Rumi dan Bu Saroh tampak sangat terkejut melihat kedatanganku. Sedangkan Ibu su
Magbasa pa
Bab 48 Talak Tiga
Abah mengambil map itu lalu mengeluarkan isinya. Aku tidak perlu melihat lagi karena sudah membaca dengan rinci semua isi hasil lab yang kini ada di tangan Abah. Karena baik Abah, Ibu dan Umi juga sudah tahu tentang hal ini, tidak ada yang bicara lagi. Sebagai orang tua mereka pasti sedih karena harus kehilangan waktu bersama cucu kandung selama tiga tahun ini. Tapi, di sisi lain mereka juga sudah terlanjur sayang pada Rahman sebagai cucu laki-laki di keluarga ini. “Kenapa Rum? Apa alasan kamu menukar Karina dengan Rahman? Mereka hanya anak-anak yang tidak berdosa Rum. Kenapa kamu harus membuat Karina menderita hingga di aniaya oleh wanita itu?” Deretan pertanyaan itu akhirnya terlontar juga dari mulut Mas Adi untuk adik maduku itu. Kedua tangan Rumi sudah meremas baju gamisnya di atas paham hingga tangannya jadi terkepal erat. Detik demi detik berlalu hingga berubah menjadi menit. Rumi tidak kunjung menjawab pertanyaan suami kami. Aku yang melihat Umi hendak membuka mulut lagi sege
Magbasa pa
Bab 49 Rumi dan Karina
Aku mengucap kata hamdalah dalam hati. Talak tiga itu berarti satu kemungkinan untuk rujuk menjadi sangat kecil sekali. Karena Rumi harus menikah lagi dengan pria lain jika ingin kembali bersama dengan Mas Adi. Lalu, jika Rumi berpisah dari pria itupun, karena kerelaan kedua belah pihak. Pria seperti itu di sebut sebagai muhalil. Tidak mudah menemukan pria yang mau menikah lalu bercerai dengan tujuan agar wanita yang ia nikahi bisa kembali bersama dengan mantan suaminya itu. Walaupun tidak ada yang tidak mungkin jika Rumi punya uang untuk membayar seorang pria menjadi muhalil untuknya dan Mas Adi. Berbanding terbalik denganku, raut wajah Rumi tampak sangat kaget. Tubuhnya gemetar hebat dengan air mata yang sudah mengalir di pipinya. Ia pasti tidak percaya dengan kata talak yang baru saja di ucapkan oleh Mas Adi padanya. Bukan hanya satu talak. Tapi, talak tiga sekaligus yang menyatakan jika Rumi bukan lagi istri kedua Mas Adi dan adik maduku. “Mas aku mohon tarik kembali kata talakmu
Magbasa pa
Bab 50 Orang Baru
Rumi kembali menangis seperti tadi. Isak tangisnya membuat anak-anak menjadi bingung. Apalagi Rahman yang menatap penuh kebencian ke arah Karina. Tidak lama kemudian Rumi sudah melepaskan pelukannya dari Karina. "Maafkan Mama sayang." Hanya itu kata yang terucap dari bibir Rumi yang bergetar. Entah Tumi benar-benar menyesal atau dia sedang berakting."Jangan peluk dia lagi Ma." Rengek Rahman manja. Matanya semakin sinis menatap ke arah Karina. Anak yang baru berumur tiga tahun itu sudah di ajarkan banyak hal yang buruk. Membuatku jadi merasa kasihan pada Rahman.Tanpa Rahman tahu jika dia hanya anak angkat Rumi. Sedangkan Karina adalah anak kandunya dari wanita yang selama ini di anggapnya sebagai Mama. Jika Rahman tahu tentang semua kebenaran yang masih kami sembunyikan saat dewasa kelak, entah sikap apa yang akan ia ambil. Merasa bersyukur karena di rawat oleh Mas Adi yang berasal dari keluarga berkecukupan. Atau merasa sedih karena sudah terpisah dari keluarga kandungnya."Iya maa
Magbasa pa
PREV
1
...
34567
...
9
DMCA.com Protection Status