Semua Bab Derita Istri Pertama: Bab 51 - Bab 60
89 Bab
Bab 51 Masa Tenang
Saat kelopak mataku terbuka, hal pertama yang aku lihat adalah Mas Adi sedang bersandar dengan sikunya menatapku lekat. Membuatku jad malu seketika. “Kamu ngapain sih Mas? Aneh banget.” Tanyaku dengan suara serak khas orang baru bangun tidur. Bukannya menjawab pertanyaanku, Mas Adi justru tertawa lalu mengecup bibirku cepat. “Mas cuma lihat istriku yang cantik masih tidur.” Godanya seperti saat kami masih baru menikah dulu. Kemesraan yang membuatku merasa di ratukan oleh Mas Adi. “Gombal.” Aku memukul bahunya pelan. Mas Adi justru semakin tertawa keras melihatku yang malu. Dia mengecup bibirku lagi dengan lembut. Matanya menatapku penuha kasih sayang, membuatku merasakan cinta yang kembali bersemi setelah sempat padam. “Kamu masuk ke kamar mandi dulu Dek. Sebentar lagi waktu subuh.” Aku menganggukan kepala lalu mengambl baju ganti dari dalam lemari. Kakiku melangkah menuju kamar mandi di dalam kamar ini untuk mandi dan keramas. Karena tadi malam kami kembali menikmati kebersamaan y
Baca selengkapnya
Bab 52 Mimpi Rumi
POV Rumi Setelah keluar dari pabrik karena pengurangan karyawan, akhirnya aku di terima bekerja di toko baju terkenal di toko ini. Ada berbagai macam baju di toko ini yang banyak di sukai oleh para pembeli. Mulai dari baju pria dan wanita dewasa, baju untuk remaja hingga anak-anak pun ada. Tidak ketinggalan satu set baju keluarga untuk lebaran. Semua baju ini dari satu brand pabrik yang sama. Aku dan Mama kembali punya harapan untuk hidup ke depannya. Dengan menganlkan gaji dari toko ini yang lebih tinggi dari toko baju yang lain. Hari pertama bekerja, aku dan tiga karyawan yang lain di bimbing oleh manajer toko ini. Namanya Mbak Gita. Dia mengatakan pemiliknya adalah pasangan suami istri. Si istri adalah anak dari pemilik pabrik brand baju-baju ini di buat. Sedangkan si suami adalah guru di sekolah asrama yang juga milik kelurga pria itu. Untuk pengelolaan semua toko, baik toko utama dan toko cabang hanya di urus oleh si suami yang bernama Pak Adi. Sedangkan istrinya bernama Bu Nad
Baca selengkapnya
Bab 53 Rencana Rumi
Keesokan harinya aku membawakann kotak makan ke toko dengan alasan jika keluargaku sedang ada acara. Rencana pertama berhasil. Pak Adi sudah mau makan makanan pemberianku. Hari-hari terus berlalu, aku terus membawakannya makan siang. Sedikit berbohong jika aku juga membagikan makanan itu pada karyawan yang lain. Padahal tidak. Aku sudah bisa merasakan perubahan sikap Pak Adi padaku. Terlihat dari wajahnya yang memerah malu atau saat ia sedang menatap mataku dalam penuh cinta. Pendekatan yang kulakukan selama satu minggu ini sukses besar. Aku juga memberanikan diri menyatakan perasaanku pada Pak Adi untuk di pinang sebagai istri kedua. Hingga pernyataan cintaku pada Pak Adi akhirnya di terima. Pelet yang di berikan dukun itu benar-benar manjur. Membuat aku menyimpan dompet kecil khusus untuk menyimpan kertas itu. Dompet yang berisi kertas dengan nama lengkap dan tanggal lahir MasAdi. Akan aku jaga barang ini dengan baik. Karena jika kertas ini sudah hilang, mala pelet yang ada pada d
Baca selengkapnya
Bab 54 Penukaran
Perhatian Mas Adi sudah sempurna aku ambil alih. Kini aku tidak perlu lagi bersikap pura-pura baik di depan Mbak Nada. Rasanya juga sudah terlalu malas untuk merebut hati Ibu dan Umi. Pakai cara halus seperti yang aku lakukan pada Mas Adi juga sudah aku coba berulang kali. Tapi, selama itu pula jadi gagal. Hari ini kami berkumpul di rumah Umi. Usia kehamilanku sudah menginjak trimester ketiga. Lebih tepatnya tujuh bulan. Setiap memeriksakan kandungan, aku tidak pernah ingin melakukan usg dengan Mas Adi dengan alasan agar menjadi kejutan untuk dirinya saat anak ini lahir. Semua keluarga Mas Adi sudah berkumpul di rumah ini. Nasya sibuk bermain bersama semua keponakan Mas Adi. Aku sendiri sudah membantu Umi menyiapkan masakan di dapur. Kebetulan sekali saat sedang mengambil dompet yang tertinggal, aku melihat Nasya sedang main petak umpet dengan Alfian dan Dani. Kedua putra Mbak Aisyah, kakak tiri Mas Adi. Anak itu memilih bersembunyi di dalam mobil. Kepalaku terus menoleh ke kanan da
Baca selengkapnya
Bab 55 Kertas Yang Hilang
Tiga tahun berlalu dengan cepat. Rahman dan Karina sudah tumbuh menjadi anak balita yang aktif. Entah bagaimana keadaan Karina sekadang. Aku sendiri sudah tidak berniat untuk mencari tahu kabar Karina lagi. Yang penting aku masih rutin mengirim uang sebesar satu juta pada Rahmi setiap bulannya. Berbeda denganku yang tidak berniat untuk menemui anak kandung, Rahmi akan datang ke rumah ini sebulan dua kali untuk membersihkan rumah. Sekaligus agar bisa melihat Rahman dari jarak dekat. “Dia mirip banget sama Bapaknya.” Sering kali aku mendengar Rahmi bergumam tentang hal itu sendiri saat menatap Rahman yang asyik bermain hp. Dapat aku lihat sorot ketinduan yang teramat besar dari mata Rahmi. Tapi, hal itu sama sekali tidak masalah untukku. Karena rahasiaku selama ini aman. Biarlah Rahmi yang menjaga Rahman dari jauh. Aku sedang bersantai di depan TV menonton drama kesukaanku. Berbeda dengan saat Mas Adi ada di rumah ini, aku mencari muka padanya dengan cara bermain dengan Rahman. Jika M
Baca selengkapnya
Bab 56 Akting
Bukan hanya Mas Adi saja yang ada di bawah kendaliku. Tapi, juga kedua tetanggaku yang merupakan pasangan suami istri, Pak Mamat dan Bu Mamat. Aku melakukan cara yang sama seperti yang aku lakukan pada Mas Adi. Hanya karena ingin mereka bisa membantu dan mengantarku dengan mobil kemanapun aku pergi. Karena aku tidak mau membeli mobil jika tidak bisa mengendarainya sendiri. Mau minta sopir, takut di sindir Ibu dan Umi.Saat mobil tiba di halaman rumah sakit, aku turun sendiri lalu masuk ke dalam bangunan yang besar ini. Setelah bertanya pada suster yang lewat, aku masuk ke dalam lift tempat Nasya di rawat. Saat tiba di depan ruang rawat Nasya yang ada di kamar VIP, aku melihat ke dalam ruangan dari jendela pintu. Sepertinya tidak ada Mas Adi di dalam. Cklek Mbak Nada menolehkan kepalanya ke arahku dengan pandangan datar. Aku langsung masuk ke topik tujuan yaitu agar Mbak Nada tidak perlu menghalangi Mas Adi jika ingin pulang ke rumahku. Apalagi menelponnya saat Nasya sedang sakit. Ta
Baca selengkapnya
Bab 57 Video Karina
Sejak hari itu, sikap Mas Adi sudah sepenuhnya berubah padaku. Tanpa dia sadari setiap datang ke rumah, aku selalu memberinya minuman yang sudah di campur dengan bubuk putih pemberian dukun. Dengan harapan tentang keinginan baru Mas Adi bisa aku tebak dengan benar. Namun, hasilnya nihil. Mas Adi belum bisa kembali tunduk padaku. Yang ada Mas Adi justru menyibukan dirinya dengan bermain dengan Rahman. Untuk tiga hari ke depan, harusnya jatah Mas Adi untuk tetap berada di rumahku. Sayangnya setelah pulang kerja, dia justru mengirim pesan akan menjenguk Nasya dulu di rumah sakit. Tentu saja hal itu membuatku merasa sangat marah padanya dan Mbak Nada. Karena kini posisiku dan kakak maduku itu seolah di balik. Ini tidak boleh terjadi. Jika aku tidak bisa menggunakan cara yang lembut seperti dulu, sekarang aku harus menggunakan cara lain berupa ancaman.Tanganku gemetar saat mengirim banyak pesan pada Mas Adi yang tidak kunjung di balas. Beberapa hari lalu aku mengirimkan ancaman akan memb
Baca selengkapnya
Bab 58 Cara Kasar
"Apa saja yang kamu lakukan pada Karina hingga dia memutuskan kabur?" Cecarku lagi tidak memberikan Rahmi kesempatan untuk menjawab. Membayangkan jika Rahmi sudah sangat ceroboh hingga membuat Karina berhasil kabur membuatku ingin memukulnya saat ini juga."Jika sampai Mas Adi dan Mbak Nada tahu jika kita sudah menukar Karina dengan Rahman, ini semua jadi kesalahan kamu." "Tunggu dulu Mbak Rumi." Rahmi akhirnya angkat bicara juga. Raut wajah yang awalnya khawatir sudah berubah menjadi kesal."Bukannya Mbak Rumi sendiri yang mengijinkan saya untuk melakukan apapun pada Karina? Saya hanya menyuruhnya untuk ikut bekerja sebagai pengemis. Belum lagi Mbak Rumi yang tidak kunjung mengirimkan uang untuk kami. Jadi, saya terpaksa menyuruh Karina untuk bekerja lebih keras lagi." Jawab Rahmi tidak mau kalah. Bulan ini aku memang belum mengirimkan uang untuk Rahmi lagi. Sudah dua bulan ini aku terpaksa berbohong pada Rahmi jika usaha Mas Adi saat ini sedang mengalami kesulitan. Sehingga aku ti
Baca selengkapnya
Bab 59 Gagal Lagi
Hari yang aku tunggu akhirnya tiba juga untuk memberikan racun itu ke makanan Mbak Nada. Ibu mengadakan acara makan malam di rumahnya. Sejak pagi aku sudah mengajak Rahman untuk pergi lebih dulu ke rumah Ibu. Dengan membawa botol kecil yang di berikan oleh Bejo saat ia mengantar paket sebagai ojek online. Mengabaikan Mama yang sejak kemarin protes tidak setuju dengan rencanaku yang ia nilai terlalu berbahaya. Aku sudah tidak peduli lagi. Yang ada di pikiranku hanya bisa memiliki Mas Adi seutuhnya. Dengan cara menyingkirkan Mbak Nada dari sisi suami kami.“Nanti aku disana main sama siapa Ma?” Tanya Rahman yang duduk di sampingku. Anak itu tampak cemberut karena aku mengajaknya ke rumah Ibu. Rahman memang tidak bisa akrab dengan semua saudara sepupunya. Karena mereka juga mengajak main Nasya bersama. Berbeda jika tidak ada Nasya, Rahman baru mau bermain dengan saudara sepupunya.“Makanya kamu harus bisa mengambil hati mereka Rahman. Kenapa malah memilih menjauh? Padahal ada Alfian dan
Baca selengkapnya
Bab 60 Kata Talak 3
Sekali lagi aku beruntung karena Mas Adi dan Mbak Nada tidak bisa mengendus jika kecelakaan yang mereka alami karena perbuatanku. Bahkan begitu kembali ke rumah, Mas Adi sudah mengajakku, Rahman dan Mama untuk makan di restaurant luar. Kami benar-benar seperti keluarga rukun pada umumnya. Tanpa ada yang tahu jika aku hanya istri kedua Mas Adi. Begitu keluar dari restaurant aku terus bergelayut manja pada lengan Mas Adi yang masih menggendong Rahman. Malam harinya, Mas Adi mengajakku untuk pergi ke rumah Ibu. “Kita ada acara makan malam lagi Mas? Kok nggak di umumin di grup sih?” Mas Adi menggelengkan kepalanya. Membuat perasaanku jadi tidak enak. “Nggak kok. Bukan makan malam keluarga besar. Cuma syukuran kecil-kecilan karena Nada sudah sembuh. Selain itu, ada yang ingin Abah bicarakan dengan kita. Hanya nasihat-nasihat tentang poligami.” Terang Mas Adi yang membuat perasaanku tetap tidak enak. Saat Mas Adi tengah mandi sore ini, aku masuk ke dalam Rahman. Seperti biasa bocah itu a
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
456789
DMCA.com Protection Status