Semua Bab Terpaksa Kuterima Lamaran Sahabatmu : Bab 51 - Bab 60
80 Bab
51. Harus Dihindari
Mataku sontak melebar meski detik berikutnya aku mencoba menormalkan raut wajahku. Supaya tidak terlihat terlalu kaget. Jadi, rupanya Nindy juga sedang hamil?"Jadi, Mbak Nindy sedang hamil lagi?" Kuredakan perasaan kaget dengan sebuah pertanyaan."Iya nih, Mbak Ara. Alhamdulillah aku sedang mengandung anak kedua, mudah-mudahan cowok. Baru jalan delapan minggu. Jadi belum ketahuan jenis kelaminnya." Nindy kembali mengusap perutnya yang masih terlihat rata, sementara senyumnya mengembang sempurna. Mau tidak mau, aku pun ikut tersenyum. "Selamat ya, mudah-mudahan sesuai dengan yang diharapkan, biar jadi sepasang." "Sebenarnya saya sudah pingin hamil lagi sejak kami di Surabaya. Tapi Mas Rey bilang, dia ingin anak keduanya lahir di Bandung. Saya juga nggak ngerti, kenapa Mas Rey se-cinta itu sama Bandung, hingga anak keduanya harus lahir di sini." Nindy menggeleng pelan dengan senyum yang belum terlepas."Bandung memang selalu membuat rindu. Orang yang pernah tinggal di Bandung pasti a
Baca selengkapnya
52. Drama (Tamat season 1)
Sampai di rumah, Bang Fyan segera menyiapkan air hangat. Pria itu meletakkan tas kerjanya di atas kasur lalu masuk kamar mandi. Ia pun keluar dan kondisi tangan baju yang sudah dilipat."Kamu berendam dulu, ya, biar biar rileks!" pintanya lembut."Nanti aja, Bang." "Kalau nanti keburu ngantuk, lebih baik sekarang. Atau perlu Abang temenin?" Raut mukanya sontak berubah ketika ia mengucapkan kalimat terakhir. Aku pun tersenyum samar. Bang Fyan begitu baik, menyiapkan segala sesuatunya tanpa kuminta."Abang mau turun, mau bikin minuman hangat. Kamu mandi dulu, ya!" Pria itu pun mengusap lembut pundakku lalu berlalu tanpa berganti pakaian. Tuhan memberiku suami yang nyari sempurna. Tapi sejak awal aku sudah menulis namanya sebagai kakakku. Menyayanginya sebagai saudara. Seluruh hatiku sudah kuserahkan pada pria bernama Rey. Tidak mudah memang untuk mengubah keadaan itu jadi berubah 180 derajat. Selama beberapa tahun ini aku sudah berusaha memaksimalkan peranku sebagai seorang istri dan
Baca selengkapnya
53. S2 Lama tak jumpa
Fyan meletakkan ponselnya ketika mendengar suara mobil berhenti tepat di depan rumahnya. Hari minggu ini pemuda berpostur tegap itu tidak kemana-mana. Selain karena harus menemani Ara mengerjakan skripsinya, ia juga mendapatkan kabar kalau teman dekat sewaktu kuliah dulu akan berkunjung ke sini. Hampir dua tahun Fyan tidak bertemu dengan Rey. Saat itu selepas kuliah, mereka sama-sama menjadi pekerjaan di sebuah perusahaan. Keduanya diterima meski bekerja di divisi yang berbeda. Baik Fyan maupun Rey, sebenarnya bisa saja bekerja di kantor orang tua masing-masing tanpa harus melalui tes atau perjuangan lainnya.Akan tetapi, keduanya bersikeras melamar pekerjaan di perusahaan orang lain dengan meninggalkan identitas orang tuanya sebagai pengusaha sukses. Ingin merasakan bagaimana susahnya mencari pekerjaan, keduanya pun akhirnya bekerja di perusahaan orang lain selama kurang lebih satu tahun. Setelah dirasa punya pengalaman yang cukup, keduanya akhirnya memutuskan kembali ke perusahaan o
Baca selengkapnya
54. S2 Tumben Rapi.
Untuk beberapa saat, gadis itu hanya menatap ke arah Rey."Ditanya malah bengong!" Fyan mengibaskan telapak tangannya di depan wajah Ara lantaran melihat gadis itu tak bereaksi apapun."Eh, iya. Alhamdulillah baik. Bang Rey sendiri gimana?' jawab Ara dengan suara bergetar serta salah tingkah. Dalam hatinya merasa malu khawatir kalau Rey sadar dirinya gugup.Fyan mengalihkan pandangan. Melihat gadis itu salah tingkah, tiba-tiba ada rasa tidak enak dalam hatinya, meskipun dia belum tahu pasti penyebabnya."Alhamdulillah baik. Kalau nggak, mana bisa ke sini. Gimana kuliahnya, Ra?" Rey adalah pria yang pandai dalam hal komunikasi. Makanya ia bisa membaca situasi dan melanjutkan basa-basinya."Lagi pusing-pusingnya Bang, nyusun skripsi," sahut Ara sambil menunjuk layar laptop yang ada di hadapannya."Kan ada Fyan. Suruh aja dia yang ngerjain," lanjut Rey sembari menaikkan kedua alisnya, kemudian melirik ke arah Fyan yang tengah menghempaskan tubuhnya di sofa."Yang kuliah 'kan Ara. Masa g
Baca selengkapnya
55. S2. salah tingkah
"Berangkat sekarang?" tanya Fyan sambil melirik ke arah Rey. Raut wajah yang semula berubah jadi kembali tenang, lebih tepatnya berusaha dibuat tenang."Ayo. Lagian ini sudah memasuki jam makan siang. Kalau kita tidak gercep, pasti tidak akan kebagian tempat duduk." Melihat hal yang tidak biasa pada raut sahabatnya itu, Rey sontak bangkit. Dirinya semakin yakin kalau Fyan memang punya perasaan yang istimewa pada Ara.Keduanya lalu keluar setelah berpamitan pada Bunda. Sementara Ara tidak banyak bicara, gadis itu mengekor dua pemuda yang berjalan di depannya.Di dalam mobil pun, Ara tetap berdiam diri. Dia yang duduk di kursi belakang hanya menyimak obrolan dua pemuda di barisan depan.Rey kerap mengomentari tempat-tempat yang mereka lalui. Tempat di mana dulu dia dan Fyan menghabiskan waktu bersama sewaktu kuliah dulu. Ara jadi menyimpulkan, meski Fyan mengaku tidak bersahabat dengan Rey, tetapi yakin kalau keduanya cukup dekat terutama bagi Fyan yang sudah jelas tidak punya banyak t
Baca selengkapnya
56. S2. Senyum-senyum Sendiri.
"Kok, pada diem?" tanya Ara sambil menatap keduanya secara bergantian. Sadar kalau Ara menyadari, Rey pun mengusap tengkuknya perlahan sambil tersenyum miring."Kan lagi makan, masa sambil lari-lari," jawab Rey sambil tersenyum kaku. Kemudian ia melirik Fyan. Pemuda itu tidak ada tanda-tanda akan berbicara, dia asik mengaduk-aduk soto yang masih tersisa separuhnya.Ara mengangkat bahunya sambil duduk di tempat semula. "Ya bukan begitu juga, Bang. Maksudnya, 'kan biasanya kalian asik ngobrol," sahut Ara lagi sambil menggeser mangkok soto yang sama sekali belum disentuhnya keburu kebelet ke belakang."Kalau makan jangan sambil bicara. Habiskan sotomu, setelah itu kita pulang," ucap Fyan lembut sambil terus menyuap, pemuda itu sama sekali tidak mau melirik ke arah adik angkatnya."Lho, kok, buru-buru, Bang. Habis makan nggak jalan dulu, ya?" Ara menatap wajah pria di sampingnya, sementara tangannya masih sibuk mengaduk."Kamu 'kan lagi ngerjain skripsi, nanti kalau kita jalan, pulangny
Baca selengkapnya
57. S2 Bukan Muhrim
"Bunda! Bang Fyan sudah punya pacar!" teriak Ara tiba-tiba membuat Fyan sontak melebarkan bola matanya."Jangan berisik!" ucapnya kemudian sambil tetap melebarkan bola matanya. Tetapi, gadis itu tidak terpengaruh oleh sikap Fyan yang sedikit mengintimidasi itu. "Bunda! Bang Fyan chating sambil senyum-senyum sendiri!"Ara berteriak kembali. Kali ini dia tidak mau menoleh ke arah Fyan karena tahu apa yang sedang dilakukan pria itu.Fyan pun hanya mencebik mendengar ucapan Ara yang ditujukan pada Bunda. Seandainya dia punya keberanian untuk mengatakan bahwa dirinya memang sedang jatuh cinta dan gadis yang berada di hadapannya itu adalah alasan kenapa Fyan semyum-ssnyum sendiri. Tetapi semua itu hanya bisa Fyan katakan dalam hati, ia tidak mau mengambil resiko dijauhi gadis itu hanya karena kejujurannya."Ada apa, sih, kalian ribut-ribut?" Bunda muncul di balik pintu. Bukan hal yang aneh sebenarnya mendengar dua remaja ini terlibat perdebatan ataupun percekcokan."Ada yang aneh dari Ban
Baca selengkapnya
58. S2 Jalan Berdua
Pulang dari rumah Fyan, Rey langsung ke rumah lalu masuk kamar. Pemuda itu tidak pergi kemana-mana seperti yang dia katakan tadi pada Fyan dan Ara. Itu hanya alasannya untuk berpamitan.Pemuda dengan rambut sedikit gondrong itu menghempaskan tubuhnya ke atas ranjang berukuran besar di dalam kamarnya yang mewah. Pikirannya tak lepas dari sahabatnya. Rey yakin pria bernama lengkap Sofyan Daud itu memiliki perasaan lebih kepada gadis bernama Ara. Gadis yang sebenarnya membuat Rey juga pangling, lantaran dulu sewaktu dirinya berpamitan ke Surabaya, Ara masih terlihat ke-kanakan dan lugu.'Kenapa si Fyan tidak punya keberanian untuk mengatakan perasaannya pada Ara?' Gumam Rey sambil mengubah posisi tidurnya, dari terlentang menjadi miring ke kanan'Aku harus membantu mereka. Fyan bukan tipe benda yang mudah diatur, tetapi aku punya cara lain untuk membuatnya mau mengakui perasaannya. Tunggu saja, kurang dari satu bulan, lu akan jadian dengan Ara.' Rey bangkit kemudian berjalan menuju kama
Baca selengkapnya
59. S2 Pindah
Hari ini ayah Daud pulang, setelah selama 10 hari berada di Surabaya. Ada masalah di anak cabang perusahaannya yang perlu diselesaikan. Akan tetapi, kedatangan Ayah membawa kabar yang kurang menyenangkan, khususnya bagi Fyan. "Ayah memutuskan kalau kita akan pindah ke Surabaya," ucap Ayah tenang."Jadi selama 10 hari ini belum selesai, Yah?" tanya Bunda sambil meletakkan cangkir yang berisi teh hangat di hadapan Ayah yang baru saja selesai membersihkan diri. Mereka tengah berkumpul di ruang keluarga."Perlu waktu lebih dari 10 hari, Bun. Kalau harus bolak-balik, Ayah tidak sanggup. Berhubung kondisi Ayah yang sudah tua, jadi ayah memutuskan kita akan pindah ke Surabaya. Termasuk kamu Fyan." Ayah beralih pada anak bungsunya."Tapi, Yah." Fyan mengangkat wajah. Jujur saja untuk menuruti Ayah supaya pindah ke Surabaya, hatinya menolak mentah-mentah."Tapi apa?""Fyan nggak bisa.""Kamu itu masih perlu bimbingan, sementara Ayah harus tinggal di Surabaya. Malahan nanti di sana kamu bisa b
Baca selengkapnya
60. S2 Pamit
"Tenang saja. Bu Daud tidak perlu khawatir, Fyan dan Ara itu seperti perangko dan surat, tidak bisa dipisahkan apa pun yang terjadi. Jadi akan lebih mudah menjaga mereka secara bersamaan.""Alasan itulah yang membuat saya tidak begitu khawatir meninggalkan Fyan di sini sendirian. Selain dia sudah dewasa, saya juga percaya kalau Bu Baskara bisa menjaganya." Bunda tersenyum optimis."Tenang saja, Bu Daud, Nak Fyan sudah saya anggap sebagai anak saya sendiri." "Saya juga sebenarnya tidak mau pergi dari sini. Tapi bagaimana, ya, Ayahnya harus menyelesaikan masalah di Surabaya dan katanya itu membutuhkan waktu yang cukup lama. Sebagai seorang istri l, saya tidak bisa jauh darinya.""Saya mengerti, Bu Daud. Urusan Fyan di sini percayakan sama saya."Keduanya lalu tersenyum. Setelah itu bunda Fatimah berpamitan karena masih harus mempersiapkan mengemas barang-barang. Meskipun tidak semua barang akan dibawa, hanya pakaian dan beberapa barang penting yang muat di mobil. Bunda Fatimah dan Ay
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
345678
DMCA.com Protection Status