Semua Bab Terpaksa Kuterima Lamaran Sahabatmu : Bab 31 - Bab 40
80 Bab
31. Doa yang Terkabul
"Mama juga tidak yakin, sebab Ara masih bersikeras menuggu Rey. Kami akan coba meyakinkan dia tapi kami juga butuh bantuan kamu.""Apa yang harus Fyan lakukan, Ma?" Tiba-tiba saja pertanyaan itu keluar dari mulutku seiring keyakinan dalam hatiku bahwa aku tak mau kehilangan kesempatan untuk yang kedua kalinya."Yakinkan hatimu! Bismillah, ini jalan yang terbaik buat kalian. Masalah Ara biar kami yang mengurus, tidak mengapa jika awalnya kita sedikit memaksa pada Ara. Mama mohon, Fyan. Mama nggak rela kalau Ara jatuh ke tangan orang lain, Mama sangat berharap padamu." Dengan mata berkaca-kaca dan suara bergetar Mama menggenggam tanganku."Iya Ma, Fyan janji akan menjaga dan membahagiakan Ara. Jujur, Fyan nggak mau kehilangan kesempatan untuk kedua kalinya."Mendengar itu Mama tersenyum dan Papa menepuk pundakku."Alhamdulillah, Papa senang mendengarnya. Papa percaya sama kamu. Hubungi Ara, dan sampaikan niatmu."Aku mengangguk, dalam hati tak hentinya mengucap syukur karena aku mendapa
Baca selengkapnya
32. dia milikku
Aku pikir itu awal yang baik bagi hubungan kami. Tapi nyatanya Ara masih menyimpan rasa pada Rey, terbukti dari wallpaper ponselnya yang masih menggunakan poto mereka dan aku cemburu, wajar bukan jika hal itu aku rasakan. Apalagi sekarang aku adalah suaminya, orang yang paling berhak atas dirinya baik lahir maupun batin. Hingga kali ini kesabaranku sudah sampai pada batasnya. Aku mengganti wallpaper ponselnya dengan poto pernikahan kami dan itu memicu perselisihan lagi. Kali ini aku berada di titik jenuh dan rasanya sudah lelah memperjuangkan rasa ini. Kuputuskan untuk bersikap masa bodoh saja, aku menunggu Ara mengambil keputusan setelah ini. Karena aku tahu Rey sudah kembali ke kota ini. Salah satu teman kuliah kami mengatakan bahwa dia bertemu Rey baru-baru ini. Sengaja aku makin mengabaikan dia untuk memberi kesempatan supaya dia bertemu Rey dan segera menyelesaikan masalah mereka. Apapun keputusan Ara aku siap menerimanya. Jika memang mereka ingin kembali menjalani hubungan, ak
Baca selengkapnya
33. Sudah Halal
Pov AraKejadian semalam ketika bertemu dengan Rey juga Nindy jujur saja sangat menguras emosiku. Meski aku sudah tahu perihal mereka berdua, tapi melihat Nindy bergelayut pada tangan Rey seraya berkata manja tetap saja membuat ada yang teriris di dalam dadaku.Ditambah lagi prasangka terhadap alasan Bang Fyan menikahiku. Meski kata Bang Fyan dia menikahiku bukan karena kasihan padaku. Namun di hatiku masih ada sedikit ganjalan. Akan aku tanyakan nanti, karena mulai saat ini tak mau lagi ada hal yang disembunyikan diantara kami. Untuk bisa saling menerima mungkin harus dimulai dari saling terbuka. Aku belum bisa mencintai Bang Fyan seperti layaknya seorang istri. Namun akan kucoba menerima kenyataan bahwa dia suamiku.Allah telah mematahkan hatiku karena Dia tahu Rey bukan yang terbaik untukku. Dan Bang Fyan adalah lelaki yang dikirim Allah untuk menjagaku dari efek buruk patah hati karena lelaki bernama Rey. Tidak dapat kubayangkan bagaimana jika ketika kutahu kenyataan tentang Rey
Baca selengkapnya
34. Sarapan Jauh
Beberapa saat kami berkejaran hingga aku merasa kelelahan dan berhenti. Kemudian dengan napas pendek-pendek aku membungkuk memegangi lutut. Keringat membasahi dahiku dan seluruh wajahku. Perlahan aku mengangkat wajah bersamaan dengan tubuhku yang menegak. Dan dia sudah berada di hadapanku kini sambil berkacak pinggang. Sedikit senyuman terlukis sedangkan aku memasang wajah datar."Sudah Abang bilang kita jalan saja, nggak usah lari-lari," ucapnya tanpa merasa bersalah."Yang lari duluan siapa?" tanyanya geram."Abang bukan lari tapi cuma menghindar saja."Tak mau berdebat lebih jauh lagi aku melangkah mendahuluinya. Meninggalkan dia yang masih berdiri dengan senyum tidak jelas. Setelah beberapa langkah kurasa dia kembali menggenggam jemariku seperti tadi. Aku hanya membiarkanya tanpa banyak bicara. Hingga hampir satu putaran berlalu aku larut dalam pikiranku dan sepertinya lelaki disampingku ini juga larut dalam pikirannya. Sesekali pandangan kami bertemu lalu saling berpaling lagi
Baca selengkapnya
35. Mogok
Selang beberapa menit, dia kembali dan duduk di tempat semula lalu melanjutkan makannya. Aku ingin bertanya apa yang terjadi tapi lidahku tiba-tiba seperti kaku. Aku belum terbiasa bertanya apapun mengenai perasaannya ataupun aktivitasnya.Akhirnya aku pun kembali melanjutkan makan sambil sesekali melirik ke arahnya. Dia nampak masih gelisah dan sesekali membuang napas berat."Bang .... " Aku memulai lagi percakapan."Iya, kenapa sa .... " Dia menggantung kalimatnya kemudian kami menoleh secara bersamaan. Aku menautkan alisku untuk mewakili pertanyaanku.Bang Fyan mengangkat satu tangannya lalu mengusap tengkuknya sambil mengangkat alis dan tersenyum tipis."Abang kenapa, sih?" "Mau bilang sayang tapi disini tidak ada Rey ataupun Nindy, jadi nggak jadi deh," jawabnya ragu."Memangnya harus?""Semalam kamu protes. 'Cukup Bang. Disini tidak ada Rey, tidak ada Nindy. Jadi nggak usah sok-sokan manggil sayang lagi!' Kamu ingat kan?"Ya, semalam kan, Ara ... masih ... emosi ... jadi .... "
Baca selengkapnya
36. Sahabat Terbaik
Kami baru saja sampai di rumah setelah duhur. Beristirahat sebentar lalu membersihkan badan dan melaksanakan shalat Dzuhur berjamaah. Ada rasa tak biasa ketika aku melakukan aktivitas di rumah bersamanya. Tanpa rasa canggung dan sungkan, saling bercanda. Seperti beberapa tahun yang lalu, dan sekarang tanpa batas untuk saling memeluk dan memandang.Aku mulai bisa menggeser posisi hatiku, dari merasa sebagai adik menjadi nyaman sebagai istri. Lagipula tak ada alasan lagi untuk menolak pernikahan ini. Rey sudah tidak bisa diharapkan dan aku terlanjur kecewa pada Rey.Memilih untuk menerima Bang Fyan adalah pilihan terbaik untukku. Bukankah kami sudah terbiasa menghabiskan waktu bersama sejak dulu. Meskipun dalam konteks yang berbeda. Setidaknya kami sudah tahu sifat satu sama lain. Hanya perlu merubah rasa dari sayang sebagai saudara menjadi cinta suami istri."Kamu tidak akan tahu patahnya hati Abang dulu ketika harus meninggalkan kota ini. Meninggalkan cinta Abang untuk laki-laki lain
Baca selengkapnya
37. Terjebak Permainan Sendiri
ReyPov ReyGadis bertubuh mungil itu pertama kali aku lihat ketika berkunjung ke rumah salah satu temanku. Teman satu fakultas ketika aku menempuh pendidikan di perguruan tinggi. Juga teman satu perjuangan ketika memulai karir. Sama-sama diterima bekerja pada sebuah perusahaan.Namanya Mutiara Putri Baskara, tapi aku mendengar Fyan sahabatku lebih sering memanggilnya dengan sebutan Ara. Nama yang bagus, simpel seperti orangnya. Ara termasuk gadis yang mudah beradaptasi dengan orang baru. Sehingga bisa cepat kenal dan akrab.Gadis manis yang kerap mengganggu Fyan itu dikenalkan sebagai adiknya. Tapi belakangan aku tahu kalau Ara anak tetangga sebelah Fyan yang sudah seperti adiknya sendiri.Aku melihat tatapan Fyan berbeda pada Ara, sepertinya dia menyimpan perasaan lain. Muncul niat iseng di dalam hatiku untuk memancing Fyan mau mengakui perasaannya pada Ara.Siang itu ketika aku menyampaikan pada Fyan bahwa aku suka pada Ara, Fyan nampak terkejut meskipun dia berusaha untuk menyembu
Baca selengkapnya
38. Tak sengaja
Setelah mengetahui bahwa Maya punya andil yang sangat besar dibalik pernikahanku dengan Bang Fyan, aku sangat bersyukur bahwa Allah telah menghadirkan orang-orang terbaik di sekitarku.Sore ini ketika Bang Fyan menjemputku, aku mengajak Maya, Iren serta Rasti makan bersama di sebuah restoran yang cukup mahal. Sekali-kali mengajak mereka makan memang kerap aku lakukan, hanya saja biasanya aku memilih tempat yang lebih sederhana, yang penting kebersamaannya."Ra, kenapa masuk ke sini? Ini mahal loh," bisik Maya ketika kami mencari tempat duduk."Ya, sekali-kali lah.""Aku tahu nih, emang orang kalau lagi seneng apa aja bisa dilakukan ya. Termasuk orang yang lagi kasmaran," goda Maya seraya menjauh dariku."Sok tahu!" Aku memutar bola mata."Kalian ini, tidak malu apa? Udah gede masih becanda ala anak sekolah." Bang Fyan mengusap kepalaku sedang aku hanya tersenyum tipis.Sikap Bang Fyan masih sama seperti itu, sukanya mengacak rambutku ketika aku masih SMA. Setelah aku kuliah dan berhij
Baca selengkapnya
39. Siapa Bimo
Tidak lama setelah dia pergi, ponselnya yang ternyata tertinggal di dalam mobil tiba-tiba menyala. Nama Ajeng kembali terpampang sedang memanggil. Ada rasa tidak suka ketika lagi-lagi melihat dia menelepon. Di dorong oleh rasa penasaran dan rasa kurang suka, membuat aku memberanikan diri menggeser tombol hijau dilayar ponsel suamiku. Lalu mendekatkan benda pipih ini ke telingaku.Hening beberapa saat, karena aku sengaja tidak bersuara."Assalamualaikum Mas," terdengar suara seorang wanita dari seberang telepon. Aku masih diam tak bersuara."Maaf mengganggu Mas, saya tahu ini waktunya Mas Fyan bersama istri Mas. Saya cuma mau menyampaikan terima kasih, alhamdulillah uangnya sudah masuk rekening. Minta do'anya besok Bimo mau operasi dan jika sempat saya mohon Mas mau menjenguk dia."Uangnya masuk rekening? Sepertinya Bang Fyan diam-diam mengirim sejumlah uang pada Ajeng untuk biaya operasi Bimo. Tapi siapa Bimo? Aku menahan nafas supaya tidak terdengar ke seberang sana. Karena kini ak
Baca selengkapnya
40. Dugaan
Jangan tanya lagi bagaimana keadaan hatiku. Sebab berbagai macam prasangka sedang berkumpul di sana. Bagiamana kalau malam ini dia meminta haknya sedang hatiku tengah diliputi berbagai macam pertanyaan mengenai Ajeng."Apakah Abang ada salah?" Rupanya pertanyaan itu yang keluar dari bibirnya."Ti-tidak ada kok, kenapa Abang bertanya seperti itu?""Abang merasa ada yang beda. Kalau ada apa-apa ngomong saja. Abang siap mendengarkan kok." Dia menggenggam tanganku dengan kedua tangannya.Aku tersenyum tipis mendengarnya, sebenarnya ingin sekali bertanya perihal nama wanita yang sejak tadi mengganggu pikiranku."Besok Abang pergi ke Surabaya untuk beberapa hari, kalau kamu tidak berani tinggal sendirian di sini, kamu boleh nginep di rumah Mama. Atau minta Endra tidur di sini saja, dia kan sedang libur semester."Deg!Jadi benar dia akan menemui wanita itu besok? Dan dia tidak mengajakku ikut ke Surabaya? Ini patut dicurigai."Ada urusan apa?""Abang ada sedikit keperluan, paling dua hari k
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234568
DMCA.com Protection Status