Semua Bab Menikahi CEO Duda: Bab 31 - Bab 40
42 Bab
BAB 31
Jantung Liam rasanya ingin berhenti berdetak sepanjang waktu berlalu. Kepalanya terasa seakan hendak pecah memikirkan perihal keberadaan anaknya. Namun, lelaki itu masih bisa berlagak tenang di hadapan Luna. Meski dalam hati dia ingin melampiaskan kemarahan pada wanita itu. Bagaimana bisa, bocah yang beberapa saat lalu menghubunginya, tiba-tiba sekarang menghilang begitu saja? Sementara, ada orang dewasa yang pergi bersamanya."Maafkan aku, aku lalai menjaga Nic."Luna berkata dengan suara bergetar ketika mereka berjalan mengekor langkah security menuju ruang keamanan untuk mengecek rekaman CCTV.Liam tidak menjawab pertanyaan Luna. Saat ini yang paling penting adalah Nic bisa ditemukan. Dia nyaris tidak peduli pada apa pun selain keselamatan anaknya.Security lekas memberitahu kehilangan yang terjadi pada petugas yang berjaga di ruang keamanan. Tanpa menunggu lama, petugas memutar mundur rekaman CCTV ke beberapa jam lalu saat Nic menghilang. Saat akhirnya Liam melihat dengan mata kep
Baca selengkapnya
BAB 32
Luna berjalan kembali menuju mobil Liam dan masuk ke dalamnya. Melihat Liam yang tidak pernah mengalihkan sejenak pun perhatiannya sejak tadi, Luna merotasikan bola mata sambil memasang sabuk pengaman."Aku tidak mengatakan apa pun pada Kak Cale tentangmu. Kau tidak perlu khawatir sampai harus mengawasiku seperti itu," gumamnya."Aku sama sekali tidak khawatir," pungkas Liam, menanggapi ucapan Luna. Pria itu lekas menghidupkan kembali mesin mobil dan melajukan kendaraan beroda empat tersebut meninggalkan kawasan rumah sakit.Tidak ada lagi percakapan apa pun setelah itu. Hanya terdengar deru suara mesin dan sesekali klakson yang Liam tekan saat menyiap kendaraan lain. Luna asyik dengan pikirannya sendiri, sementara Liam fokus pada setir.Setelah beberapa lama, Liam menghentikan mobilnya di depan sebuah ... bar?"Kenapa bar?" Luna menyuarakan isi kepalanya.Tidak mengindahkan pertanyaan Luna, Liam keluar dari mobil begitu saja. Bingung sekaligus kesal karena diabaikan, Luna akhirnya ik
Baca selengkapnya
BAB 33
"Shit!"Liam mengumpat saat teleponnya tiba-tiba berdering di tengah situasi yang darurat ini. Menyadari bahwa Liam sedang membutuhkan konsentrasi tingkat tinggi saat mengemudi, Luna menawarkan bantuan untuk mengangkat panggilan tersebut. Meski wanita itu hanya melayangkan tatapan padanya, untungnya Liam mengerti dan mengangguk. Lekas, Luna menggeser tombol hijau sehingga panggilan dari nomor asing tersebut kini tersambung."Sepertinya, kau sudah mencari putramu."Suara pria yang Luna kenal sebelumnya, terdengar di ujung telepon."Bajingan!" desis Liam pelan, tetapi tajam. "Jika terjadi lecet sedikit saja pada tubuh putraku, akan aku pastikan kau membusuk di neraka setelahnya, Antonio!"Antonio terkekeh pelan. Terdengar amat menyebalkan di telinga mereka."Berikan proyek pembangunan Lustrio Hotel padaku dan aku akan mengembalikan putra kesayanganmu ini dengan utuh," pungkas Antonio.Liam terkekeh sumbang. "Ada apa dengan Lustrio Hotel sampai kau begitu menginginkannya setengah mati?"
Baca selengkapnya
BAB 34
Luna dan Levin berdiri dengan harap-harap cemas. Pasalnya, Liam benar-benar sudah kehilangan akal. Bagaimana bisa dia masuk ke dalam kandang musuh tanpa perlindungan apa pun dan hanya seorang diri?"Dia akan baik-baik saja, bukan?" tanya Luna, melirik pada Levin dengan perasaan cemas yang dia sembunyikan. Namun bagaimana pun, Levin dapat melihat kegusaran yang dia rasa, lebih dari siapa pun."Tenang saja. Kita tidak datang sendirian. Aku sudah membawa beberapa orang untuk berjaga-jaga," tandas Levin. Meski begitu, dia juga merasakan kecemasan yang sama.Luna menghela napas dalam. Duduk di kap mobil sambil mengurut pangkal hidungnya yang terasa agak kaku. Perasaan khawatir yang teramat membuat wanita itu lelah. Hingga ...Bug! Brak!Sebuah kegaduhan terjadi. Dalam waktu sepersekian detik, Luna tiba-tiba saja sudah berada di genggaman dua lelaki berpakaian serba hitam dengan gelang naga di tangan mereka."Shit!" Levin mengumpat, sementara Luna menelan ludah sebab salah seorang pria meng
Baca selengkapnya
BAB 35
"Shit!"Umpatan Antonio terdengar pelan. Pria itu menyeka ujung bibirnya yang berdarah, lantas mengangkat wajah dan tersenyum miring melihat Luna sudah berada di sisi Liam.Luna sendiri masih begitu terkejut dengan apa yang terjadi, sehingga ketika Liam mulai maju dan hendak memukul Antonio kembali, Luna lekas menahannya. Terlebih, saat anak buah Antonio tiba-tiba berdatangan dari setiap pintu.Hanya dalam hitungan detik, tubuh Liam kini berada di genggaman orang-orang suruhan Antonio. Pun dengan Luna."Berengsek! Lepaskan kami," geram Luna. Dia mengempaskan keras tangan besar yang memegangi lengannya. Namun biar bagaimana pun, tenaganya tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan mereka.Tawa kecil Antonio terdengar. "Bukankah barusan kau sudah menyerahkan wanita ini padaku agar anakmu bebas? Lalu apa-apaan ini?" tanya lelaki itu.Liam berdecih dengan sepasang mata yang masih menatap Antonio dengan tajam. "Dan kau pikir aku akann menyerahkannya begitu saja? Pada pria bajingan sepertimu?
Baca selengkapnya
BAB 36
Liam turun dari mobil dan menggendong Nic begitu mereka tiba di depan gedung apartemen. Sementara, Luna sudah Liam antarkan pulang. Tidak, lebih tepatnya, wanita itu memintanya menurunkan ia di perempatan jalan. Mungkin, saking tidak inginnya dia berurusan dengan Liam kembali, Luna sampai takut lelaki itu mengetahui tempat tinggalnya sekarang. "Dad!" teriakkan tiba-tiba yang dilakukan oleh Nic membuat Liam terkejut. "Dino-ku!" lanjut Nic keras. Liam segera menurunkan Nic dari gendongan. Seketika tercengang melihat bocah itu berlari kembali ke mobil sambil menggedor pintu kendaraan beroda empat tersebut, meminta Liam membukakn pintunya untuknya. "Tenang, Nic. Sabar!" pungkas Liam, lekas-lekas membuka kunci mobil. Nic segera masuk dan mengambil sebuah boneka dinosaurus yang baru pertama kali Liam lihat. Boneka dinosaurus yang sejak beberapa waktu lalu selalu berada di pelukan putra kecilnya. "Dino!" Nic bergumam senang sekaligus lega, sebab boneka yang dia pikir hilang tersebut rupa
Baca selengkapnya
BAB 37
Cale menatap anaknya yang kini tengah terlelap dengan Bianca di atas ranjang rumah sakit. Sementara dirinya baru saja menyelesaikan pekerjaan kantor yang dia kerjakan sambil menunggu istrinya. Lelaki itu merapikan meja lalu berjalan mendekat pada Aurora. Anak tersebut tampaknya begitu kepanasan, sehingga keringat membuat kening dan rambutnya basah. Ia yakin, begitu bangun nanti, rambut anak tersebut akan berubah sangat lepek dan dia harus membuatnya keramas.Cale tersenyum kecil. Meski agak lelah karena dia harus bekerja seraya mengurus Bianca, tetapi lelah tersebut tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan bisa menemani secara langsung setiap perkembangan kesehatan Bianca dan calon bayi di perut wanita itu."Selamat malam, Sayang." Cale mengecup kening Bianca dengan sayang. Siapa pun yang menyaksikan hal itu, pastinya akan bisa merasakan sebesar apa perasaan yang dipunya lelaki itu atas istrinya. "Lekas sembuh. Maaf, kau tidak bisa berbagi kesakitanmu denganku. Jika saja bisa, aku ing
Baca selengkapnya
BAB 38
Cale, Liam, dan Levin, berteman sejak mereka duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama. Membuat mereka dekat bak saudara. Apalagi orang tua mereka merupakan rekan bisnis. Terutama orang tua Liam dan Cale yang juga saling mengenal secara pribadi sejak lama. Saat kuliah, meski mereka memilih kampus dan jurusan berbeda, tidak lantas membuat hubungan ketiganya menjadi renggang. Mereka masih sering berkumpul, bahkan membawa teman dekat mereka yang lain, seperti Dylan dan Calvin.Calvin bilang, mereka itu adalah takdir. Cale yang dewasa, Liam yang cerdas, Levin yang dingin tetapi selalu dapat diandalkan, Dylan si biang onar, dan Calvin yang pelawak. Mereka ada untuk saling melengkapi satu sama lain. Meski hubungan ketiganya cukup erat, bukan berarti mereka tidak pernah bermasalah. Sesekali mereka bertengkar. Dari pertengkaran kecil hingga nyaris besar, semuanya pernah terjadi. Dan yang paling sering berseteru adalah Dylan dan Levin. Karakter mereka yang berbanding terbalik seratus delapan pu
Baca selengkapnya
LOHA!
HALO! Di sini ada orang, kan? Coba absen dulu di bawah, biar aku tahu!:) Ehm. Kalian nemu cerita ini di mana? Terus, kenapa bisa suka dan ngikutin cerita MENIKAHI CEO DUDA sampai sejauh ini? Tokoh favoritnya siapa? Tokoh yang bikin kalian penasaran, ada? Atau tokoh yang bikin kalian sebel? O ya, aku mau tanya juga, sejauh ini ceritanya membingungkan kah? Terutama di bab sebelumnya? Itu kayak flashback, ya, tapi dituliskan tidak secara gamblang sebagai flashback. Atau apakah ceritanya bertele-tele? Tolong jawabannya supaya aku bisa berbenah dan bab selanjutnya akan lebih baik. Terima kasih! Masukan dari kalian semua sangat berarti buatku!^^ dan maaf sebelumnya karena aku pernah jarang update huhuhu.
Baca selengkapnya
BAB 39
Pertunangan Luna dan Liam terjadi begitu saja beberapa waktu setelahnya. Cale berkali-kali bertanya pada Liam, bagaimana menurutnya mengenai pertunangan ini, dan berkali-kali pula Liam menjawab dengan mengambang. Cale tidak mendapat jawaban pasti, apakah ini benar atas dasar keputusannya dari hati yang tulus atau tidak. Cale sampai tidak tahu bagaimana harus menyikapi semuanya."Kau sudah resmi menjadi tunangan adikku sekarang," pungkas Cale saat itu. Sehari setelah acara pertunangan yang meriah selesai digelar.Liam, dengan wajah yang terlihat tidak senang tapi juga tidak sedih itu mengangguk ringan. "Pada akhirnya kau sudah memutuskan?" tanya Cale.Namun diamnya Liam justru membuat Cale agak cemas. Terlebih, saat menangkap ekspresi kebingungan yang mampir di wajahnya."Liam, kau tahu betul bahwa Luna adalah adik kesayanganku, bukan?" Cale menatapnya dengan serius.Liam menelan saliva dengan susah payah. Tampak sulit bagi lelaki itu untuk menjawab. Cale juga sedikitnya tahu bahwa bel
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
DMCA.com Protection Status