All Chapters of ISTRI LUGU MANDOR TAMPAN: Chapter 51 - Chapter 60
277 Chapters
51. Sudut Pandang Yang Lain
“Katakan saja apa yang kamu minta Rin.” Pak Ragil kembali memindaiku dengan wajahnya yang masih saja menegaskan sebuah keseriusan. Pria muda yang hampir satu setengah tahun ini menjadi dosenku itu, benar-benar ingin mengorek habis tentang kehidupan pribadiku, sesuatu yang selama ini selalu mati-matian aku sembunyikan bahkan dari teman-teman dekatku sendiri. Walau Pak Ragil terkesan sangat mendesak dan menyudutkan aku tapi aku bisa merasakan kalau di dalam hatinya yang terdalam dia masih menyimpan sebuah perhatian, sebuah celah yang harus aku manfaatkan sebaik mungkin agar aku tetap bisa merahasiakan pernikahanku bersama Mas Bara di kampus ini, setidaknya sampai aku bisa menyelesaikan kuliahku di tempat ini. “Kalau memohon pada Bapak untuk merahasiakan statusku, apa Bapak akan bersedia?” Aku memohon dengan begitu terang dengan nada pengharapan yang juga lugas.
Read more
52. Alasan Yang Lain
“Selain bakso dan takaran sambal yang aku suka, katakan apalagi yang Bapak tahu tentang aku?” Aku mulai memancing pria berambut lurus itu yang sekarang masih saja menelisikku dengan tatapannya yang lekat. “Apa kamu sedang mengujiku?” Aku mengedikkan bahu sembari mengulas senyuman agar kecanggungan yang mendadak menguasaiku tidak terlalu menjadi ketara. “Aku hanya ingin tahu saja.” “Kalau aku katakan aku tahu apapun tentang kamu apa kamu akan percaya?” Aku tersenyum lebih lebar. “Aku tak menyangka kalau selama ini Bapak sudah menjadi seorang stalker untuk memata-mataiku.” “Terserah kamu menganggapku seperti apa, tapi yang jelas sejak awal kamu begitu istimewa hingga selalu memercikkan rasa penasaran di hatiku yang membuatku selalu ingin mencaritahu tenta
Read more
53. Tulang Lunak
{“Alasan yang lain apa maksud kamu Rin?”} Aku malah tak bisa menjawab ketika ibu mulai melontarkan pertanyaan. Aku memilih untuk tak menjawab apapun. Sebisa mungkin aku harus menutupi apa yang terjadi pada rumah tanggaku saat ini. Aku tak mau masalahku membebani ibu, setelah apa yang sudah ibu lewati selama ini, bahkan aku yakin luka kehilangan bapak masih belum sepenuhnya ibuku hilangkan. Jadi aku merasa tak seharusnya aku memberinya luka baru dengan kacaunya pernikahanku saat ini. {“Bukan Bu, barangkali karena Ibu juga nggak mau meninggalkan Laras dan cucu-cucu Ibu karena mereka masih membutuhkan perhatian Ibu juga.”} {“Iya kamu benar, mereka selalu membutuhkan ibu, Rin.”} Aku bisa rasakan kalau sekarang tatapan ibu kembali terlihat sangat lekat. {“Kamu baik-baik ya di sana, sering-sering ngasih kabar sama Ibu, semo
Read more
54. Berkaca Dari Kisah Masa Lalu
Sekarang kami semua terperangah ketika Giska menunjukkan foto Pak Ragil sedang berpelukan dengan seorang pria yang wajahnya tersamarkan hingga kami tak bisa melihatnya dengan jelas. Dari sudut yang diambil membuat foto itu memberikan kesan yang ambigu yang membuat kami bisa mengambil kesimpulan yang bisa saja salah. “Apa benar ini Pak Ragil?!” Anjar terlihat tak percaya. Setelah itu riuh pertanyaan mulai terlontar dari mulut teman-temanku yang lain. Ketika aku melirik pada Giska, wanita itu mengulas segaris senyuman yang terlihat seperti garis kemenangan yang lugas. Melihatnya seperti itu, aku malah tak bisa meyakini berita yang ditiupkan oleh Giska saat ini. Rasanya memang sangat sulit dipercaya kalau Pak Ragil adalah sosok yang memiliki orientasi menyimpang. Meski namanya memiliki kemiripan dengan sosok influencer yang dengan tegas menyatakan se
Read more
55. Ungkapan Perasaan Pak Ragil
“Apa benar kalau Pak Ragil itu sudah berubah orientasi?” Aku melontarkan tanyaku dengan lugas, dengan tatapan yang menyiratkan rasa ingin tahu. Nyatanya pertanyaanku malah ditanggapi dengan kekehan panjang dari Pak Ragil, yang bahkan sempat tersedak saat akan menyeruput espressonya. Aku mengernyit jengah saat melihat responnya. “Sepertinya kamu sudah termakan isu itu, apakah karena aku memiliki nama yang sama seperti influencer banci itu, kalian bisa menuduhku ikut berubah orientasi?” Aku terdiam mulai merutuki pertanyaan bodohku tadi. Tapi Pak Ragil malah memindaiku semakin lekat. “Apa kamu ingin aku membuktikannya?” Tatapannya yang terlalu lekat itu terkesan ambigu yang membuatku langsung melengos canggung. Namun Pak Ragil malah kian menjadi tergelak.&
Read more
56. Permintaan Di Hari Ulang Tahun
“Apa kamu tidak akan memberiku kado?” Saat mendengar permintaannya aku kembali dibuatnya kaget. Pak Ragil sangat terang-terangan meminta sebuah kado padaku. “Bapak ingin kado?” Aku balik bertanya. Pria itu tersenyum lalu mengangguk. “Apa Bapak tidak berpikir kalau semua yang aku miliki adalah pemberian dari suamiku, orang yang selalu Bapak anggap akan memberikan aku kesengsaraan?” “Aku belum mengatakan padamu kado apa yang aku inginkan Rin.” Aku memandangnya jengah. “Kalau begitu kado apa yang Bapak inginkan?” Aku bertanya dengan lugas. Pria itu terlihat menautkan alisnya tampak berpikir untuk beberapa saat. “Aku menginginkan cukup dua permintaan saja.” Ganti aku yang mengernyitkan dahi saat mendengar ucap
Read more
57. Hadiah Cincin Pernikahan
Saat mendengar pertanyaanku Mas Bara membalas tatapanku dengan lebih lekat. “Kenapa kamu berpikir jika aku akan meninggalkan kamu?” Aku mendesah pelan dan memalingkan wajahku. Rasanya menjadi sangat sulit bagiku untuk menentang tatapan suamiku yang setajam itu. “Apa kamu sudah tidak mempercayaiku Rin?” Aku termangu, menjadi semakin ragu karena nyatanya Mas Bara selalu saja akan mengulangi kalimat yang sama, bahkan awal kami menikah dia selalu menegaskan padaku untuk selalu mempercayainya. Kini saat kalimat itu kembali diucapkan berulang-ulang aku malah memendam curiga yang kian sulit untuk aku hempaskan. “Aku sekarang malah berpikir kalau kamu yang akan pergi meninggalkan aku.” Aku terkejut saat mendengar ucapan Mas Bara, yang membuat kedua mataku membulat ke arahnya. Tapi Mas Bara
Read more
58. Membakar Buku
Masih sulit bagiku untuk memejamkan mata, meski seluruh tubuhku terasa letih. Kekuatan Mas Bara sejak dulu selalu sulit aku imbangi, yang sekarang masih menyisakan nyeri di inti tubuhku. Rasa takutku yang membuatku terus terjaga dan ingin tetap bertahan di dalam pelukannya. Aku tak mau melepaskan tangannya yang aku pertahankan untuk terkalung di punggungku. Sudah terlampau sering Mas Bara pergi saat aku terlelap. Itu benar-benar tak aku inginkan saat ini. Sampai kemudian Mas Bara menyadari tentang diriku yang belum juga jatuh terlelap. “Kamu belum tidur?” tanya Mas Bara sembari mulai membuka matanya setelah aku sempat melihatnya memejamkan mata dengan damai. Aku mendongak untuk menikmati wajah tampannya. “Aku belum ingin tidur,” jawabku datar. “Mata kamu sudah terlihat menggantung, kamu p
Read more
59. Tampil Beda
Aku terperangah saat mendengar ucapannya. “Mas, akan mengantar aku ke kampus?” “Iya, sudah hampir dua tahun kamu kuliah di kampus itu tapi aku belum tahu apapun tentang tempat itu. Aku sangat ingin tahu bagaimana pergaulan kamu di sana.” Aku mengernyit gusar, benar-benar tak bisa menerka apa sebenarnya tujuan Mas Bara mendadak ingin mengantarku ke kampus. Keinginan Mas Bara jelas akan membawa kesulitan untukku. “Untuk apa Mas ingin melihat kampusku?” tanyaku gugup. “Apa aku kurang jelas mengatakannya padamu? Aku ingin tahu bagaimana pergaulan kamu, sekaligus aku ingin berkenalan dengan teman-teman kamu kalau perlu.” Aku menegernyit gusar. Mas Bara terlihat sangat serius dengan keinginannya yang membuatku benar-benar merasa tersudut. Sangat tidak mung
Read more
60. Hanya Istri Kedua
"Katakan padaku apa yang Bapak ketahui tentang suamiku?” Aku bertanya penuh rasa ingin tahu. Tapi Pak Ragil malah memindaiku dengan lekat. “Banyak hal yang sudah aku tahu tentang suami kamu, termasuk tentang hubungannya dengan keluarga Huang yang kaya raya itu.” Saat mendengar Pak Ragil menyebut tentang nama keluarga yang sebelumnya cukup familiar di telingaku itu aku mulai menyergap pria berkacamata itu dengan tatapan lekat. “Apa suamimu pernah mengatakan sama kamu kalau dia adalah anak pertama dari keluarga Huang yang memimpin sebuah konglomerasi besar di negeri ini?” Aku terperangah ketika mendengar pengungkapannya. “Dari mana Bapak tahu semua ini?” “Jadi dia belum menceritakan apapun padamu?” Aku mencebik jengah. &ldquo
Read more
PREV
1
...
45678
...
28
DMCA.com Protection Status