Semua Bab Ayahku Berkhianat, Kubawa Pergi Ibuku: Bab 81 - Bab 90
108 Bab
81. Peter Diserang
“Selamat Yang Mulia, Putri Mahkota tengah mengandung dengan perkiraan kehamilan delapan minggu,” ucap seorang laki-laki yang memakai jas dokter itu. Saat ini di kediaman milik Putra Mahkota Albert tepatnya di kamar pribadinya Putri Mahkota sedang bersandar pada ranjang dengan wajah pucat. Tadi pagi ia mula hebat hingga pusing dan pingsan. Beruntungnya dia tidak sendiri saat itu. Wanita yang menjadi istri dari Putra Mahkota Diedrich sedang bersama pelayannya sehingga saat itu terjadi ia langsung dibawa kembali ke kamar. Putra Mahkota Albert yang sedang rapat bersama Raja Eron bergegas kembali ke kediamannya diikuti oleh Raja Eron yang mencemaskan menantunya. Saat Putri Mahkota sedang diperiksa oleh dokter kerajaan tak lama datanglah Ratu Camellia yang telah menerima kabar mengenai menantunya itu. Mereka bertiga memandang khawatir saat melihat wajah pucat dengan tubuh yang lemas dari Putri Mahkota. Usai pemeriksaan tersebut sang dokter tersenyum gembira dan mengabarkan bahwa saat ini m
Baca selengkapnya
82. Merencanakan Pertuangan Kembali
Pertarungan antara Peter dan sekelompok tersebut berat sebelah. Suara tangkisan dan serangan yang membelah udara terdengar berturut-turut dan sangat cepat. Peter yang sudah kehilangan darah dengan luka di tubuhnya akibat sayatan musuh membuat dirinya melemah secara perlahan. Meski udara terasa dingin, keringat membasahinya bahkan bercampur dengan darahnya. Kelompok tersebut tampak masih lincah karena jarang mendapatkan luka dari Peter. Berbeda dengan Peter yang melakukan serangan dan bertahan secara bersamaan merasa sangat kesulitan. Dirinya semakin terpojok hingga lelah yang mendera tubuhnya semakin bertambah membuatnya juga semakin lengah dan mudah diserang. Dan akibatnya dia terkena sayatan besar di dadanya. Sontak darahnya muncrat kemana-mana dan ia pun langsung terjatuh dengan posisi terlentang. Langit yang masih gelap tampak begitu indah. Bulan masih terlihat melihatnya dengan tenang. Tak hanya itu bintang yang berkedip itu seolah-olah mengejeknya. Semua ini adalah bentuk kecerob
Baca selengkapnya
83. Insiden di Pesta Pertunangan
Beberapa bulan kemudian pesta pertunangan antara Pangeran Alaric dan Lady Lilianne diadakan. Berkat tindakan aktif dari Selir Helena, keluarga Lilianne setuju mentunangkan putrinya dengan Pangeran Alaric. Mereka malah menerimanya dengan tangan terbuka. Putrinya yang dianggap pasif dan pendiam ini tak disangka justru memikat wanita kesayangan Raja Eron. Pesta tersebut di gelar di sebuah bangunan milik istana yang memang diperuntukan sebagai tempat pesta. Dekorasi yang mewah dan elegan sesuai dengan selera Selir Helena memukau banyak tamu. Makanan yang dihidangkan dimasak oleh koki kerajaan memanjakan lidah para bangsawan. Lucas dan Alice yang menghadiri pesta tersebut menonton dari pinggir setelah menyelesaikan satu dansa. Alice menikmati minumannya dengan mata sesekali terarah pada pasangan Pangeran Alaric dan Lilianne. “Pada akhirnya mereka bertunangan …,” gumam Alice yang secara tak sengaja didengar oleh Lucas. “Kau menyesal?” tanya Lucas dengan nada kesal. Melihat tatapan Alice y
Baca selengkapnya
84. Rumor tentang Putra Mahkota
Beberapa bulan kemudian setelah kejadian Putri Mahkota yang hampir keguguran, semua berjalan dengan baik. Kehamilannya sudah menginjak usia delapan bulan. Tinggal menunggu waktu sebentar lagi cucu pertama kerajaan Diedrich akan lahir. Sayangnya ketika waktu penantian itu Putra Mahkota jatuh sakit. Sudah satu minggu dia absen dalam kegiatan pemerintahan. Banyak orang mengkhawatirkan kondisi Putra Mahkota seperti istrinya. Dia yang sedang hamil besar harus berjauhan dengan suaminya agar tidak tertular. Meski tidak ada informasi pasti apakah menular tidaknya penyakit Putra Mahkota, namun demi keselamatan keturunan Diedrich untuk sementara mereka tinggal secara terpisah. Putri Mahkota Claire tinggal di kediaman Ratu Camellia. “Jangan khawatir, Albert akan segera sembuh. Kau fokus pada dirimu dan kehamilanmu, dia di sana juga pasti mengkhawatrkanmu.” Putri Mahkota Claire mengangguk atas perkataan Ratu Camellia. Usia kehamilannya yang sebentar lagi akan menginjak sembilan bulan membuatnya
Baca selengkapnya
85. Masa Kelam Pangeran Alaric
Malam harinya Alice baru selesai bebersih dan memakai gaun tidur usai pulang dari kencannya dengan Luca. Kamarnya sudah gelap karena lilin sudah dipadamkan. Ketika ia sudah memastikan pelayannya telah pergi, Alice pun bangun dan turun dari ranjangnya. Matanya tekah menyesuiakan dengan kegelapan untuk mencari lilin. Setelah menyalakannya ia pergi menuju meja riasnya dan membuka lacinya. Di sanalah tempat dirinya menyimpan kertas tersebut. Kemudian ia membuka secarik kertas kecil dan membacanya. Setelah selesai membacanya dia membakar kertas tersebut dengan api dari lilin. Meski tak ada nama pengirimnya, Alice bisa mengira siapa orang tersebut. Pengirim catatan kecil ini meminta bertemu dengannya pada dua hari mendatang. Lokasinya adalah tempat di mana mereka pertama kali bertemu. Tidak tahu apa alasannya mengajak dirinya, tapi sepertinya ada hal penting yang ingin dibicarakannya. Dan juga bisa jadi ini berkaitan dengan permintaannya tempo lalu. Memikirkan hal ini membuatnya berpikir. B
Baca selengkapnya
86. Melawan Arah
“Ikuti kata hati Anda. Jangan takut dan membiarkan dirimu jatuh semakin dalam pada penyesalan. Belum ada kata terlambat untuk saat ini.” Usai mendengar kata-kata tersebut dari Alice, Pangeran Alaric selalu teringiang-ngiang. Mengapa gadis yang baru pertama kali berinteraksi dengannya bisa mengatakan hal seperti itu? Bagaimana bisa dia mengetahui apa yang ada dalam pikirannya setiap hari ketika melihat kejahatan yang dilakukan oleh ibunya? Setiap hari dia harus menekan hati nuraninya dan menutup matanya untuk berpura-pura tak melihat. Memblokir telinganya agar tak mendengar jerit korban dari ibunya. Membungkam mulutnya sendiri untuk tidak membongkar semua kebusukan ibunya. Hal itu dilakukan karena dia takut jika dia bertindak keluar arah, maka orang-orang sekitarnya akan terkena imbas. Maka dari itulah, ia harus berpura-pura kejam pada orang-orang yang telah disakiti oleh ibunya. Ia tahu jika sikapnya sama-sama salah, tapi jujur dia menyerah dan tidak tahu bagaimana mengatasinya. Hal-h
Baca selengkapnya
87. Raja Eron Sakit
“Aku ikut senang, Anda telah menemukan pilihan benar. Tapi, aku penasaran, Anda meminta bertemu bukan untuk sekedar ini bukan?” Pangeran Alaric tersenyum menanggapi pertanyaan dari gadis di depannya. Memang benar, dia meminta bertemu karena ia penasaran akan sesuatu. Melihat ia tahu tentang rahasianya, ia jadi ingin bertanya sekaligus ada hal lain yang ingin ia minta bantuan. “Alice, aku ingin tahu waktu itu apa alasanmu mengatakan itu padaku?” Sejenak Alice terdiam. Ia tahu inilah yang akan ditanyakan pria itu padanya. Meski begitu ia tak akan mengatakan jawabannya. Biarlah ini menjadi rahasianya, toh ia tak yakin jika pria tersebut akan mempercayai perkataannya. “Maaf, tapi aku tidak bisa mengatakannya padamu,” jawab Alice. Pangeran Alaric pun tak memaksa. Entah dari mana gadis ini mencari atau mendapatkan informasi ini, ia tidak mempermasalahkannya. Yang penting dia tidak bermaksud menggunakannya untuk mengancamnya. “Kalau begitu bisakah kau membantuku sekali lagi?” “Bantuan ap
Baca selengkapnya
88. Pergi Mengirim Surat
Peter kembali terbangun dengan perasaan linglung. Baru saja dia sedang bermimpi menerima laporan dari Matthew tentang Raja Eron yang tiba-tiba jatuh pingsan. Sebelumnya ada dialog yang dirinya sendiri mengatakan bahwa Putri Mahkota keguguran dan Putra Mahkota jatuh sakit. Masalah Putra Mahkota yang sakit memang benar terjadi. Tapi, tentang keguguran dan Raja Eron itu tidak benar. Peter terheran, jika ini mimpi mengapa rasanya aneh bagi dirinya. Dalam mimpinya ia merasa sangat nyata seolah-olah itu memang terjadi. Dirinya kembali teringat mimpinya yang terbunuh oleh sekelompok pria. Waktu ia bangun dadanya ikut terasa sakit seolah-olah pedang itu benar-benar menancap. Mengapa dia akhir-akhir ini sering bermimpi aneh? Peter mengusap wajahnya dengan lelah. Mimpi aneh yang beberapa hari terakhir membuatnya merasa tidak nyaman. Baru kali ini ia merasakan mimpi yang terasa hingga di dunia nyata. Ketika ia terbangun dari mimpi buruk, Peter jadi tidak bisa kembali tidur. Akhirnya dia memutusk
Baca selengkapnya
89. Dua Kubu Berseberangan
Lucas penasaran dengan ekspresi tegang yang ditunjukkan oleh ayahnya ketika membaca surat dari Pangeran Alaric. Apa isi surat tersebut hingga ayahnya bereaksi seperti itu. Lalu, mengapa bisa ALice bertemu dengan Pangeran Alaric. Alasan yang digunakan karena Alice memiliki hubungan denganya, rasanya kuran tepat baginya. Pasti ada hal lain yang disembunyikan Alice darinya. Hari ini Alice tidak datang sendirian ke wilayah Chester. Gadis itu datang bersama ayahnya dan meminta bertemu dengan Duke Peter. Maksud kedatangannya cukup membuat Lucas heran. Ia takut apakah ini berkaitan dengan hubungan pertunangan mereka berdua atau ada masalah lain. Namun, ketika Lucas mendegar cerita Alice yang diam-diam bertemu dengan Pangeran Alaric membuatnya cemburu. Dan juga ia merasa bahwa gadisnya itu terlalu ceroboh untuk bertemu seseorang di luar tanpa pengawalan. Kepercayaan dirinya terlalu besar. Dia beruntung bahwa Pangeran Alaric tidak bersikap jahat padanya bahkan ia meminta tolong ada Alice untuk
Baca selengkapnya
90. Pertemuan Dengan Dua Putra Raja
Suara riuh bersahut-sahutan menggema dalam ruangan tersebut membuat orang yang mendengarnya sakit kepala. Debat sengit antara dua kubu yang berseberangan terus terdengar tiada henti. Raja Eron sudah terlihat lelah melihat bawahannya begitu tidak sopan menaikkan suara di saat dirinya masih berada di sini. Peter juga memperhatikan sekumpulan orang konyol ini dengan lelah. Yang satu bersemangat untuk menjatuhkan orang sementara yang lainnya mencoba membanding-bandingkan. Ia jengah melihat drama yang mereka buat di depannya. Tak tahu malunya lagi masih ada Raja Eron di antara mereka. Peter pun dapat melihat jika Raja Eron juga lelah dan tampak menahan rasa kesalnya. Tiba-tiba suara gebrakan meja mengagetkan sontak membuat semua orang terdiam. Mereka menoleh melihat wajah kesal Raja Eron yang bsaru saja menggebrak meja dengan keras. Melihat wajah marah dari Raja mereka, semuanya diam tak berani bersuara. Setelah beberapa saat Raja Eron bersuara memecah keheningan. “Aku akan menegaskannya
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
67891011
DMCA.com Protection Status