Semua Bab Perselingkuhan berkedok Iba: Bab 21 - Bab 30

74 Bab

21. Rindu Ibu

"Diam Shafira!?" Satria merasa sangat malu karena istrinya berani menjawab semua perkataannya. Tak hanya itu, Shafira terkesan berani kepada Satria suaminya. "Duduk!?" perintah Satria. Shafira duduk dengan kesal, memalingkan wajah dari dua tamunya. "Mbak Shafira perkenalkan aku Hartini," ucap tamu wanita sambil mengulurkan tangan, berniat untuk berjabat tangan dengan Shafira namun hanya menyalami angin karena Shafira tak menyambut uluran tangan tersebut. "Aku tahu." Satria melihat tingkah ketus sang istri tak terima dan menyeret Shafira ke kamar. "Lep- pas mas, jangan menyeretku di depan anak anak," ucap Shafira tak suka. Mila dan Mira belum tidur sehingga mereka tahu jika ayahnya berbuat kasar pada ibunya. "Pa, kasihan mama kesakitan," ucap Mila sontak membuat Satria melepas tangan Shafira. "Aku kasih tahu kamu Shafira, mereka temanku smp, jadi aku harap kamu bisa menghargai mereka yang rela bertamu kesini." Shafira tersenyum mengejek, "dari cara bertamu saja sudah terlihat
Baca selengkapnya

22. Foto berdua

Malam ini, Satria mengajak Shafira berkunjung ke rumah Lila. Setelah mendengar jika Lila sakit, Shafira ingin sekali menemui sahabatnya namun tak berani mengatakan keinginannya kepada Satria. Tak ada angin dan hujan, Shafira tiba tiba diajak sang suami keluar rumah menjenguk Lila. "Assalamualaikum." "Waalaikumsalam." Shafira dan Satria masuk rumah Lila dan disambut bahagia oleh Yudha suaminya. "Dimana mbak Lila?" tanya Shafira karena tak menemukan sahabatnya di ruang tamu. "Dia sedang istirahat." "Owh, begitu." Shafira berbincang bincang dengan Yudha sedangkan Satria memilih duduk menyendiri di beranda sambil sibuk chat an. Merasa tak nyaman hanya berdua di ruang tamu dengan Yudha, Shafira memutuskan untuk mengajak Satria masuk rumah. Bukankah sangat aneh jika mereka hanya berdua di ruang tamu meski Yudha tak duduk berdampingan melainkan Yudha sibuk membuatkan kopi untuk Satria. Yudha lulusan kuliah jurusan tata boga jadi dia lebih mahir dalam urusan perdapuran dari pada Lila
Baca selengkapnya

23. Ciuman

"Photo berdua?" Shafira terkejut mendengar pertanyaan Yudha. Lila juga tak kalah terkejut mendengar kenyataan sang suami mengetahui tentang photo tersebut dan tak menceritakannya. "Kamu kok nggak cerita sih mas?" tanya Lila pada Yudha. Yudha terdiam tak mampu berkata sedangkan Shafira sibuk menelisik kebohongan di mata suaminya. "Satria, kamu itu sungguh keterlaluan! Kenapa harus photo berdua dengannya? Jelas jelas kalian itu bukan muhrim. Kalau begini, ya tentu saja Shafira marah," ucap Lilla merasa geram dengan tindakan Satria. "Bahkan jika aku jadi Shafira, aku akan menanyakan langsung, tak seperti ini. Shafira baru bertanya saat aku menyuruhnya mengeluarkan unek uneknya. Apa kamu tahu, memendam masalah itu sangatlah sakit. Mental kita yang menanggungnya. Bagaimana jika mental kita tidak kuat? Yang ada kegilaan bisa terjadi," jelas Lila. Lila sungguh sosok wanita yang dewasa diumurnya yang terbilang muda. Dirinya hanya terpaut 5 tahun dari Shafira. Usia tak bisa dijadikan pat
Baca selengkapnya

24. Kembali menjamahnya

Shafira terdiam, mencoba menuruti ucapan Satria. Jika biasanya Satria akan memeluknya, kali ini tidak. Shafira begitu kecewa, membaringkan tubuh dan memejamkan mata. Tiba tiba Satria ikut tidur di sampingnya. Jika biasanya tidur di spring bad bawah, kali ini dia tidur di samping Shafira. "Shafira aku menginginkannya. Apakah kamu tidak mau?" Seperti disambar petir saja, hati Shafira sangat kacau dan nano nano. Di satu sisi dia begitu merindukan rasa itu, rasa dimana tak lagi didapatkan satu bulan ini. Namun di sisi lain, mendengar sang suami meminta haknya, Shafira sama sekali tak bergairah. Entahlah rasanya sudah hambar, tak nafsu ataupun menggebu gebu. Melihat sang istri tak menanggapi membuat Satria bingung. Dia begitu menginginkan sang istri namun Shafira hanya diam saja. Apakah istrinya itu tak mau dijamah? "Apa kamu tak mau Shafira?" tanya Satria lagi. Sebagai seorang istri bukankah berdosa jika tak mau melayani sang suami di atas ranjang? Shafira selalu memegang teguh kajia
Baca selengkapnya

25. Kampung halaman penuh kenangan

[Urus saja sendiri. Itu urusanmu bukan urusanku.] [Apa!?] Shafira sungguh tak habis pikir Satria bisa lepas dari tanggung jawabnya. Bukankah mengantar pergi ke desa kelahiran adalah tugas dan tanggung jawab Satria sebagai suami?! Satria selalu menuruti keinginan Shafira namun tidak untuk kali ini dan hal itu membuat Safira begitu kecewa. Adakah hal yang lebih penting dari keluarga? Ada, saat ini yang lebih penting di hidup Satria adalah menolong Thika meski menyakiti istrinya Shafira. {Mas kamu kok gitu sih. Kamu kan suamiku, makanya aku meminta kamu mengantarku tapi kok gak enak banget balasan pesanmu.} {Loh aku kan sudah bilang jika aku gak mau ikut campur urusanmu dengan saudara saudaramu.} Shafira sungguh geram membaca pesan Satria. Dirinya punya suami tapi seperti janda saja. Disaat dirinya benar benar butuh Satria sebagai pendamping hidupnya, suaminya itu malah tak ada mendukungnya. {Baiklah kalau begitu aku berangkat ke surabaya sendiri saja.} {Terserah kamu saja.}
Baca selengkapnya

26. Sakit badan sakit hati

"Aku tidak apa apa buk, aku baik- baik saja," bohong Shafira. "Tidak nak, kamu tidak baik. Kandunganmu sudah besar begitu, lagi pula Satria tidak peduli kepadamu. Urusan sepenting ini saja, dia tidak ada datang mendampingimu nak. Suami macam apa itu? egois sekali si Satria," umpat Murni kesal. Keponakan yang sudah dianggap anaknya sendiri itu pulang dengan perut buncitnya demi mengurus sertifikat tanah warisan dari orang tuanya. Datang sendirian tanpa didampingi sang suami, sungguh sangat kasihan. Semua orang di desa pun turut prihatin melihat kondisi Shafira saat ini. "Sudah Safira, kamu menurut saja sama ibu. Kamu di sini saja, tidak usah kembali ke Jakarta ya?!" putus Murni. Mungkin terkesan egois tapi Murni mengkhawatirkan kondisi Shafira. "Bu, jika aku tak kembali ke Jakarta, kasihan Mira di sana sendirian. Tolong mengertilah dan aku akan selalu menghubungimu lewat telepon jadi kamu tenang saja ya? Jangan memikirkan aku," jelas Shafira. Murni mengangguk, mencoba untuk
Baca selengkapnya

27. Satria tidak peka

"Papa, kenapa kamu marah marah sama mama?" ucap Mira marah. Satria mendelik tajam namun Mira sama sekali tak gentar. "Mama itu sudah jauh jauh pulang ke Surabaya mengurus kepentingan seorang diri, papa bukannya merasa bersalah malah marahin mama. Apa papa nggak kasihan? Mama lagi sakit pa? Mama diam saja karena beliau tak mau merepotkan papa, lagi pula jika mama bilang juga papa nggak peduli!" "Mira, jaga ucapanmu!" "Kamu ini masih kecil tapi sudah berani sama orang tua. Aku nggak perlu kamu kasih tahu. Anak kok menasehati orang tua. Masuk kamar sana!?" perintah Satria kepada anak sulungnya. "Brakh!" Mira menutup pintu dengan keras karena marah membuat Satria semakin geram. "Masih kecil suka menggebrak pintu, teruskan saja begitu. Anak tak tahu malu, siapa yang mengajarimu begitu. Anak tak punya tata krama! Pasti mamamu yang mengajarimu!" teriak Satria marah. Mira memang temperamen saat ini padahal dulu saat di desa, anak berumur 12 tahun itu sangatlah penurut, tak pernah berka
Baca selengkapnya

28. Berdarah?

Seorang ibu tak akan sanggup melihat anaknya menderita, begitu juga Shafira tak tahan lagi melihat Mila demam semakin tinggi. Dirinya berangkat untuk memeriksakan Mila bersama Mira. Dengan kandungan besar, Shafira tetap berangkat menuju Dokter berharap jika Mila lekas sembuh setelah diberi obat. Dibonceng kedua anaknya dengan menggunakan sepeda Beat, melewati jalan raya yang ramai, banyak mobil kontainer di sisi kanan dan kiri jalan. Shafira memutuskan lewat pemukiman saja, melewati gang sempit dengan banyak sekali polisi tidur dengan jarak satu meter. Hal itu membuat perut buncit Shafira terguncang berkali kali. Meski terasa sakit, Shafira terus melajukan sepeda motornya menuju rumah praktek bu Sri. Banyak sekali yang cocok, periksa ke Bu Sri langsung sembuh. Kini mereka tiba, Shafira segera membawa masuk ke pelataran rumah praktek namun detik berikutnya …. Shafira harus menerima pil kekecewaan karena Bu Sri sedang tidak ada di rumah dan tertera tulisan besar, "TUTUP". "Ya Alla
Baca selengkapnya

29. Sakit mendarah daging

"Darah!?"Shafira terkejut saat anaknya memberitahu dan melihat ada noda darah di baju belakang. Noda darah begitu banyak dan terlihat kering, mungkin darah tersebut keluar saat Shafira merasakan sakit semalam.Shafira segera ke kamar mandi, mandi dan membersihkan noda darah di bajunya, bertanya tanya apakah kandungannya baik baik saja? Mengingat dirinya yang nekat bersepeda seorang diri demi memeriksakan Mila.Tak ada yang aneh pada diri Shafira sehingga dia memutuskan untuk tetap melakukan aktivitas seperti biasa, memasak dan mengantar anak anaknya ke sekolah.Saat siang, Shafira beristirahat seperti biasanya namun saat terbangun, tiba tiba saja perut Shafira merasa mulas dan sakit sekali.Ada perasaan takut dan cemas mengingat banyaknya darah tertinggal di baju.Perut Shafira sakit sekali, terasa keram dan sakit dibuat gerak.Shafira berusaha menahan rasa sakit, berjalan pelan ke kamar mandi.Rasanya seperti mual, mulas, dan Shafira tak tahan lagi."Da- darah!"Shafira terkejut bu
Baca selengkapnya

30. Tak punya hati

"Sepeda Beat mau aku pinjamkan temanku. Kasihan dia butuh sepeda itu. Lagi pula kamu sudah tak boleh bersepeda kan?" ucap Satria selesai sarapan pagi."Lalu anakmu ke sekolah?" "Biar aku yang Antar.""Terserah kamu saja," jawab Shafira singkat.Tiba tiba Satria memeluk mesra sang istri."Terima kasih banyak ya sayang, kamu mau mengerti dan memahaminya."Shafira tersenyum simpul, merasa jika apa yang dilakukan sebagai istri sudah wajar dan tak perlu banyak bertanya, dipinjamkan siapa? Orang mana? Untuk apa? Kenapa tidak sepeda lainnya? Mengingat sepeda Satria kan banyak tapi Shafira lebih memilih untuk diam saja."Assalamualaikum.""Waalaikumsalam."Indra berkunjung ke rumah Satria seorang diri. Shafira segera membuatkan kopi untuknya."Tumben pagi kesini mas Indra, ada apa ya?" tanya Satria saat menemui Indra."Ah tidak ada apa apa Satria, aku cuma ingin main kesini."Shafira tidak terbiasa ikut nimbrung saat ada tamu, biasanya Aini yang selalu ikut menemui jika ada tamu yang datang.
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234568
DMCA.com Protection Status