Semua Bab Perselingkuhan berkedok Iba: Bab 51 - Bab 60

74 Bab

51. Cinta Shafira

"Kamu masih mau bersamaku kan? Aku mohon Shaf," pinta Satria."Aku ….""Aku mau bersamamu lagi mas demi anak anak. Ya, demi mereka aku akan mempertahankan bahtera rumah tangga ini, bukan karena cintaku padamu. Bagaimanapun kaca yang sudah pecah masih bisa disatukan kembali, namun tak akan sama dengan keadaan semula. Seperti hatiku yang telah lama rusak oleh ketidakpastian sikapmu. Mendengar jawaban Shafira yang seperti terpaksa bersamanya membuat Satria kembali membela dirinya."Sudah aku katakan padamu, aku tak ada hubungan apa- apa dengan Thika. Sekarang kita tutup masalah ini dan mengurus bayi serta anak anak kita bersama."Shafira hanya diam namun dalam hatinya sudah lelah mendengar sanggahan dari Satria."Baiklah, aku akan keluar untuk merokok sebentar."Satria berjalan keluar dan berpapasan dengan Karsih. Bukannya menyapa Karsih, Satria malah berlalu pergi menuju warung dekat Rumah Sakit.Disana sudah ada Yudha dan Indra. Mereka menunggu Satria sejak 15 menit yang lalu.Karsih
Baca selengkapnya

52. Kehadiranmu merubah hidupku

"Oekh!""Oekh!""Oekh!"Bayi Shafira tiba tiba menangis menangis begitu kencang membuat Shafira dan Karsih terkejut seketika bangun untuk menenangkan si bayi."Cup cup."Karsih segera menggendong bayi Shafira."Shaf, bayi ini mau diberi nama siapa? Apa kamu sudah mempersiapkan nama yang bagus untuknya?" tanya Karsih.Shafira menggeleng, dia tak menyiapkan nama bayi perempuan karena dia begitu yakin akan melahirkan bayi laki laki."Sudah aku duga, kamu pasti menyiapkan nama bayi laki laki kan?" ucap Satria masuk ruangan."Mas," lirih Shafira."Aku mendengar bayi kita menangis, makanya aku kemari dan aku mendengar pembicaraan kalian," ucap Satria.Bayi ini akan kuberi nama "Maya"."Maya?" ucap Shafira dan Karsih berbarengan."Iya, Mayaza Fitriani, yang artinya perempuan yang mempunyai keistimewaan dan suci.""Owh begitu, semoga saja bayi ini sesuai dengan harapan di balik namanya.""Aamiin.""Oekh!""Oekh!"Tiba tiba Maya kembali menangis, kali ini lebih keras. Karsih sampai bingung men
Baca selengkapnya

53. Semoga kebahagiaan ini tak sementara.

[Apa?!]Shafira tak menyangka jika Yudha akan mengatakan hal yang tak masuk akal. Mana mungkin seorang suami meninggalkan istrinya yang baru saja melahirkan demi wanita lain?"Ah, itu tidak mungkin mas Yhuda, mungkin sebentar lagi mas Satria akan kesini kok, aku yakin.""Syukurlah jika kamu percaya pada Satria, karena saat ini aku meragukan kesetiaannya."Shafira hendak menjawab namun Yudha kembali berkata, "Ya sudah mbak Shafira, saya lagi sibuk ini, sampai ketemu nanti."Panggilan berakhir.Shafira sama sekali tidak mencurigai ucapan aneh dari Yudha. Ponsel diletakkan di atas nakas pelan dan terlihat cemas. Karsih melihat detail perubahan mimik Shafira, merasakan ada hal yang membuatnya sedih."Ada apa Shafira?""Eh, tidak ada apa apa?""Ayo kita turun saja, nunggu mobil Yudha menjemput kita.""Meski mas Satria nggak datang menjemput?""Tidak usah lah, mungkin dia masih tidur," ucap Karsih menenteng tas perlengkapan persalinan.Karsih dan Shafira turun ke lantai bawah di Rumah Sakit
Baca selengkapnya

54. Pesan dari Murni

Shafira tak mampu menjawab pertanyaan dari Satria. Entah berapa bulan lagi mereka bisa bersatu, menjalani kewajiban sebagai suami istri karena semua itu tergantung dari masa nifas Shafira."Maaf mas, tapi aku ,...""Aku tak akan memaksamu Shafira. Aku hanya bertanya."Shafira mengangguk tak nyaman sementara Satria sendiri merasa tak nyaman telah menanyakan hal yang belum tentu pasti.Satria membalikkan tubuh membelakangi Shafira dan mulai terlelap, membiarkan sang istri bergelut dengan perasaannya sendiri.Esok hari.Dari pertama pulang ke rumah, kediaman Satria tidak pernah sepi seperti sebelumnya. Banyak kerabat maupun tetangga kompleks datang berkunjung untuk melihat Maya, bayi Shafira. Dari pagi hingga malam tamu di rumah Satria terus berdatangan. Baik, tetangga, saudara maupun rekan kantor Satria serta teman Aini, ibu ibu arisan kompleks."Assalamu'alaikum," ucap laki laki dan perempuan serta suara anak anak."Waalaikum salam," jawab Shafira yang kini menjemur Maya. Kegiatan pagi
Baca selengkapnya

55. Thika kembali

'Apakah aku mempunyai kekuatan untuk pulang?'Shafira mengganggu mengerti dengan maksud perkataan Murni.Semua saling jabat tangan sebagai tanda perpisahan.Satria memeluk Safira sambil mengantar kepergian mobil dari keluarga Surabaya itu."Hati hati di jalan, jangan lupa beri kami kabar jika sudah sampai!" teriak Satria saat mobil itu melenggang menjauh dari rumah Satria."Ayo kita masuk sayang," ucap Satria mengajak istrinya masuk rumah."Mas, mau sarapan apa? Tadi kamu tidak sarapan karena keluargaku.""Kamu istirahat saja aku tidak lapar.""Baiklah, aku ngurus Maya dulu," pamit Shafira.Satria mengangguk dan mulai masuk kamar. Kebetulan hari ini dia libur kerja jadi bisa bebas mau melakukan apapun. Biasanya Satria menghabiskan waktu dengan melihat youtube dari ponselnya.Satria mulai menyalakan ponsel, menunggu tulisan huruf besar, "SAMSUNG" itu muncul di layar ponselnya. Ponsel sudah siap digunakan dan Satria segera mencari ikon YouTube, namun tiba- tiba ....Ada satu pesan masuk
Baca selengkapnya

56. Siapa yang datang?

Hari Minggu.Hari ini Shafira pergi memeriksakan diri dan tindik telinga Maya. Dengan diantar Karsih, Shafira pergi ke Rumah Sakit.Beberapa hari ini, Maya menangis dan mengajak begadang membuat Shafira terlihat lemas. Dia berencana mengadukan apa yang terjadi pada Maya kepada bidan jaga di Rumah sakit."Shafira, kamu kenapa? kok kamu terlihat lemas?" tanya Karsih."Aku tidak apa- apa Mbak," bohong Carla.Mereka mulai daftar menuju ruang KIA dan menunggu antrian. Lama menunggu, Shafira berinisiatif membuka akun sosial media miliknya, men scroll scroll beberapa reela IG untuk mengusir kejenuhan. Maya sendiri tertidur pulas di gendongan Karsih."Ananda Maya, Bu Shafira," panggil perawat dari ruang KIA."Ya Bu."Shafira dan Karsih segera masuk ruang KIA untuk diperiksa. Pertama, para perawat memeriksa keadaan Maya dan memberikan tindik di telinga."Oekh!""Oekh!"Maya menangis keras, merasakan sakit di kedua telinga setelah proses penindikan terjadi."Cup sayang, cup."Shafira segera mem
Baca selengkapnya

57. Apa dia anakmu, Mas?

"Halo Shafira." "Ka- kamu?? Shafira tahu betul siapa saat ini yang berada di depannya. Meski mereka tidak pernah bertatap muka, namun wajah itu sangat dikenal oleh Shafira. "Thika?!" panggil Aini mendekat, merasa syok atas kedatangan wanita yang mengusik kehidupan anaknya. "Assalamualaikum Budhe, bagaimana kabarnya?" "Waalaikumsalam. Aku baik," jawab Aini sambil menatap Shafira, khawatir jika sang menantu menilai buruk terhadap sikapnya. Shafira sendiri menatap nanar interaksi kedua wanita di depannya. Saat ini pikirannya sangat kalut, ada rasa tak percaya jika Thika berani datang kemari dengan percaya diri. Rasanya Shafira ingin segera pergi dari tempat ini, pergi sejauh mungkin agar tak ada yang menemukannya. Entah mengapa masalah ini kembali dihadapkan kepadanya? Safira pikir sudah berakhir, namun nyatanya? "Siapa yang mengundangmu, kemari?" tanya Aini kepada Thika. "Aku? tentu saja aku diundang oleh Mas Satria." "Apa?!" tanya Safira dan Aini bersamaan. Tangan Shafira meng
Baca selengkapnya

58. Diusir dari rumah Satria

"Shafira. Maaf ,..."Satria menggandeng tangan Thika dan membawanya keluar rumah.Shafira melihat kepergian Satria, merasakan sakit yang mendalam, hatinya teriris perih, tangis pun tak terbendung lagi. Belum sembuh luka hatinya, sekarang Satria menambahkan lagi luka yang lebih dalam.'Kamu sungguh tega mas,' batin Shafira menahan kekecewaan.Srekh."Pergilah Thika. Masalah ini selesai, aku tak bisa membantumu lagi, selesaikan masalahmu sendiri.""Tapi Mas, kamu kan sudah berjanji untuk membantuku? Ya nggak bisa gitu dong Mas? Mana janjimu?" keluh Thika.Satria menatap tajam pada Thika dan berkata, "aku memang berjanji akan membantumu tapi belum juga aku tangani, kamu malah menambah masalah di hidupku. Untuk itu aku tak bisa memenuhi janjiku.""Pulanglah!"Satria berbalik hendak masuk rumah namun langkahnya terhenti saat mendengar isak tangis Thika."Hiks, hiks.""Kamu tega Mas Satria."Hati Satria bergetar, dilema antara memenuhi janji atau melupakannya.Melihat Thika menangis seperti
Baca selengkapnya

Aborsi

Satria bergidik ngeri mendengar ancaman dari ibu kandungnya sendiri. Memang Satria disini salah, sebagai seorang laki laki kurang tegas dalam hal pendirian. Sudah untung sang istri sangat baik, mau memaafkan dan mengerti alasan dibalik semua yang Satria lakukan."Maaf ya Shafira. Aku benar benar minta maaf. Aku berjanji tak akan menemui Thika ataupun berhubungan dengannya."Lagi lagi, Satria mengucap janji untuk kesekian kali."Sudahlah Mas, aku mau istirahat.""Baiklah. Istirahatlah, aku akan pergi."Satria pergi meninggalkan Shafira, memilih untuk tidur di ruang tamu. Malam ini biarlah menjadi bukti atas penyesalan seorang Satria. Sebagai kepala keluarga, dia sama sekali tak bisa menentukan mana yang harus dilakukan sebagai kepala keluarga.Shafira sendiri sudah tak mau menangisi seorang Satria. Air matanya sudah mengering secara sia sia. Percuma bersedih jika setelah itu kembali tertawa seolah tak ada masalah yang menghampiri keluarga ini.****Thika sedang mengalami masa- masa sul
Baca selengkapnya

60. Satria benar benar Gila

Dokter Sofi memandang nanar seorang Thika yang berniat menggugurkan kandungan tanpa ditemani sanak keluarganya. Mungkin karena hal itu juga, Thika membuat keputusan besar ini.Mereka menuju ruang operasi. Thika berbaring dengan gusar, ada perasaan takut, gugup dan gelisah, semua rasa bercampur aduk saat ini."Biasa saja Nyonya Thika, tidak usah takut," ucap Sofi."Ba– baik Dokter.""Tarik nafas dalam dan keluarkan, rileks ya?"Detik berikutnya ,..."Aaakh!"Tika menjerit hebat saat Dokter Sofi memberikan anestesi lokal pada bagian serviks Thika. Dokter segera memulai prosedur aborsi pada janin Thika.Membutuhkan waktu 20 menit untuk melakukan operasi ini. Setelahnya Thika dibiarkan terbaring di ruang rawat inap hingga obat biusnya hilang.Setelah menjalani prosedur operasi dan obat bius hilang sepenuhnya, Thika merasa sakit yang luar biasa, baik secara fisik maupun emosional. Fisik karena tubuhnya dipaksa mengeluarkan janin tak berdosa sedangkan emosional karena disaat seperti ini, t
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
345678
DMCA.com Protection Status