All Chapters of PELAKOR YANG BERPENAMPILAN SYAR'I: Chapter 21 - Chapter 30
45 Chapters
21. Antara Mimpi dan Kenyataan
"Mas, sejak kapan kamu memiliki hubungan dengan Jamilah?" tanyaku dengan air mata yang sudah tak dapat kubendung lagi. Mungkin Mas Abi terkejut dari mana aku tahu tentang hubungannya dengan Jamilah. Itu terlihat jelas dari kedua netranya yang terperangah ketika mendengar pertanyaanku. "Kamu tahu dari mana?" "Nggak penting aku tahu dari mana. Yang ingin aku tahu, sejak kapan kamu punya hubungan dengan wanita itu? Dan sejauh apa hubungan kalian sampai kamu ingin menceraikanku?"Mas Abi semakin menunduk dalam-dalam, "Maaf, Dek. Sebenarnya Mas dan Mila sudah menikah lama.""Astaghfirullah, Mas!" Bagai disambar petir di siang bolong, pengakuan Mas Abi merobohkan benteng pertahananku. Tanpa sadar, aku menangis sejadi-jadinya di hadapan pria itu. Namun, tampaknya Mas Abi sudah sangat yakin dengan pilihannya. Sedikit pun dia tak berusaha untuk menenangkanku dan malah membiarkanku larut dalam kesedihan. "Mas akan urus perceraian kita. Kamu dan Aqilla akan tetap tinggal di sini. Rumah ini
Read more
22. Pindah ke Desa
"Nanti kalau papa ke sini nyariin Qilla sama Mama, gimana?" tanya putriku dengan wajah polos. Tak terasa air mataku kian membasahi pipi. Aku berusaha memalingkan wajah sedihku dari hadapan Aqilla. "Ma, kok diem aja? Mama kenapa?" tanyanya lagi semakin membuat hatiku tersayat. "Nggak apa-apa, Sayang." Aku menjawab dengan cepat seraya menyeka air mata yang membasahi pipi. "Emmm ... gimana kalau kita telepon papa? Kita kabarin papa kalau kita nunggu papa di rumah nenek. Jadi nanti pas papa pulang, papa bisa langsung jemput kita di rumah nenek."Mendengar saranku, wajah gadis kecil ini seketika berbinar. "Iya, Ma! Qilla setuju! Biar Qilla aja yang ngomong langsung sama papa! Qilla udah kangeeen banget sama papa!"Iya, aku tahu perasaanmu, Sayang. Karena sejak kepergian papamu, kamu belum pernah berhubungan lagi dengannya. Jangankan menghubungi, papamu bahkan tidak berpamitan padamu sebelum dia melangkah pergi meninggalkan kita.Kusodorkan telepon pintar yang sudah kutekan nomor Mas Abi
Read more
23. Bertemu Teman Lama
"Kamu Kanaya, kan?" tanya pria bertubuh jakung itu dengan tatapan penasaran padaku. Dengan ragu aku mengangguk pelan. "Iya, benar. Tapi maaf, kamu siapa?" Mungkinkah aku pernah mengenalnya? Tapi untuk saat ini aku benar-benar lupa. Pria itu tersenyum kecil. "Aku Farid, Kanaya. Teman SMP-mu dulu." "Farid?" Aku masih berusaha mengingat karena waktu yang telah lama berlalu dan kejadian demi kejadian menimpa hidupku membuatku melupakan kenangan masa-masa sekolah dulu. Dan iya, SMP? Sangat lama bukan? Aku dulu SMP di desa. Ya, hanya lulusan SMP, karena keadaan yang tidak memungkinkan untukku melanjutkan sekolah lagi. Saat itu, bapak meninggal dan Rayyan masih kecil, membuatku memutuskan berhenti sekolah dan membantu mencari nafkah untuk keluarga. Kenangan yang tak mungkin kulupakan adalah masa-masa sulit itu, hingga aku tumbuh dewasa dan bertemu Mas Abi ketika dia tak sengaja melakukan KKN di desa kami. Hanya dengan modal cinta monyet aku memutuskan untuk menerima lamaran pria itu ta
Read more
24. Tawaran Kerja
"Motornya kenapa, Pak?" tanya Farid seraya berjalan menghampiri kami.Pak Jupri menoleh ke arah suara Farid dan tersenyum. "Ini lho, Nak Farid ... motor Bapak mogok, tiba-tiba berhenti. Mungkin memang udah waktunya pensiun." Aku baru tahu kalau Pak Jupri dan Farid ternyata saling mengenal. "Apa parah banget, Pak?" Farid mulai ikut memeriksa motor berwarna hitam jadul di depan kami. Teman sekolah yang baru bertemu denganku beberapa hari yang lalu itu sama sekali tidak menyapaku. Dia fokus membantu Pak Jupri memeriksa motor. "Ini sudah parah, Pak. Lebih baik dibawa ke bengkel aja," saran Farid dengan sangat yakin. "Moso ngunu to, Le?" Pak Jupri terlihat panik. Pria tua itu kembali memeriksa motornya. "Tapi emang motor ini dah lama nggak diservis.""Iya, Pak. Sini, biar Farid aja yang bawa ke bengkel. Bengkel daerah sini deket kok." Mendengar tawaran Farid membuat Pak Jupri tidak nyaman. Ah, apalagi aku. Aku sangat tidak nyaman dengan ini. Karena membonceng aku dan putriku, motor P
Read more
25. Perjalanan Hidup
"Mau nggak, Kan? Kamu cuma perlu desain-desain ruangan aja. Gampang, kok." Entah mengapa Farid begitu semangat memintaku bergabung di perusahaan tempatnya bekerja. "Aku nggak bisa, Rid. Kamu tahu sendiri kan kalau aku cuma lulusan SMP. Aku nggak bisa apa-apa," jawabku dengan ragu. "Jangan pesimis gitu. Kamu bisa coba dulu, kan? Kalau bisa lanjut, kalau nggak bisa ya nggak apa-apa. Itu artinya kamu harus sekolah lagi." Farid kembali berujar yang membuatku semakin tidak yakin.Sekolah di umur segini? Sudah emak-emak yang otaknya sudah penuh dengan bawang dan garam, pasti akan sangat sulit. "Enggak deh, Rid. Makasih aja atas tawarannya." Aku memutuskan untuk tidak menerima tawaran kerja dari Farid. Rasanya tidak mungkin juga aku bisa bekerja di perusahaan tanpa ijazah kuliah atau semacamnya.Dan lagi, hanya coba-coba? Farid benar-benar punya ide yang di luar nalar manusia. "Kamu nggak perlu takut, Kan. Bos di tempatku bekerja baik banget, kok. Dia juga sangat percaya sama aku. Siapa
Read more
26. Bertahan Hidup
"Rid, maaf ganggu." Aku mengawali ucapanku ketika menghubungi Farid. Aku berniat meminjam uang padanya untuk biaya rumah sakit ibu. Sebenarnya aku sangat malu, tetapi tidak ada pilihan lain. Karena menurutku, hanya Farid yang bisa kumintai tolong saat ini. "Ya, ada apa, Kan?" tanya Farid dengan cepat, seperti sedang terburu-buru. Ah, membuatku merasa semakin tidak nyaman. "Maaf, Rid. Serangan jantung ibuku kambuh dan saat ini ibu masuk rumah sakit," ungkapku dengan terbata. Dan Farid langsung paham dengan maksud pembicaraanku. "Kamu butuh berapa, Kan? Sebut aja dan kirim nomor rekening kamu." "Ya Allah, terima kasih banyak, Rid. Aku janji bakalan bayar setelah panen nanti."Meskipun secara dicicil. "Iya, iya ... santai aja, Kan. Aku percaya kok sama kamu. Udah, tinggal sebutin aja berapa," balas Farid lagi dengan diiringi suara tawa. Aku pun menyebutkan nominal angka yang kubutuhkan. Setelah mematikan sambungan telepon, aku segera mengirim nomor rekeningku. Dan hanya dalam hit
Read more
27. Memulai Langkah Baru
Kita harus berani mencoba melakukan sesuatu agar kita tahu seberapa besar kemampuan yang ada pada diri kita. Meskipun nantinya gagal, tetapi kita akan tetap mendapatkan hasil yaitu tahu kekurangan yang harus kita perbaiki dengan menjadikannya sebagai motivasi untuk terus belajar. Begitulah tekadku saat ini ketika Farid memeberikanku jalan dan kesempatan untuk mencoba melangkah maju. Bukan hal yang mudah karena aku hanya lulusan SMP. Farid memberiku tugas untuk mendesain dalam waktu dua minggu. Jika hasil yang kubuat bagus menurutnya, dia bersedia membimbingku masuk kerja di perusahaan. Selain itu, dia juga bersedia membantuku untuk masuk ke sekolah kejar paket dan selanjutnya masuk kuliah kejuruan. Bukan gratis, ya. Semua bantuan Farid kuanggap hutang yang suatu saat pasti akan aku bayar.Hari ini sudah satu minggu setelah dia memberikan tugas padaku untuk membuat contoh desain interior simpel untuknya. Aku memang hobi menggambar dari kecil, bahkan sebelum masuk sekolah SD dulu aku
Read more
28. Izin Putriku
"Hasil gambaranmu luar biasa banget, Kan!" Farid tak henti-hentinya memujiku atas gambar yang kukerjakan. "Alhamdulillah kalau menurutmu bagus, Rid." Aku sangat bersyukur atas penilaian dari Farid.Dia juga mengatakan bahwa hasil gambaranku pasti disetujui oleh bosnya, dan itu semakin membuatku merasa tersanjung. Apakah boleh sehingga ini pada diri sendiri?Meskipun tanpa les khusus, tetapi aku mampu menghasilkan karya yang cukup bagus. Mungkin bisa dibilang bakat alami yang kumiliki sejak kecil, membuat jalan yang diberikan Farid padaku, begitu mudah untuk kulalui. Tapi ini baru permulaan. Setelah ini aku harus banyak belajar dan menambah pengalaman. "Karena kamu lulus pada ujian pertama dariku, aku akan bawa kamu ke kota dan kamu bisa mulai bekerja di perusahaan yang sama denganku. Kalau bisa sih, secepatnya. Besok kalau bisa," lanjut Farid dengan memasang wajah serius. Aku terkejut mendengar keputusan Farid yang tiba-tiba. "Kenapa mendadak banget, Rid? Bukannya katamu aku harus
Read more
29. Mengadu Nasib
"Mama boleh kok ke kota, biar Qilla tetep di sini. Nggak apa-apa," ucap putriku lagi dengan senyum mengembang di wajahnya. "Qilla serius??" Aku bangkit dari kursi dan melangkah mendekati gadis kecil yang masih berdiri di ambang pintu. Wajah mungil itu masih tetap tersenyum dengan penuh kepasrahan, yang membuat hatiku seketika haru.Ya Allah, ternyata bayi kecil yang kutimang-timang dulu sudah bertumbuh sedewasa ini. Air mataku luruh sambil kudekap tubuh mungil putriku. Jika dia sanggup berpisah dariku, maka artinya aku juga harus sanggup meninggalkannya."Mama kok malah nangis? Kan Aqilla udah izinin Mama kerja ke kota, ikut Om Farid." Mendengar ucapan putriku, aku segera menyeka air mata dengan ujung jilbab yang kupakai. "Mama nggak nangis kok, Sayang. Mata Mama kemasukan debu kayaknya."Sekeras mungkin aku menyembunyikan kesedihan, putriku tampaknya begitu paham dengan apa yang terjadi. Mungkin, karena apa yang telah terjadi pada kami membuat putriku berpikiran kritis, dan kuakui
Read more
30. Terus atau Mundur?
"Bisa-bisanya Farid membawamu ke sini dan menjadikan kamu karyawan. Tidak tanggung-tanggung lagi, dia langsung menjadikanmu desainer interior yang seharusnya pekerjaan itu untuk orang-orang profesional yang berpendidikan tinggi! Sedangkan kamu apa?! Cuma lulusan SMP! Kalau cuman SMP sih, seharusnya cuma jadi OB." Seorang perempuan yang tidak kukenal memberiku beberapa kalimat pedas.Ya, dia menghinaku yang hanya lulusan SMP ini. Sabar, Kanaya ... sabar. "Maaf, Mbak. Saya mau permisi kembali ke ruangan." Meskipun nyeri menusuk ke ulu hati, aku tetap membalas perempuan itu dengan berusaha tersenyum."Sombong banget kamu! Aku belum selesai ngomong ini!" teriaknya lagi dengan suara menggema memenuhi lorong. Entah siapa dia, aku tidak kenal. Yang kutahu, dia memiliki kedengkian terhadapku. Ya Allah ... kuatkan hamba. Tiba di ruangan, ternyata Farid sudah menunggu. Dia tersenyum ketika melihatku masuk dan segera memberitahukan tujuannya. Beberapa sampel furnitur yang akan kami beli ad
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status