All Chapters of Setelah Engkau Mendua: Chapter 21 - Chapter 30
43 Chapters
21. Putusan Pengadilan Agama
[Mas kamu dimana?]Sebuah pesan masuk ke ponsel berasal dari Mala. Sudah satu minggu aku tak pulang ke rumah, kuharap ini bisa menjadi pelajaran bagi istri keduaku itu, bukankah kemarin dia yang mengancam mau berpisah jika aku merujuk Nisa?Satu minggu tak kuhubungi, diapun tak menghubungi. Tahan juga ternyata.[Ada di suatu tempat.] balasku singkat.[Pulanglah Mas, aku minta maaf kemarin sempat menjadi istri pembangkang. Mungkin karena emosiku tak stabil, pengaruh hormon premenstrual. Sekarang aku udah suci, hormonnya udah nurun, aku pengen minta maaf sama kamu dan pengen kamu pulang ke rumah. Mama terus bertanya, kapan kita memberinya cucu. Ayolah Mas pulang, kita wujudkan impian Mama.]Setelah membaca pesan itu, pikiranku menerawang jauh. Saat ini tujuan utama yang ingin kuwujudkan adalah mencari Nisa, rasanya sangat enggan pulang apalagi jika menghadapi mama. Ada baiknya aku menyewa sebuah rumah dan mengajak Mala tinggal di sana.Tapi dari mana aku bisa mendapatkan uangnya, sedang
Read more
22. Tangisan Bayi Yang Dirindukan
"Maksud Bapak, apa?" tanya si Mbok keheranan."Mbok tahu Ibu hamil?" tanyaku lagi meyakinkan."Tahu Pak, saat itu saya yang mengantar Ibu ke rumah sakit. Waktu itu Bapak masih dirawat.""Mbok ingat tepatnya kapan, apa setelah saya di bawa Singapura atau sebelumnya?"Wanita di hadapanku tampak berpikir sejenak. "Sebelumnya Pak, kalau nggak salah Si Mbok setelah Bapak sadar dari koma. Ibu itu pulang dari rumah sakit dalam keadaan kurang sehat karena selama Bapak koma, Mami nggak ngebolehkan Ibu menjaga Bapak. Tapi Ibu tetap bersikeras ingin merawat Bapak. Walau tidak diijinkan masuk ke ruang rawatan, Ibu memutuskan untuk tidur di mushalla."Dua mata ini membelalak, degup jantung seketika menyentak."Si Mbok nggak berbohong soal ini?""Nggak Pak, saya berani bersaksi. Saat Ibu pulang, keadaan beliau sudah sangat lemas lalu pingsan di kamar. Saya dan Kasim yang bantu bawa Ibu ke rumah sakit. Terus saat dokter memberitahu hasil pemeriksaannya, Ibu tampak begitu bahagia karena ternyata pus
Read more
23. Hanya Sebuah Harapan
Mata kami saling beradu."Aku kemari ingin bertemu Nisa."Entah kenapa tiba-tiba keyakinan itu mampir begitu saja, suara tangisan bayi yang kudengar tadi tak lain adalah suara bayiku. Kalau benar, maka Nisa sudah tentu ada di dalam sana.Brian tampak tersenyum kecut."Bukankah Pak Bima tidak mengakui jika anak di dalam kandungan Nisa adalah anak Bapak. Pak Bima sendiri yang mengatakan bahwa bayi itu adalah bayiku. Sekarang kenapa Bapak mencari Nisa? Biarkan aku yang menjadi ayah dari bayinya?""Maaf Pak Brian, saya tidak mau berdebat. Jika memang benar yang baru saja melahirkan itu Nisa. Maka saya mohon Bapak tidak menahan saya untuk menemuinya."Lelaki di hadapanku sejenak bergeming, wajahnya menegas dengan dua mata melotot. Entah apa yang ada dalam pikirannya, kenapa dia merasa seperti yang sangat berhak atas diri Nisa. Saat kami masih saling memandang dengan tatapan sama menantang. Tiba-tiba ..."Sudah, sebaiknya jangan berdebat di sini. Tidak enak dilihat orang. Mas jika ingin me
Read more
24. Ungkapan Hati
"Siapa Bu yang akan mengazankan bayinya?" tanya bidan yang baru saja selesai melepas sarung tangannya.Pandangan ini seketika tertuju pada Sintia."Mas Brian ada di luar, Abi juga ada. Kamu mau siapa yang ngazanin bayi ini, Nis?"Seperti tahu maksud tatapanku, Sintia langsung menyebutkan siapa-siapa yang bisa mengumandangkan azan ke telinga bayiku. Namun, pada kedua lelaki yang disebutkan namanya itu, sebenarnya bukan yang kuinginkan. Justru aku sangat merasa sungkan. Tapi pada siapa lagi?"Siapa aja boleh, Sin.""Bentar Bu Bidan, biar saya panggilkan.""Oh baik. Oya nanti orangnya langsung disuruh ke ruang khusus bayi ya, Bu.""Baik Bu Bidan, terima kasih banyak."Entah siapa yang pada akhirnya Allah tunjukkan untuk mengazankan bayiku. Aku hanya bisa berterima kasih dan mendoakan kebaikan untuk orang itu.*Satu jam setelah selesai dibersihkan, akhirnya aku didorong ke kamar rawatan. Tak lupa kukenakan hijab untuk menutupi kepala karena tahu di tempat ini ada dua lelaki bukan mahrom
Read more
25. Menikahlah Kembali Denganku
Pandangan kami saling bertemu, untuk beberapa detik dia tak berkata apapun. Hanya menatapku dan bayi yang tidur di sebelah diri ini.Mengapa kamu kemari? Apa kamu sudah yakin bahwa yang kulahirkan ini adalah darah dagingmu, Mas?Berbagai pertanyaan hanya terucap lirih di dalam kalbu, sebab bibir ini terasa kelu untuk berkata, hatipun tiba-tiba terasa perih. Hingga buliran bening melesat begitu saja dari kedua kelopak. Andai tak ada luka diantara kami, andai dia masih bergelar suami, andai tak pernah ada kata talak itu untukku, ingin hati berlari memeluknya. Meluapkan segala rindu yang menggulung bersama banyaknya hari yang terlalui seorang diri.Dia, yang cinta untuknya masih membekas di dasar hati, dia yang pernah menjadi napas dalam hidupku. Kini untuk pertama kali setelah sekian lama tak bertemu. Kembali terlihat di pandangan. Wajah rupawannya, tubuh kokohnya, dan Alhamdulillah dengan kedua kaki yang sudah dapat kembali berdiri dengan tegap. Kuakui, aku bahagia bisa melihatnya. Tap
Read more
26. Diterima atau Ditolak?
Aku terhenyak mendengar kata-kata Mas Bima. Jujur rasanya bahagia dengan kedatangannya. Meski selama sembilan bulan anakku tak pernah merasakan elusan tangan seorang ayah, atau kecupan dan bisikan sayang yang terlontar dari bibir lelaki bergelar ayah itu. Tapi ketika dia lahir ke dunia, dia dapat merasakan lembut belaian tangan sang ayah. Serta dapat merasakan hangat pelukan seorang ayah.Itulah kenapa aku menginginkan kehadiran Mas Bima di tempat ini. Tapi untuk kembali bersamanya, aku masih takut mencoba.Sangat paham bagaimana Mas Bima mampu disetir oleh Mamanya, adik serta madu yang bahkan kehadirannya aku sendiri yang minta.Tapi disatu sisi, aku juga memikirkan nasib anak ini, bagaimana kelak dia akan tumbuh tanpa didikan dan sentuhan tangan seorang ayah. Apakah dia akan merasa sedih saat anak yang lain diajak main serta diberikan sesuatu oleh ayahnya, tapi anakku tidak. Aku takut dia akan menangis karena hal itu.Untuk sepersekian detik bibir ini kelu, tak ada kata yang keluar.
Read more
27. Didatangi Mantan Madu
Pov Mala"Serangan jantung?"Aku hampir tak percaya mendengar penuturan dokter yang menangani mama mertua, sebab selama ini Mama sudah kerap mengelabui Mas Bima demi untuk membuat lelaki itu mendengar perkataannya. Apa ini yang dimaksud karma? Ah kasihannya mama.Aku dan Mas Bima masuk ke ruangan pemeriksaan. Sungguh terkejut melihat kondisi mama yang benar-benar terkena stroke. Bibirnya sebelah kiri tertarik ke atas, kelopak matanya mengecil sebelah, lehernya kaku. Sementara pada tangan kiri juga terlihat kaku dan jemari terlipat. Entah pada bagian kaki, tapi yang dapat kulihat sebelahnya nampak kaku."Sebaiknya ibunda Pak Bima dirawat untuk beberapa waktu, karena kondisi jantungnya belum stabil. Ini adalah serangan pertama, yang kita takutkan adalah serangan kedua. Jadi sementara waktu kami benar-benar harus memantau keadaan beliau," ucap dokter yang menangani mama padaku dan Mas Bima."Baik, Dok. Lakukan yang terbaik."Mas Bima mendekati ranjang tempat mama terbaring. Ia memeluk wa
Read more
28. Bertemu Bertiga
"Bima ada di depan."Sejenak aku terdiam, masih terbayang dengan nyata diingatkan bagaimana kedatangan Mala kemarin kembali menorehkan luka."Bima minta ketemu sama anakmu.""Iya, Bi. Nisa minta tolong Bibi bawakan Dzabir kepada Mas Bima.""Baiklah Nis, biar Bibi bawakan anak ini bertemu ayahnya, kamu nggak mau ketemu sama dia."Aku menggeleng lemah, membiarkan Bibi Ani pada akhirnya keluar kamar dengan membawa putraku.*Pov BimaAku sudah sangat merindukan anak juga mantan istriku Nisa. Tapi bagaimana caranya bisa menjenguk mereka, sedang kondisi mama belum stabil. Belum lagi Mala yang terus berulah. Seakan tahu keinginanku, dia selalu curiga kemana aku hendak pergi. Bahkan ke kantor saja sampai dia pastikan pada salah satu staf yang dikenal.Dalam kondisi seperti ini sungguh aku pikir sangat sulit untuk bisa kembali dengan Nisa.Huhft.Hari ini, Nisa pasti sudah pulang ke rumah. Aku harus bisa pergi menjenguk mereka, bagaimanapun caranya."Mala, Sarah ada kegiatan hari ini jadi kam
Read more
29. Selisih Jalan
"Katakan apa yang ingin kamu katakan Mala, kita bertiga ada di sini. Supaya masalahnya cepat selesai."Bibi Ani menyingkir masuk ke dalam kamar, sementara aku semakin berjalan mendekati Mas Bima dan Mala."Aku tidak menyangka Mbak bisa serendah ini, padahal aku sudah pernah menemui Mbak dan meminta agar tidak terus menjadi bayangan dalam hidup Mas Bima. Dia sekarang milikku Mbak, kenapa sih Mbak tidak mencari lelaki lain saja. Kenapa juga harus berharap pada mantan yang sudah menjadi suami orang?"Deg.Aku merasa sakit sampai ke ulu hati mendengar ucapannya. Namun, kucoba untuk tetap tenang."Mala, jaga ucapanmu! Nisa tak serendah itu, aku yang berharap bisa menikah kembali dengannya, Nisa bahkan sudah menolak. Jadi jangan menuduhnya yang tidak-tidak!"Mas Bima mencoba membela, tapi tak membuat perasaanku membaik. "Dia itu hanya jual mahal Mas, itu 'kan memang trik wanita supaya lelaki yang mengincarnya semakin penasaran. Aku sudah bisa membaca keinginan Mbak Nisa, jadi detik ini jug
Read more
30. Talak Untuk Mala
Kupalingkan wajah agar tidak terlalu lama melihatnya. Tapi meski begitu senyum manis Mas Bima pada pengamen cilik itu sedikit mengingatkanku bahwa dia masih sama seperti dulu. Ramah pada siapapun dan paling penyayang pada anak-anak. Tetaplah seperti itu Mas.Setiap manusia pasti pernah melakukan kesalahan tapi yang terpenting bagaimana kita bisa menjadikan kesalahan tersebut sebagai jalan muhasabah diri terbaik. Aku pergi.*Pov BimaAku melihat wajah mama tampak sendu, biasanya ia menyambut kepulanganku dengan senyum. Ada apa ya, kenapa Mama terlihat bersedih?Kudekati ia yang sudah genap dua bulan ini terbaring di atas ranjang. Seluruh tubuhnya tak bisa digerakkan. Bahkan untuk BAB saja harus dibantu. "Bima pulang, Ma."Hari ini sedikit terjadi masalah, mobilku dipinjam kepala bidang manajemen di kantor. Entah untuk urusan apa, yang kutahu dia mau bertemu selingkuhannya hendak memutuskan hubungan dengan wanita itu karena istrinya sudah tahu perihal perselingkuhannya. Tapi Pak Bamba
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status