All Chapters of Nikah Pengganti: Suamiku Adalah Kuadriliuner: Chapter 31 - Chapter 40
365 Chapters
Bab 31 Cincin Kawin
Sinta kebingungan menatap Anna, dia tidak memahami apa yang dimaksud wanita itu.Anna menghela napas, lalu berbisik di telinga Sinta, “Begini ceritanya, menurut desas-desus yang beredar di kantor kita, katanya kamu sudah menikah dengan seorang preman yang pernah dipenjarakan ....”“Mereka juga mengatakan kalau pria yang memukul Tomi kemarin itu suamimu! Mereka mendeskripsikan kalau suamimu suka keluar masuk penjara setiap hari karena berkelahi, dia bahkan pernah dijatuhi hukuman dan ditahan selama bertahun-tahun, baru-baru ini baru keluar dari penjara.”Sinta tidak tahu harus tertawa atau menangis, dia tidak mengatakan apa-apa cukup lama.Anna semakin terkejut saat melihat Sinta diam, “Sinta, apakah kamu benar-benar sudah menikah? Apakah suamimu memang orang seperti itu?”“Ya, aku sudah menikah,” kata Sinta terus terang. “Selain itu, latar belakang suamiku memang tidak mulia.”Setelah mendengar ini, tanpa sadar Anna melangkah mundur dua langkah dan menatap Sinta dengan tatapan tidak pe
Read more
Bab 32 Tidak Peduli Apakah Ini Kaca atau Zamrud
Widia kesal bukan main dan wajahnya pun merah padam.Biasanya dia selalu menjaga citra dan penampilannya, tetapi sekarang dia telah kehilangan semua martabatnya. Dia melampiaskan semua kemarahannya pada Sinta, dia mengangkat tangannya, hendak memukul Sinta, tetapi dihentikan oleh orang-orang yang ada di sampingnya.Orang-orang di sampingnya pun menunjuk ke kamera CCTV yang ada di langit-langit dan menasihatinya untuk menenangkan diri sejenak.Widia menatap Sinta dengan getir, mengertakkan giginya sebentar dan berkata, "Apa hebatnya menikahi pria miskin itu? Jangankan cincin berlian, dia bahkan tidak sanggup membelikanmu cincin dari logam tembaga atau besi! Kalian berdua pasangan miskin akan hidup miskin selamanya!"Setelah mengatakan itu, Widia berbalik dan pergi. Sinta melihat Widia yang pergi dengan kesal itu dengan sedikit tersenyum di bibirnya.Tampaknya mulai sekarang tidak akan ada hari-hari yang tenang dan damai di kantor mereka.Dia harus merencanakan masa depan dirinya sendiri
Read more
Bab 33 Nilainya Sangat Berharga
Hati Sinta menegang, dia berbalik untuk melihat ke Anna yang juga menatap Sinta dengan gugup.“Kenapa Widia mencarimu?" Anna mengerutkan kening, "Dia pasti punya niat buruk! Sinta, kamu harus lebih berhati-hati!"“Yah, tidak apa-apa.” Sinta masuk ke kantor Widia dengan tenang.Widia dengan sengaja membuka seluruh tirai kantor dan bahkan membiarkan pintu terbuka, agar orang-orang yang di luar dapat melihat dengan jelas apa yang terjadi di dalam.Sinta sedikit bingung, sepertinya Widia bukan mau mencari gara-gara dengannya.Lagi pula, ada begitu banyak pasang mata yang mengawasi.“Sinta, dia adalah Pak Fajar Suseno, Presiden Direktur perusahaan Cahaya Fajar Grup,” Widia memperkenalkan sambil tersenyum, “Pak Suseno, dia adalah staf penjualan yang mencetak nilai penjualan terbaik di perusahaan kami bulan ini!”Sinta tersenyum dan mengangguk untuk memberi salam, tetapi semakin melihat ekspresi Widia, semakin merasa kalau ucapan Anna ada benarnya.Widia pasti tidak berniat baik ....Fajar Su
Read more
Bab 34 Menaksir Tempat yang Bagus untuk Berbicara
Sinta membawa Pak Suseno ke ruang rapat.Mereka yang berkumpul di depan pintu Widia, semuanya membicarakan hal yang sama."Bu Widia hanya ingin Pak Suseno mengatakan kalau cincin Sinta terbuat dari kaca celupan, tetapi ternyata Sinta memakai batu zamrud asli! Pada akhirnya, pelanggan itu pun ikut Sinta pergi! " Seseorang menertawakan dengan suara kecil, " Bukankah ini yang disebut kalah telak?”"Ck, ini namanya jatuh ditimpa tangga!""Ha ha......"Widia membeku di tempatnya, pikirannya kosong dan saking kesalnya, sekujur tubuhnya gemetar.Dia tiba-tiba berjalan ke arah pintu dan membanting pintu itu dengan keras.Orang-orang di luar pintu langsung bubar, tetapi gelak tawa masih bergema di seluruh kantor. Mereka memang sudah lama tidak puas dengan kelakuan Widia, tetapi pamannya adalah komisaris utama, jadi mau tak mau harus bersabar dan menahan amarah.Melihat Widia yang tersiksa karena kejadian hari ini, mereka semua merasa terhibur....Sinta mengantar Pak Suseno hingga ke pintu depa
Read more
Bab 35 Sinta juga Bukannya Tidak Takut
Hari itu, tidak ada orang yang tahu kenapa Widia keluar sebentar dan kembali dengan wajah yang bengkak, bahkan di sudut bibirnya pun ada sedikit rembesan darah.Ekspresi memalukan itu persis sama dengan hari ketika Tomi dipukuli.Ada orang yang jeli menghubungkan kedua hal ini, mereka segera menghubungkannya dengan Sinta. Akan tetapi karena Sinta biasanya sangat populer, memiliki kepribadian yang lembut dan prestasi pekerjaannya juga mengalami peningkatan, bahkan kalau memang Sinta yang memukul Widia, semua orang akan berpikir kalau Widia-lah yang mendorong Sinta ​​​melakukannya.Selain itu, tidak ada bukti nyata, jadi hal ini hanya menjadi bahan gunjingan saja.Namun, meski tidak tertangkap kamera CCTV, pemandangan ini justru terlihat Agus Haliman.Saat itu, Agus sedang bertugas di firma hukum terdekat dan melihat Sinta memukuli seseorang. Ini adalah pemandangan yang sangat jarang terjadi.Agus segera melaporkannya pada Dani. Tidak tahu apakah karena Agus terlalu sering bersama Billy
Read more
Bab 36 Hal yang Hanya Bisa Dikatakan Sesama Pria
Napas Dani tercekik dan tiba-tiba memeluk Sinta.Dani bisa memegang pinggang ramping Sinta dengan satu tangan dan dengan lembut mengangkat dagu Sinta dengan tangan yang lain.Dani menatap mata Sinta, pupil matanya sebening pegas dan bibirnya yang merah muda seperti jambu air itu terbuka dan mengatup sedikit, seperti godaan tak bersuara.Dani merasakan panas yang membara di dalam tubuhnya.Sinta menghindari tatapan Dani yang tampak membara, wajah Sinta mulai memerah dan napasnya menjadi agak terburu-buru. Sinta dapat merasakan dada Dani sepanas air mendidih, detak jantungnya yang kuat dan aura kejantanannya yang kuat ... Sinta merasakan tubuhnya sendiri melemah dan sebelum ciuman Dani merapat ke bibirnya, Sinta mendorong Dani dengan lembut."Tidak," Sinta tersipu malu, "Aku masih harus memasak."Dani berhenti dan cahaya gelap melintas di matanya yang dalam."Nanti malam saja ...." kata Sinta dengan suara yang tipis dan lemah, dia akhirnya mengucapkan tiga kata ini, wajahnya memerah ters
Read more
Bab 37 Tidurlah!
Ketika dia berumur enam belas tahun, dia sudah diterima di The Wharton School, University Pennsylvania, salah satu dari tiga sekolah bisnis terbaik di dunia dan merupakan pewaris harapan keluarga Hidayat.Kalau bukan karena dia dijebak dan mengalami kecelakaan pesawat, dia pasti sudah memikul tanggung jawab atas Keluarga Hidayat sekarang.Menghadapi mata Sinta yang bertanya-tanya, Dani hanya tersenyum dan menjawabnya secara diam-diam.Sinta cemberut dan pikiran itu terlintas di benaknya, apakah Dani bertemu dengan wanita pujaan hatinya ketika dia berusia enam belas tahun? Konon katanya pria paling tidak bisa melupakan cinta pertama mereka. Tadi dia masih sangat bersemangat ketika menyebutkan usia enam belas tahun, tetapi baru mengatakan setengah saja, langsung terdiam. Jelas-jelas kalau pria itu tidak ingin aku mengetahuinya ...Tidak ada penjelasan yang lebih baik selain wanita pujaan.Jejak kesepian melintas di mata Sinta, karena Dani tidak ingin berbicara, dia pun berhenti bertanya.
Read more
Bab 38 Cara Sinta Mengatasi Masalah
Malam itu, Sinta begadang hampir sepanjang malam.Di satu sisi, dia khawatir tentang Anton, tetapi di sisi lain, dia merasa terusik dengan sosok "wanita pujaan Dani". Apalagi, ini adalah pertama kalinya Sinta tidur di sofa. Sinta tetap tidak bisa tertidur walau sudah bolak-balik badan. Dia baru terlelap saat menjelang subuh.Namun, belum lama terlelap, dia sudah dibangunkan oleh suara berisik.Ketika dia membuka matanya, dia melihat Dani telah berganti pakaian dan bersiap untuk keluar. Anton juga sudah mengemas tas sekolahnya dan mengikuti Dani.“Kalian berdua mau pergi ke mana?” Sinta terkejut.Dani berpenampilan aneh, memakai baju hitam dan bertopi, tangannya membawa tongkat pentungan yang biasanya dia gunakan untuk olahraga di rumah.Tiba-tiba Sinta mempunyai firasat buruk.“Apakah kamu mau pergi berkelahi?”Dani memandang Sinta tetapi tidak mengatakan apa-apa.Sinta cemas, sepertinya Dani benar-benar akan pergi berkelahi. Sejak mereka menikah, setiap kali Dani berkelahi, pasti berh
Read more
Bab 39 Apa Kalian Punya Kenalan Dokter Kandungan
Sinta berjalan perlahan dari samping dengan ekspresi tenang.Dani sekarang mengerti rencana Sinta.Sinta mempunyai bukti kuat kasus penindasan di halaman sekolah. Para siswa sekolah menengah ini telah melewati usia enam belas tahun. Secara hukum, mereka sudah mampu memikul tanggung jawab atas tindakan pidana yang mereka lakukan.Selama bukti-bukti itu diserahkan ke polisi dan diajukan gugatan, rekam jejak tindakan pidana para pelajar ini akan tercatat seumur hidup.Mata dingin Sinta menatap orang-orang itu.“Anton pasti bukan satu-satunya orang yang kalian buli, 'kan?" Dia berkata dengan hati-hati, "Aku sudah melapor polisi. Polisi pasti akan mengusut tuntas semuanya, setelah mereka datang."Semuanya berada di bawah kendali Sinta.Orang-orang tersebut dibawa pergi oleh polisi dan diinterogasi sesuai prosedur yang berlaku. Beberapa orang itu sudah mengakui perbuatan mereka. Tindakan pidana mereka terbukti, mereka dinyatakan bersalah. Hasilnya pun sangat memuaskan.Sinta akhirnya menarik
Read more
Bab 40 Suamimu Memasak Sup Penguat Rahim
Sinta menderita sakit perut yang parah, dia mengambil cuti kerja sehari .Namun, sakitnya tidak berhenti walau sudah berbaring di rumah. Sejak bangun pagi, dia sudah mencium bau obat tcm yang aneh, datang dari dapur.Sinta memaksakan dirinya untuk bangun dari tempat tidur dan berjalan ke pintu dapur. Dia pun melihat Dani sedang kewalahan di dapur.Di atas meja, ada sarapan yang telah Dani siapkan untuk Sinta, dari telur gosong, roti bakar gosong dan semangkuk bubur sereal yang hampir tidak kelihatan serealnya.Sungguh berat bagi seorang pria yang belum pernah ke dapur ini.Sinta tersenyum kecut dan bersandar pada kusen pintu dapur. Dengan lembut, Sinta berkata, "Kamu tidak tahu bagaimana melakukannya, jadi biarkan aku yang melakukannya saja."Dani terkejut dan menoleh ke arah Sinta, "Kamu sudah bangun? Bukankah kamu sakit? Kembalilah dan berbaring setelah sarapan. Aku akan membereskan semua ini.""Apa lagi yang kamu sibukkan?""Oh ... aku membuatkanmu sup." Dani buru-buru berkata, "Per
Read more
PREV
123456
...
37
DMCA.com Protection Status