Semua Bab Nikah Pengganti: Suamiku Adalah Kuadriliuner: Bab 11 - Bab 20
365 Bab
Bab 11 Gelang Embun Cenderawasih
Dani di sisi lain telepon terdiam tak bersuara.Namun, bahkan melalui telepon, Billy bisa menebak kalau ekspresi Dani sekarang pasti tanpa ekspresi seperti gunung es.Wajahnya yang tidak berekspresi itu adalah kemampuannya yang terbesar, tidak ada yang tahu kapan dia senang, kapan dia sedang marah."Kakak Ketiga," Billy berdehem ringan, "kamu tidak ingin ngomong sesuatu?""Ngomong apa? "Dani berkata dengan senyum palsu, "Itu aku berikan padanya, berarti miliknya, mau diapa 'kan, yah terserah dia toh.""Tapi itu 'Gelang Embun Cenderawasih' yang dipakai oleh nenek buyutmu, 'kan?"Dani tidak bersuara, dia menambahkan berat dumbbell yang diangkatnya. Saat diangkat, kelihatan otot-ototnya yang kenyal dan padat, kekuatannya seperti gunung berapi yang meletus."Dia jual berapa gelang itu?" tanya Dani.Billy tersenyum, "Ini ... dia tidak jadi jual!"Kening Dani terasa kebas. Dari semalam, dia sudah melihat wanita imut ini tidak tenang, matanya menatap ke laci itu terus, saat itu Dani sudah bis
Baca selengkapnya
Bab 12 Mas Kawin Sinta
Setelah makan malam, Sinta memotong buah dan menyajikannya lalu duduk di samping Dani.Pria itu menatap ponselnya sepanjang waktu, Sinta penasaran dan menoleh ingin ikut melihat. Awalnya Sinta mengira Dani sedang main Game, tetapi tidak disangka dani sedang membaca situs asing dengan orang-orang berpakaian formal, mereka terlihat seperti orang-orang sukses.Sinta terkejut saat Dani tiba-tiba menolehkan kepalanya. Jarak kepala Sinta begitu dekat, ujung hidung mereka hampir saling menempel satu sama lain. Mereka berdua saling menatap satu sama lain, bertukar pandang. Wajah Sinta terasa hangat dan jantungnya berdebar keras."Ada apa?" kata Dani dengan nada rendah seperti berbisik."Tidak ... tidak apa-apa." Sinta duduk di sampingnya dengan canggung, kedua tangannya yang mungil tumpang tindih tidak karuan, dia panik tidak tahu mau bilang apa, jadi dia tersenyum dan asal cerocos, "Kamu sedang baca berita?""Yah, berita keuangan.""Kamu mengerti ini?"Dani menoleh lagi, matanya yang tajam da
Baca selengkapnya
Bab 13 Kehilangan Hak Tanah
Dalam sesaat, Sinta tidak ada reaksi.Sedangkan Anton terdengar sangat senang, dia mengatakan kalau tidak hanya biaya pengobatan saja, keluarga Wijoyo juga telah memindahkan ibu mereka ke bangsal VIP dengan perawat khusus yang menjaga, bahkan mengunakan obat impor terbaik."Kak, sebenarnya ayahmu masih mengenang cinta lamanya pada ibu," kata Anton dengan senyuman yang polos. "Sudah, yah. Aku harus pergi belajar dulu.""Omong-omong ... kak, jangan lupa uang buku pelajaranku. Di kelasku, hanya aku yang belum bayar!""Oh ..." Sinta mengiyakan. Sampai Anton menyelesaikan panggilan itu, Sinta masih belum mengerti apa yang sedang terjadi.Kesadaran Santi untuk bermurah hati?Apa benar Hendra Wijoyo masih mengenang cintanya pada ibu?Kemungkinan-kemungkinan seperti ini tampaknya sangat kecil.Memikirkan perlakuan keluarga Wijoyo padanya tempo hari saat kembali ke rumah orang tua, Sinta sudah tidak menaruh harapan pada mas kawin senilai enam ratus juta ini.Tidak disangka ....Sinta buru-buru
Baca selengkapnya
Bab 14 Penyamaran Dani
Billy menepuk pahanya sendiri setelah menyadari kalau dia baru saja membuat masalah besar."A ... Agus, kamu harus membantuku!" Billy tidak bisa tertawa apalagi menangis. "Aku tidak pernah berpikir untuk merebut wanita Kakak ketiga! Apalagi wanita seperti Sinta yang lemah lembut itu sama sekali bukan seleraku! Aku tidak tahu apa yang salah dengan Kakak Ketiga? Dia bisa menyukai ...."Agus menyeruput seteguk kopi dan tersenyum penuh makna.Iya, Agus sendiri juga tidak tahu kalau Tuan Muda keluarga Hidayat yang selama ini tidak dekat dengan hal-hal yang berbau wanita dan terkenal acuh tak acuh itu, tidak hanya berubah menjadi Dani Setyawangsa saja, tetapi juga menjadi begitu terobsesi dengan wanita imut-imut seperti Sinta."Bukankah Kakak Ketiga sudah mengatakan kalau dia tidak peduli dengan pernikahan ini. Dia hanya menggunakannya sebagai cangkang untuk penyamarannya."Kamu percaya omongannya?" Agus menjelingnya dan berkata, "Lihat saja nanti. Aku melihat Sinta ini tidak sesimpel itu. H
Baca selengkapnya
Bab 15 Sinta yang Tangguh
"Pengantin baru secantik ini, bisakah dia membuat martabak manis?" Beberapa orang berkumpul di depan rumah Dani, tersenyum nakal di hadapan Sinta. Di sekitar mereka, banyak orang yang menonton, tetapi para preman ini memiliki reputasi buruk, mereka suka menindas penduduk desa. Jadi, tidak ada yang berani mencampuri urusan mereka. Para penduduk lainnya hanya menonton keramaian dengan pandangan sinis. Semua ini gara-gara Sinta terlalu cantik dan Dani yang terlalu ceroboh membiarkan istrinya berada di rumah sendirian. Bukankah ini sama saja dengan memberikan kesempatan pada mereka? Jantung Sinta berdebar-debar, wajahnya pun pucat. Akan tetapi, dia masih mencoba untuk tetap tenang. "Aku dengar, si pengantin wanita ini adalah anak dari keluarga kaya raya?" "Tak heran, anak orang kaya tidak pernah memasak di dapur? Bagaimana mungkin dia bisa membuat martabak manis?" "Sayang, kamu mungkin tidak mengerti aturan kami di sini."Mata para preman itu terpaku pada tubuh Sinta. "Di tempat k
Baca selengkapnya
Bab 16 Jangan Dengarkan Gosip
“Jangan khawatir, aku ada di sini.”Dani membiarkan Sinta masuk ke dalam rumah dan mengunci pintu dengan baik.Sinta masuk ke dalam rumah dengan patuh, tetapi Dani tidak ikut masuk. Dari dalam rumah, Sinta mendengar suara gaduh yang disusul dengan suara memekik kesetanan, bahkan ada yang melolong kesakitan.Dari jendela, Sinta melihat para preman itu dipukul habis-habisan, sampai babak belur dan bersembah sujud di tanah, meminta ampun pada Dani. Ada banyak darah yang berceceran di tanah.Akan tetapi, Dani masih belum puas melampiaskan amarahnya, dia memungut kembali tongkat yang dipegang Sinta tadi, lalu menghantamnya ke kaki salah satu pria itu dengan keras ....“Awas, kalau masih berani menganggu istriku. Kalau tidak, bukan hanya kaki saja yang patah lain kali!” Suara Dani sangat tajam, tetapi setiap kata terdengar sangat jelas dan penuh dengan keseriusan.Beberapa preman itu langsung lari terbirit-birit.Sinta bersembunyi di balik pintu, dia berusaha menekan ketakutan yang membuat
Baca selengkapnya
Bab 17 Dunia Ini Begitu Sempit
Keduanya langsung tercengang bersamaan.Sorotan mata Dani memberikan isyarat pada Sinta untuk pergi ke kamar dan berdiam diri di dalam, dia sendiri yang akan pergi membukakan pintu.Lukas berdiri di luar pagar dengan ekspresi sangat cemas.“Dani, kudengar kamu memukul orang ....” Sebelum selesai berbicara, Lukas melihat bercak darah di baju Dani dan menahan napas, “Astaga, ternyata benar!”“Hanya beberapa preman saja,” kata Dani dengan enteng. “Lagi pula, aku tidak memukul mereka hingga parah, mereka tidak akan mati.”“Belum parah?” Lukas menarik Dani ke samping dan berkata dengan suara rendah, “Organ dalamnya saja pecah! Sekarang mereka harus dikirim ke rumah sakit di Kota Semarang!”Alis Dani berkedut, tetapi wajahnya tetap tak berekspresi.Mereka sendiri yang berulah, siapa suruh mereka berani menggoda Sinta? Bahkan dipukul sampai mati pun, bukanlah hal yang berlebihan.“Oh ya, ada seorang lagi yang kakinya patah karena ulahmu?” Lukas sangat cemas, “Apakah kamu tahu siapa ayah orang
Baca selengkapnya
Bab 18 Jebakan
Pertemuan pagi itu terasa sangat sulit dilewati.Sinta merasakan sorotan mata Tomi yang sering merayap ke bagian tubuhnya, dia juga merasakan mata Widia yang setajam pisau itu seakan-akan menusuk ke tubuhnya dengan keras.Jadi setelah pertemuan berakhir, sebelum Tomi sempat berbicara, Sinta sudah tersenyum sopan dan mencari alasan untuk meninggalkan ruang pertemuan.Sebelum pergi, Sinta mendengar suara Widia mengamuk di dalam, “Ada apa denganmu? Melihat kuntilanak itu, kamu langsung lupa diri dan menatap dia terus, 'kan! Dasar mata keranjang, tidak bisa berubah!”Jantung Sinta berdetak kencang.Saat waktu istirahat siang, Sinta menceritakan hal ini pada Jessika. Jessika juga sedikit terkejut, dia tidak menyangka akan terjadi hal kebetulan seperti ini. Di dalam perusahaan yang begitu besar, Sinta bisa begitu kebetulan bertemu dengan dua orang yang merepotkan ini.“Kelak kamu harus lebih berhati-hati, kalau bertemu dengan mereka,” bisik Jessika. “Sinta, aku tidak berada di departemen pen
Baca selengkapnya
Bab 19 Hari Ini Gajian
“Departemen penjualan adalah salah satu departemen terpenting dalam perusahaan.” Widia sengaja menyindir Sinta pada setiap pertemuan rutin, “Ada orang yang memang tidak berbakat dalam penjualan, lebih baik tidak menempati posisi ini dengan memberikan kesempatan pada orang lain yang lebih mampu!”“Perusahaan kita bukan tempat untuk makan gaji buta, jadi sebaiknya kalian mengetahuinya. Seperti orang yang tidak mendapat pesanan satu pun dan hanya bisa mendapatkan gaji pokok saja, benar-benar harus mempertimbangkan arah tujuannya kelak!”Sinta menundukkan kepalanya dan mengerutkan keningnya sepanjang sore itu.Setelah melewati hari yang berat dan melelahkan itu, akhirnya Sinta pulang kerja. Begitu sampai di rumah, Sinta melihat Dani duduk ongkang kaki di sofa sambil memandangi ponselnya. Dani tampak seperti seorang taipan. Sinta masuk ke dapur, meja dapur masih kosong melompong, bahkan saat dia hendak meminum seteguk air hangat pun tidak ada.Semua kekesalan yang Sinta pendam sepanjang har
Baca selengkapnya
Bab 20 Restoran Di Hotel Bintang Lima
Sebelum Sinta sempat menolak usulan tersebut, dia sudah diseret keluar rumah oleh Dani.Dalam perjalanan, Sinta tidak mengatakan sepatah kata pun, dalam benaknya dia memikirkan masalah gajinya yang kecil itu, apakah cukup untuk bayar tagihan makanan.Sinta mengintip Dani, membayangkan kalau selama ini kehidupan Dani hidup terisolasi dalam kemiskinan, jadi Dani mungkin saja tidak tahu restoran mana saja yang ada di Kota Semarang?Sesuai dengan kemampuan konsumsi Dani, mungkin warung di pinggir jalan saja sudah bisa mengatasinya.Apalagi ada beberapa warung yang memang bisa bebas menambah nasi putih tanpa batasan, jadi seharusnya cukup untuk dimakan Dani.Sinta menundukkan kepalanya dan tersenyum.Sejak menikah, Sinta selalu menghemat, terutama pengeluaran yang bersifat konsumtif, dia biasanya membeli sayuran yang harganya paling murah untuk memasak. Dia pernah mendengar dari seorang pelayan tua keluarga Wijoyo kalau hal yang paling menakutkan bagi para pasangan muda adalah kehilangan ga
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
37
DMCA.com Protection Status