Lahat ng Kabanata ng Nikah Pengganti: Suamiku Adalah Kuadriliuner: Kabanata 41 - Kabanata 50
365 Kabanata
Bab 41 Sinta Mungkin Ini Adalah Kesempatan
“Kak Jessika? Kenapa denganmu!”Sinta melihat Jessika membeku di dapur untuk waktu yang lama dan khawatir tangannya tersiram air panas, jadi Sinta segera bangkit dan berjalan ke dapur melihatnya.Tak disangka, Jessika tidak kuasa menahan tawa sambil melihat sepanci sup dan ampas obat.“Ini .…” Sinta kaget, ternyata ini adalah bau yang dia cium sejak bangun pagi!Jessika menahan senyumannya dan menatap Sinta dengan penuh arti, "Kalau kuberi tahu, jangan terlalu heboh ya.""Apa yang terjadi?""Semua ini bahan obat tcm," Jessika mengambil beberapa dan menjelaskan, "Ini Evodia Fructus, ini Polygonatum Odorati Rhizoma, ini Cervi Cornus Colla, Gelatinum Asini, Colla carapacis et plastri testudinis ....""Selebihnya ini sering ditemukan, kamu pasti tahu, Goji Berri, Mulberry, Lilii Bulbus dan Asparagi Radix."Sinta tidak memahami apa yang sedang terjadi dan tampak kebingungan, "Untuk apa fungsi obat tcm ini? Kenapa Dani membuatkan sup seperti ini untukku?"“Sup ini menyehatkan rahim wanita se
Magbasa pa
Bab 42 Ini Sebuah Peluang atau Bahaya
Ekspresi Jessika berubah dan cara dia memandang Sinta menjadi sedikit berbeda.Dia benar-benar tidak berpikir sejauh ini!Jika memikirkannya dari posisi orang lain, dia pasti akan mengutamakan keegoisannya sendiri.Bagaimanapun juga, toh dia juga bukanlah orang hebat.“Sepertinya aku masih kurang memiliki kemampuan paling mendasar dalam menilai sifat manusia!” Jessika berkata sambil tersenyum, “Sinta, aku melihat kamu biasanya suka diam, tetapi ketika kamu mulai berbicara, ucapanmu sangat masuk akal!”“Penilaianku belum tentu benar.” Sinta terkekeh, “Tapi Dani memberitahuku kalau kita perlu waspada terhadap orang lain, dia selalu menyuruhku memperhatikan segala sesuatu dengan hati-hati. Dia juga mengatakan bahwa mereka yang berada di posisi atas, proses pencapaiannya sangat sulit, jadi tidak sesederhana yang kita lihat.”"Hei, suamimu sudah menjadi pemandu hidupmu?"Jessika awalnya mengatakan dengan nada menggoda, tetapi Sinta memamerkan suaminya dan menjadi lepas kendali.“Tentu saja,
Magbasa pa
Bab 43 Kalau Tidak Sibuk, Jangan Muncul di Hadapanku
Sinta tercengang saat melihat Tomi mengadang di depannya, tersenyum sinis, mata Tomi penuh permusuhan dan penghinaan."Haha, adik senior sekarang kamu sudah memiliki sayap yang kuat, sudah hebat! Sekarang kamu bahkan mengincar posisiku?"Sinta tidak ingin berdebat dengannya, jadi dia berjalan ke sisi yang lain dan suara Tomi terdengar lagi dari belakangnya."Apakah menurutmu, Pak Sutrisno yang licik seperti rubah tua itu benar-benar ingin mempromosikanmu? Dia hanya mau memanfaatkanmu!"Sinta menoleh untuk melihatnya.Tomi dengan tidak sabar menarik dasinya sendiri, dengan ekspresi marah di wajahnya.Tomi berjalan perlahan-lahan ke sisi Sinta. Sinta mencium bau asap rokok yang menyengat dan merasa mual.“Adik kelas, jika kamu benar-benar menyukai posisiku, aku akan memberikannya padamu! Kenapa menggunakan cara ini untuk menghadapiku?”“Aku tidak pernah menginginkan posisimu.” Sinta menatap Tomi dengan dingin, “Pak Sutrisno yang memanggilku dan berkata .…”“Orang yang kompeten, pastilah
Magbasa pa
Bab 44 Kehangatan Ini Akan Menjadi Milik Santi
Namun, Agus tidak dapat membantunya kali ini.“Mungkinkah … ada yang salah dengan resep rahasia yang kamu berikan padanya terakhir kali?”Billy menepuk-nepuk kepalanya, “Apakah kakak iparku tidak menjadi seliar serigala dan harimau?”Agus tersenyum pahit, "Mungkin terlalu kuat dan menekan Kak Dani sampai mengalami gangguan endokrin!"Billy hampir menyemprotkan seteguk anggur ke wajah Agus....Dani membuka pintu balkon dan kembali ke dalam rumah. Dia mendongak dan menatap mata Sinta yang sedikit terkejut.“Ada apa?” ​​tanya Dani tetap tenang."Apakah kamu baru saja menelepon?""Yah, teman sesama ... narapidana," kata Dani dengan tenang, "Setelah keluar, dia ingin meminjam uang. Aku memintanya untuk tidak menghubungiku lagi.""Oh." Sinta mengangguk, "Pantas saja kamu berteriak begitu keras tadi, bangunan ini hampir roboh karena suaramu! Tapi kamu melakukan hal yang benar. Jangan menghubungi orang-orang itu lagi jika bisa. Apalagi kamu sudah menikah. Kelak, kita harus menjalani kehidupan
Magbasa pa
Bab 45 Umumnya Laki-Laki yang Menafkahi Perempuan
Mata Dani tercekik dan dia menatap Sinta dengan tenang, wajahnya yang tegas tanpa ekspresi dan beberapa emosi kompleks muncul di matanya yang dalam.Sinta tiba-tiba menyadari kalau dia sedang bertemu klien dan meneliti informasi klien selama periode ini. Dani tidak boleh salah paham ...."Dani, aku, aku bukan itu maksudku!" Sinta buru-buru membela diri, "Aku pasti tidak akan mengkhianati pernikahan kita. Saat kubilang aku berbohong padamu, maksudku ...."Sinta berhenti, menjilat bibirnya dan berkata pelan, "Artinya, jika suatu hari nanti, kamu menyadari kalau aku tidak layak, kamu perlakukan begitu baik padaku, apa yang akan kamu lakukan?"Dani menatap Sinta lama dan tersenyum lembut.Dani tidak mengatakan apa-apa, dia memeluk Sinta dengan lembut dan membelai rambut panjangnya.Sinta menempelkan wajah kecilnya ke dada Dani yang tebal dan mendengar detak jantungnya yang kuat.Detak jantung ini memberikan rasa aman bagi Sinta.“Jangan terlalu banyak berpikir,” suara Dani rendah dan serak
Magbasa pa
Bab 46 Dani milik Sinta Wijoya Seorang.
Ekspresi Dani sedikit berubah.Wilman Santoso di sebelahnya mengedipkan mata padanya dan menunjuk tempat tidak jauh.Melalui jendela mobil dani melihat wanita imut itu berdiri tertegun di tengah jalan, dengan kerumunan orang yang lalu lalang. Bangunan penting di Jakarta di belakangnya adalah Gedung Kantor Utama Hidayat Grup.Sinta menempelkan ponselnya ke telinga dan menunggu dengan tenang jawaban Dani.Dani menghela napas lega dan tertawa pelan, “Aku dulu ... Aku pernah melakukan kejahatan di Jakarta, jadi aku pernah tinggal di sana.”Sinta berhenti sejenak dan segera mengganti topik pembicaraan.Wilman memperhatikan terus di samping Dani, bertanya-tanya apa yang sedang mereka bicarakan di balik telepon itu, kelihatannya Tuan Dani tersenyum sangat bahagia.Dia belum pernah melihat Tuan Dani dengan mata yang begitu lembut.Baru setelah dia menutup telepon, melihat Sinta dan rekan-rekannya berjalan pergi, Wilman baru bertanya dengan suara rendah, “Tuan, apakah Anda ingin tempat yang bar
Magbasa pa
Bab 47 Dia Terlihat Lebih Menarik Daripada Di Foto
Selama beberapa hari ini, masih belum ada kemajuan yang berarti. Sinta serta Anna bahkan tidak dapat memasuki pintu gerbang Sanjaya Grup.Anna sedikit putus asa, dia berjongkok di pinggir jalan dengan wajah yang sedih.Matahari menghanguskan bumi dan orang-orang yang kepanasan menjadi bingung dan mudah tersinggung.Sinta memberikan sebotol air pada Anna sambil tersenyum lembut, “Ayo, kita cari tempat untuk makan siang dulu dan datang lagi di sore hari untuk mencobanya.”“Sinta, tidak ada gunanya.” Suara Anna terdengar putus asa, “Sepertinya Tomi tidak berbohong pada kita, pasar Jakarta sulit ditembus. Setelah datang ke sini selama berhari-hari, Jangankan bertemu Tuan Billy, bahkan staf kecil yang bertanggung jawab dalam pembelian pun tidak bisa dijumpai!”“Menurutku kita harus kembali ke Sekarang ....” kata Anna dengan cemberut. “Jika ini terus berlanjut, aku tidak tahu akan tunggu berapa lama lagi!”“Jangan berkecil hati!” kata Sinta optimis. “Kamu telah berkecimpung dalam penjualan s
Magbasa pa
Bab 48 Nona Wijoyo yang Ingin Aku Bawa Adalah Sinta Wijoyo
Dani tertawa pelan beberapa kali di ujung telepon.Namun, arti dari tawa itu tidak jelas dan Billy tidak mengerti apa yang Dani maksud, jadi dia hanya bisa menahan diri dan bertanya, “Kak Dani ... kenapa kakak iparku datang mencariku? Apakah berhubungan dengan pekerjaan?”Dani terdiam, memikirkan Sinta mempelajari informasi Billy di komputer sepanjang malam dan perasaan tidak menyenangkan kembali muncul lagi di hatinya.“Karena kamu tampan!” Dani mengatakan ini dengan marah dan menutup telepon.Billy gelisah sepanjang hari.Pada akhirnya, dia memutuskan untuk tetap sama dalam menghadapi perubahan dan menunggu untuk melihat apa yang akan dilakukan Sinta selanjutnya.... Malamnya, Sinta menunggu sendirian di depan pintu Hotel Pangrango Berjaya.Di malam hari, bangunan megah mirip kastil ini terang benderang dan ramai dengan aktivitas. Jalan di keempat penjuru arah angin, penuh dengan mobil mewah dan beberapa orang turun di landasan halaman belakang hotel dengan pesawat pribadi.Mereka y
Magbasa pa
Bab 49 Di Ruang Jamuan yang Terpisah
“Kamu … kamu tidak salah?”Setelah hening beberapa saat, Santi berteriak dengan suara tinggi.“Bagaimana mungkin dia!”“Apakah Anda Nona Sinta Wijoyo?” Pria itu tersenyum, tetapi matanya dingin, “Jika Anda bukan Nona Sinta Wijoyo, mohon mundur ke belakang!”“Kamu ....”“Ini adalah Pangrango Berjaya dan keluarga Hidayat sebagai tuan rumah dalam pesta malam ini.” Pria itu berkata dengan acuh tak acuh, “Siapa yang harus dijemput dan siapa yang tidak usah dijemput, itu adalah tugas saya dan saya tidak perlu diingatkan Anda!”Wajah Santi menjadi pucat karena marah, sudut mulutnya bergerak-gerak dan dia tidak bisa mengucapkan sepatah kata pun.Julia dan Hendra saling pandang dengan bingung dan merasa ada sesuatu yang tidak beres.Itu Sinta! Anak haram yang kotor dan berabu seperti itu, punya kualifikasi apa menghadiri pesta megah ini!“Nona Wijoyo,” pria itu menghampiri Sinta dan mengangguk dengan hormat, “Silakan ikut saya.”Jantung Sinta berdebar kencang, seolah-olah ada guntur yang menyam
Magbasa pa
Bab 50 Di Matamu, Aku Wanita Seperti Itu?
Dani juga tertegun sejenak.Apakah dirinya menunjukkan terlalu jelas .... Bagaimana dia bisa cemburu pada Billy tanpa alasan? Dari masa kanak-kanak hingga dewasa, Billy jelas mengikuti di belakangnya.Dani terbatuk dua kali, mengambil cangkir dan menyesap air, tapi tidak berbicara.Sebaliknya, sepasang tangan kecil itu memeluknya dengan lembut.Kemudian aroma samar dari tubuh wanita imut itu mulai mengalir ke hidungnya dengan gelisah.“Suamiku,” suara Sinta seperti permen gulali dan dia tersenyum datar, “Jika kamu tidak suka mendengar tentang pekerjaanku, aku tidak akan membicarakannya lagi.”Dani menarik sudut mulutnya dengan tenang, merasa sedikit lebih nyaman di hatinya.“Bukan aku tidak suka mendengarnya.” Dani menoleh ke arah Sinta dan berkata perlahan, “Hanya saja kamu telah membicarakan nama Billy sepanjang malam, bisakah kamu ganti topik?”Sinta membuka matanya lebar-lebar, “Ganti apa?”“Misalnya ....” Dani berhenti sejenak, “Bukankah Keluarga Hidayat yang mengatur perjamuan i
Magbasa pa
PREV
1
...
34567
...
37
DMCA.com Protection Status