All Chapters of Perginya Istri Manis Sang Pewaris: Chapter 71 - Chapter 80
129 Chapters
Ajakan Berdamai
Majandra menahan tubuh tegap Damien yang hilang keseimbangan. Darah pun mengucur deras dari perut sebelah kanan. Tadinya, Damien bermaksud hendak merebut pisau dari tangan Lea. Namun, ternyata benda tajam itu justru bersarang di tubuhnya. “Astaga.” Lea terlihat resah. “Aku tidak bermaksud melukaimu. Sasaranku adalah Majandra,” ucapnya dengan raut teramat gelisah. Terlebih, saat Damien ambruk di lantai. “Apa yang kau lakukan, Lea?” Suara berat Alexandre terdengar di sana. Membuat Lea menjadi semakin tak karuan. “Ya, Tuhan,” desis pria itu. Meski Alexandre tak menyukai Damien, tapi dia merasa harus membantunya. Beberapa saat kemudian, Damien sudah dibawa ke fasilitas kesehatan yang berada tak jauh dari resort. Kebetulan, di sana fasilitasnya sudah memadai, sehingga Damien tak harus dirujuk ke tempat lain. Majandra ikut menemani, meski dirinya tak sempat berganti pakaian. Wanita itu masih mengenakan kimono tidur. Dia duduk seorang diri, menunggu di luar ruang tindakan. Majandra terus
Read more
Potongan Apel
Majandra tersenyum mencibir. Dia melipat kedua tangan di dada. Sikapnya terlihat sangat angkuh di hadapan Alexandre, yang justru memasang ekspresi sebaliknya. “Apa maksudmu, Alexandre? Jangan hanya karena kau membawakanku pakaian ganti dan makanan, lantas itu bisa membuat diriku seketika terkesan padamu.” Majandra tersenyum sinis. “Maaf, aku tidak ingin menjadi wanita bodoh lagi seperti dulu. Biarkan diriku menjalani hidup dengan tenang.”“Kau tahu bahwa ibu dan ayah tidak akan menyukai perceraian kita,” ucap Alexandre, seakan tengah membujuk Majandra. Namun, sayangnya gaya bicara sang pemilik La Bougenville tersebut tak bisa luwes seperti Damien. Sehingga, dia tak terlihat sedang membujuk seseorang. “Aku tak ingin memikirkan orang lain terus-menerus. Rasanya, aku juga berhak bahagia tanpa harus memedulikan apa at
Read more
Perubahan yang Meresahkan
“Apa semuanya sudah siap?” tanya Alexandre. Dia berdiri di ambang pintu kamar Majandra. “Sudah,” jawab Majandra singkat, tanpa menoleh kepada pria itu. Majandra bermaksud hendak menurunkan koper dari kasur. “Biar kubantu,” ucap Alexandre. Pria tampan berambut cokelat tembaga itu bergegas meraih koper berukuran cukup besar tadi. Dia menurunkannya ke lantai. Sikap baik Alexandre, tentu saja membuat Majandra seketika mengernyitkan kening. Akan tetapi, wanita itu tak ingin berkomentar apapun. Majandra berlalu dari hadapan sang suami, yang seakan ingin mencari perhatian darinya. “Apa kau butuh bantuan lain?” tawar Alexandre. “Aku rasa tidak ada,&rd
Read more
Kembali ke Perancis
Majandra tertawa mencibir kepada Alexandre. Wanita asal Meksiko itu makin tak habis pikir, dengan perubahan yang terjadi dalam diri suaminya. “Sejak kapan kau mengakuiku sebagai istri?”“Kau tak perlu bertanya seperti itu. Kita memang suami istri, karena kau dan aku sudah terikat dalam ikatan suci pernikahan,” jawab Alexandre penuh percaya diri. Akan tetapi, ucapan pria tampan berambut cokelat tembaga itu justru menjadi olok-olok memuaskan bagi Majandra. Wanita cantik dengan midi dress floral lengan pendek itu lagi-lagi tertawa. “Alexandre LaRue,” sebutnya diiringi decakan pelan. “Aku tidak melihat malaikat turun ke bumi. Entah apa yang sudah memengaruhi pikiranmu, sehingga kau bersikap begini?” cibir Majandra lagi. “Memangnya ada yang aneh?” Alexandre menaikkan sebelah alis, sebagai tanda tak mengerti. “Ya, Tuhan.” Majandra menggeleng pelan. “Sudahlah, Alex. Cukup dan hentikan semua lelucon ini, karena kau hanya membuatku tak nyaman. Kau pikir ini menyenangkan? Jawabannya adalah t
Read more
Perbincangan Ayah dan Putranya
Julien melayangkan tatapan penuh tanda tanya kepada Damien. Pria paruh baya itu seakan meminta penjelasan, tentang apa yang Aime katakan barusan. Karena tak kunjung mendapat jawaban dari putra bungsunya tersebut, Julien menyuruh kedua cucunya keluar kamar. “Apa kau bisa menjelaskan sesuatu padaku?” Damien tidak segera menjawab. Dia menoleh sekilas kepada sang ayah, lalu tersenyum kalem seakan tak ada beban sama sekali. Pria tiga puluh empat tahun itu sadar, bahwa dirinya tak terbiasa menutupi sesuatu dari ayahnya. Tanpa mengatakan apa pun, bungsu dari dua bersaudara itu menaikkan bagian bawah T-Shirtnya, sehingga tampaklah perut yang ditutupi perban. “Ya, Tuhan,” decak Julien tak percaya. “Bukankah kau pergi berlibur? Jangan katakan jika dirimu melakukan salah satu dari hobi ekstrim yang sudah kularang.” Raut waja
Read more
Tak Seindah yang Terlihat
Phillipe mengembuskan napas berat. Dia mengisap cerutu, lalu mengepulkan asapnya. “Setelah mendirikan La Bougenville, kau menjadi sangat sibuk. Akhirnya, kau tak tahu perkembangan perusahaan seperti apa,” ucap pria paruh baya itu, sambil duduk penuh wibawa di kursi kebesarannya. “Ayah tak pernah mengatakan apapun padaku,” balas Alexandre. Phillipe kembali mengisap cerutunya. “Aku tidak tahu harus memulai dari mana, untuk menceritakan masalah tadi denganmu. Satu yang pasti, saat itu kondisi perusahaan sedang tidak baik-baik saja. Lebih dari buruk, Alex,” tutur suami Estelle tersebut. “Seberapa buruk, Ayah?” desak Alexandre. “Sudah kukatakan lebih dari buruk, karena kepemilikan perusahaan harus berpindah tangan pada Miguel Sandoval!” Nada bicara Phillipe tiba-tiba meninggi. Alexandre seketika membelalakan mata. Dia sampai berdiri, lalu melangkah ke dekat meja kerja Phillipe. “Sejak kapan itu terjadi?” tanyanya dengan sorot tak percaya. Alexandre bahkan menatap tajam sang ayah, yang
Read more
Phillipe yang Mengejutkan
Seketika, Majandra membelalakan mata. Dia bahkan melepaskan genggaman tangannya dari Estelle. Rasa tak percaya atas apa yang telah didengar barusan, membuat wanita dua puluh lima tahun tersebut tak kuasa menyembunyikan ekspresi terkejut. “Bagaimana mungkin ayah bisa melakukan hal seperti itu?” tanya Majandra, masih dengan raut tak percaya. “Dia … dia terlihat sangat mencintaimu, Bu.” Tubuh wanita cantik tadi bergetar, menahan gejolak dalam dada yang tiba-tiba hadir. Kondisi sama pernah dia rasakan, saat pertama kali mengetahui perselingkuhan Alexandre dengan Lea. “Itulah kenyataannya, Sayang. Tak semua yang terlihat baik, memang benar-benar baik.” Estelle berkata dengan setengah berbisik, seakan tak ingin ada seorang pun yang mendengarnya. Tak juga dinding rumah itu yang seperti memiliki telinga. 
Read more
Rahasia Masa Lalu
Majandra mendelik tajam kepada Alexandre. Sorot protes tampak jelas dari sepasang mata abu-abunya. Akan tetapi, pria itu seakan berpura-pura tak menyadari bahwa Majandra tengah menatap ke arahnya. Alexandre terus membalas ucapan Phillipe. Merasa bahwa Alexandre tak menanggapi sikap protes yang dia tunjukkan, Majandra menggeser kakinya ke dekat kaki sang suami. Dia menginjak sepatu pantofel mengilap yang pria itu kenakan. Kebetulan, Majandra mengenakan sepatu dengan model wedges. Wanita cantik berponi tadi tersenyum manis pada Estelle yang ikut berbicara. Sedangkan, kaki kanannya terus menekan di atas pantofel Alexandre.  Makin lama, Alexandre merasa semakin tak nyaman. Dia sempat menunduk untuk memastikan. Sang pemilik La Bougenville tersebut mendehem pelan, sebagai kode agar Majandra menghentikan aksinya. 
Read more
Mulai Mencintai
Seketika, raut wajah Estelle berubah. Dia yang tadinya sudah menunjukkan perlawanan, tiba-tiba merasa begitu tak berdaya. Wanita itu terisak pelan, dengan kepala menunduk dalam-dalam. “Dasar cengeng!” hardik Phillipe. “Sudah setua ini masih saja menangis seperti bocah!” ledeknya. “Kau juga sudah setua ini, tapi masih saja bermain gila dengan banyak wanita ….” “Tutup mulutmu!” sergah Phillipe. “Kita tidak sedang membahas masalah itu! Aku hanya ingin agar kau membujuk Majandra, supaya tak melanjutkan niatnya untuk bercerai dari Alexandre. Jika kau berhasil dalam melakukan itu, maka nyawamu akan baik-baik saja. Aku berjanji tak akan melakukan apa pun terhadap dirimu. Begitu juga dengan rahasia tentang Marlon Archambeau. Semuanya akan terjaga.” “Kau benar-benar licik, Phillipe! Pantas jika dulu kakek yang awalnya menyukaimu, tiba-tiba tak setuju saat ayah akan menjodohkan kita!” Bukannya tersinggung dengan ucapan Estelle, Phillipe justru tertawa renyah penuh ejekan. “Kakekmu adalah p
Read more
Ketakutan Damien
Sontak, Estelle dan Majandra serentak menoleh. Kedua wanita itu tak tahu sejak kapan Alexandre ada di sana. Majandra saling pandang dengan Estelle. Sorot mata keduanya penuh isyarat yang dimengerti oleh mereka. “Alex? Sejak kapan kau di sini?” tanya Majandra. Sebisa mungkin, dia menyembunyikan rasa gugup. “Kau mengatakan hanya ingin ke toilet. Aku menunggumu di mobil sejak tadi,” jawab Alexandre. “Ah, i-iya.” Majandra tampak salah tingkah. Dia lalu menoleh kepada Estelle. “Aku pulang dulu, Bu.” Setelah berpamitan, Alexandre dan Majandra melangkah keluar dari kediaman mewah Keluarga LaRue. Alexandre langsung membukakan pintu untuk sang istri, yang tak tertarik menanggapi sikap baiknya. Majandra bahkan tak mengucapkan terima kasih sama sekali. “Bagaimana jika kita berjalan-jalan dulu sebentar? Apa kau ingin sesuatu? Minuman dingin, es krim, atau ….” “Aku ingin turun di sini saja,” jawab Majandra dingin. Raut wajah Alexandre tiba-tiba berubah masam. Pria itu mengembuskan napas pel
Read more
PREV
1
...
678910
...
13
DMCA.com Protection Status