All Chapters of TERJEBAK PERNIKAHAN PALSU: Chapter 71 - Chapter 80
141 Chapters
Bab 70
“Yang ini bukan untuk pura-pura.” Aris mengulangi ucapannya, tangannya bahkan bergerak menyibak rambut Dinara yang sudah terurai. “Yang ini dari hati,” ucapnya lagi.Dinara mengangguk, mengiyakan apa yang baru saja didengarnya dari Aris. Gadis itu pun tak terima jika jejak di lehernya ini dianggap Oma adalah bagian dari sandiwaranya. Karena seharusnya tadi dia bisa saja pergi dan menghindari permainan Aris, tetapi ia lebih memilih tetap berada di sana dan menikmati permainan pria itu padanya. Dinara mengangguk lalu mencari tatapan teduh di mata Aris yang belakangan ini sangat disukainya.Sayangnya, tatapan mata Dinara justru membuat Aris seolah kehilangan kendali, karena pria itu justru menarik kursi Dinara dan ....Cup! Sebuah kecupan lembut dilabuhkannya di mata gadis itu.Suara dokter Oki yang terbatuk-batuk membuat Aris melepaskan tatapannya dari Dinara, lalu mendorong dan merapikan kembali posisi kursi Dinara.“Maaf,” katanya ketika menyadari bahwa mereka sedang di meja makan.“I
Read more
Bab 71
“Bagaimana kalo aku jatuh cinta padamu, Nara?”Selain pemilihan kata ‘aku’ yang selalu terdengar asing di telinga Dinara, kalimat itu menjadi kalimat berulang yang didengarnya malam ini dari Aris. Dinara tahu, malam ini Aris sama sekali tak bisa tidur, pertanyaan berulang dan gerakan gelisah Aris di balik punggungnya menandakan itu.Sementara Dinara pun sama, berada dalam satu kamar bahkan ranjang yang sama setelah tak terhitung lagi sentuhan, pelukan hingga ciuman yang terjadi di antara keduanya kini perlahan-lahan membawa atmosfir berbeda bagi Dinara. Dia tak bisa lagi memandang pria di balik punggungnya ini sebagai Om atau hanya sekadar lelaki yang terjebak pernikahan palsu dengannya, seperti yang digaungkan keduanya di awal hubungan ini.Entah di titik mana di dalam kebersamaan mereka, semua tiba-tiba saja berubah. Diawali dengan ciuman pertama yang dicuri Aris darinya, lalu beberapa kali Aris memanfaatkan momen kebersamaan mereka lalu membuat jiwa polos Dinara mulai beradaptasi d
Read more
Bab 72
“Nara lapar, Om.” Gadis itu tak ingin berlarut-larut memikirkan Aris. Ia tak mau kembali didera perasaan tak nyaman yang kini bisa diartikannya sebagai rasa cemburu.“Nara ada ujian kompetensi pagi ini, Om.” Dinara baru saja membaca jadwal yang dikirim Novy padanya saat mereka semua sedang berada di meja makan untuk sarapan.“Kok mendadak?” Aris menoleh.Dinara menaikkan bahunya tak acuh.“Mama gimana, Dok?” tanya Aris kali ini pada dokter Oki yang masih berada di antara mereka.“Harus masuk pagi ini, Mas Aris. Saya udah konfirmasi ruang VVIP untuk Ibu.”Dari posisinya, Dinara bisa melihat Aris dengan serius menatap dan mendengarkan ucapan dokter Oki. Lagi-lagi rasa asing yang kini tak lagi asing itu muncul mengganggu pikiran gadis itu. Setahunya, Dokter Oki memang belum berkeluarga, dan dokter pribadi keluarga Omanya itu masih terlihat segar di usianya yang ditaksir Dinara sudah berusia tiga puluhan lebih.Di hadapan Aris, dokter Oki masih terus berbicara, menjelaskan satu persatu ko
Read more
Bab 73
Aris memutar-mutar ponselnya di tangan. Ini hari pertama ia berada di Bali, setumpuk pekerjaan pun sudah menanti di depan matanya. Tak mengajak Pras atau Alea dalam tugas pekerjaannya kali ini membuat pria itu merasa sedikit kesulitan. Di kantor cabang Tulip di Bali, Aris belum memiliki satu pun orang kepercayaan, bahkan di setiap cabang Tulip pun seperti itu. Hal yang menjadi kebiasaannya selama ini ketika berkunjung ke cabang cabang hanya menanyakan bagaimana dulu Aldo saat masih memimpin Tulip, juga siapa saja orang-orang kepercayaan kakak angkatnya itu.Niat Aris benar-benar hanya ingin meneruskan apa yang selama ini dilakukan Aldo, tak ingin mengubah apa pun yang ditinggalkan sang kakak angkat.Resort milik Tulip Corp di Bali ternyata bukan tempat yang cocok untuk didatangi seorang diri. Setidaknya itu yang dirasakan Aris ketika seharian ini justru merasa tempat ini terlalu indah untuk dinikmati seorang diri. Ia sudah menelpon Pras dan Alea tadi membahas mengenai pekerjaan, dan s
Read more
Bab 74
Lalu justru rindunya semakin menjadi-jadi setelah makan malam berakhir. Ivan yang ternyata begitu romantis membuat jiwanya semakin kesepian. Aris masih ingat bagaimana tamunya itu datang memenuhi undangannya dengan tangan yang tak pernah lepas menggenggam tangan sang istri.“Kenalkan ini istriku, Cahaya.” Bahkan saat memperkenalkan istrinya, Ivan tak lepas menatap wajah wanita cantik itu.Lalu di sepanjang dinner, berkali-kali Aris justru dibuat salah tingkah ketika tanpa sengaja memergoki kedipan mata Ivan pada sang istri, belum lagi cara pria itu berbicara yang selalu mendekatkan bibirnya di sisi telinga Cahaya.Ah, sebuah interaksi yang tiba-tiba saja membuat Aris semakin merindukan Dinara.“Ehm, kalian masih pengantin baru?” Akhirnya ia memilih bertanya, meski merasa canggung karena bertanya masalah pribadi. “Maaf, kalo keberatan nggak usah dijawab,” lanjutnya kemudian.Akan tetapi, reaksi Ivan justru di luar dugaan Aris. Sebab pria itu justru tertawa lalu kembali menggenggam tang
Read more
Bab 75
Tak ada Dinara di ruang VVIP rumah sakit di mana Oma Lili dirawat ketika Aris kembali dari Bali. Gadis itu juga tak ada di istana Oma Lili saat Aris mencari tahu, bahkan saat mengecek keberadaan Dinara di rumah mereka yang sudah beberapa hari ini ditinggalkan, ia juga menerima kabar jika Dinara tak ada di sana.“Jangan terlalu keras pada Nara, Ris.” Oma Lili yang melihat kegelisahan Aris angkat bicara. “Mama liat belakangan ini dia udah banyak berubah.”“Iya, Ma. Aris cuma penasaran Nara di mana, padahal harusnya kan ada di sini nemanin Mama.”“Mungkin dia lagi di kampus, beberapa hari ini sejak kamu di Bali, sepertinya Nara lagi aktif aktifnya di kampus.”Aris melupakan itu. Melupakan bahwa istri belianya itu masih mahasiswi semester awal yang mungkin sedang ada jadwal kuliah. Yang ada di pikirannya sekarang hanyalah Dinara, gadis manis yang mengaku juga merindukannya itu seharusnya berada di sini, menyambutnya datang lalu meghadiahi pelukan sebagai jawaban rasa rindu.“Iya, Ma. Aris
Read more
Bab 76
“Kamu kenapa, Nara?” Novi yang melihat kegelisahan Dinara bertanya.“Om Aris mau ke sini, Nov.”“Bukannya lagi di Bali?”“Udah balik kayaknya. Buktinya mau ke sini. Katanya tadi nungguin dua jam di parkiran kampus.”“Lah, kamu nggak ngabarin emang?”Dinara menggeleng. “Kupikir Om Aris masih di Bali. Soalnya kemarin katanya masih banyak kerjaan. Mana aku juga baru ingat nyalain ponsel barusan.”Novi menatap iba. “Bakalan kena marah suami dong, Ra.”“Jangan sampai deh, Nov. Aku nggak mau marah-marahan lagi. Udah capek sejak nikah berantem melulu nggak pernah akur.”“Oh, jadi sekarang udah akur, Ra?”“Hmm.” Wajah Dinara memerah mengingat ungkapan rindu yang saling diakui oleh keduanya saat berjauhan.“Jadi sama yang itu udah nggak lagi?” Novi menunjuk Kenzo yang berada di meja sebelah.Dinara menggeleng.“Terus tadi ngobrol berdua ngomongin apa?”“Aku minta putus. Sama seperti Om Aris mutusin Alea.”“Om Aris mutusin pacarnya yang waktu itu, Nara?”Dinara mengangguk.“Wah, sepertinya kali
Read more
Bab 77
“Nggak nyangka anak gadisnya Abangku semanis ini.” Aris masih membingkai pipi Dinara. “Papi Mami kamu di sana pasti bangga ngeliat Nara sekarang.”“Bangga apanya, Om? Nara nggak jadi apa-apa, belum jadi apa-apa, padahal dulu kalo lagi suka banyak sekali yang Nara mau lakuin.” Mata gadis itu menerawang.“Setidaknya Bang Aldo pasti bangga Nara bisa jaga diri, Nara udah bisa berpikiran dewasa, Nara udah nikah.”“Apa hebatnya nikah sama Om Om?” Dinara menggumam.“Om dengar itu, Nara.”“Ya udah. Apa hebatnya coba nikah muda? Apa hebatnya nikah sama Om Om?”“Setidaknya Om lebih berpengalaman dibanding teman-teman kamu yang masih pada ingusan tadi itu.”“Ck! Mana ada teman Nara yang ingusan, Om.” Dinara memprotes.“Terus kalo kamu nanya apa hebatnya nikah muda, nanti kalo kita punya anak, Nara kelak bisa jadi kayak teman dengan anak sendiri karena umurnya nggak selisih jauh.”Dinara tiba-tiba saja menjauhkan diri. “Punya anak? Om Aris nggak akan benar-benar ... ehm ... nggak akan ... itu ...
Read more
Bab 78
Dinara menatap takut-takut pada Aris yang mulai menggerakkan tuas perseneling untuk melajukan kendaraannya meninggalkan kafe. Di mata Dinara, ekspresi Aris saat ini terlihat tegang dan marah.Apa Aris marah karena penolakannya? Apa yang akan dilakukan pria itu setelah ini?“Om ...,” panggilnya ketika mobil Aris sudah bergerak di atas aspal jalan raya.“Hm.” Aris memilih berkonsentrasi ke jalanan.“Om marah?”“Menurut Nara?”“Maaf, Om. Nara cuma ... ngg ....”“Udah. Jangan dibahas.”Dinara terdiam sejenak.“Apa abis ini Om Aris mau datangin Alea?”Aris mendesis kesal. “Pertanyaan macam apa itu, Nara!”“Apa ... mmm ... apa Om Aris abis ini akan ngelakuin itu lagi di kamar mandi?”“Ck! Nakal sekali kamu, Nara! Berhenti bertanya yang nggak nggak!”Dinara kembali bungkam, tetapi gadis itu masih terus menatap wajah tegang Aris.“Nara ... takut, Om.” Ia akhirnya menggumam nyaris tak terdengar.Aris memilih mengabaikannya, tak ingin meneruskan pembahasan yang tak kunjung bertemu kesepakatan i
Read more
Bab 79
“Udah, Nara!”Ini sudah permintaan ‘sudah’ yang kesekian kalinya dari Aris. Sejak masuk ke ruang VVIP dengan menggandeng tangan Dinara tadi, keduanya dikejutkan dengan berbagai buket bingkisan yang berjejer mengisi hampir seluruh ruangan. Dua orang pengunjung yang dikenal Aris sebagai salah satu pemegang saham di Tulip masih berada di sana ketika mereka tiba.Sementara di saat Aris merasa terganggu dengan jejeran bingkisan di sana, Dinara justru terlihat takjub dan langsung melepaskan tangannya yang bergelayut di lengan Aris lalu menghampiri dan membuka satu per satu bingkisan yang menarik perhatiannya.‘Persis bocah yang kegirangan ketemu permen!’Itu yang ingin sekali dikatakan Aris ketika merasa risih melihat Dinara yang berlompatan dari satu buket ke buket lainnya dengan mulut yang terus menguyah.Menemani pengjenguk yang masih memiliki waktu kunjung lima menit, Aris mengobrol santai sambil menjawab beberapa pertanyaan ringan seputar keadaan ibu angkatnya. Sialnya, ia merasa terga
Read more
PREV
1
...
678910
...
15
DMCA.com Protection Status