Semua Bab Menjadi Candu Guruku: Bab 51 - Bab 60
131 Bab
Aku Bebas Sekarang!
Atas permintaan Pak Bernardus yang kemudian segera meluncur ke rumah sakit di mana Andreas dirawat, tim dokter segera melakukan tindakan operasi untuk menyelamatkan nyawa korban kecelakaan tersebut. Pihak yayasan yang akan menanggung biayanya dan kabar itu membuat Bu Martha sedikit lega, meskipun rasa khawatir tetap menyelimuti hatinya. Sebagai seorang ibu, tentu Bu Martha sangat takut jika sesuatu hal yang buruk terjadi pada sang putra. Ryan yang senantiasa mendampingi sang ibu, memeluk bahu ibunya yang terus menutupi wajah dengan telapak tangan sembari berdo'a. Do'a untuk keselamatan sang putra yang tengah berjuang di dalam sana. 'Selamatkan putra hamba, Tuhan. Dia belum sempat meminta maaf pada istrinya. Tolong, beri dia kesempatan kedua untuk menebus segala kesalahan pada wanita baik seperti Joana. Izinkan mereka untuk bersama, Tuhan.'Air mata Bu Martha terus mengalir. Bahunya sedikit berguncang karena beliau menahan suara tangis agar tidak keluar. Ryan semakin mengeratkan peluk
Baca selengkapnya
Memperjelas Perpisahan
Semua orang masih disibukkan dengan mencoba menghubungi Joana. Namun, wanita belia itu tak kunjung dapat dihubungi. Pesan yang dikirimkan oleh Ricky, Melanie, maupun Ryan, masih saja centang satu. Istri Andreas itu benar-benar belum mengaktifkan ponsel sejak tiba di negara orang tuanya, meskipun hari telah berganti malam. "Kamu di mana, sih, Jo?" tanya Ricky pada diri sendiri, setelah menutup ponselnya. "Sampai detik ini, dia juga belum sampai rumah, Bu. Kata Tante Anggie, Joana sebelum berangkat tadi memang sempat meminta izin ingin menenangkan diri dulu," lanjutnya berkata, sambil menatap iba pada Bu Martha. Ya, Ricky baru saja menghubungi kediaman orang tua Joana dan sang sepupu belum menampakkan batang hidungnya di rumah. Bu Martha hanya bisa terdiam mendengar penjelasan Ricky. Beliau dapat memahami perasaan sang menantu yang pastinya sangat kecewa pada putranya. Bu Martha juga dapat memahami jika Joana butuh waktu untuk sendiri dan menenangkan dirinya.&n
Baca selengkapnya
Bangun, Nak!
Mama Anggie dan Sandy, terus menelisik wajah Joana."Bagaimana keputusan kamu, Nak? Mau langsung kembali ke sana untuk melihat kondisi Andre?" tanya sang mama.Joana menggeleng. "Jo belum bisa memutuskan sekarang, Ma."Joana baru akan membuka pesan suara kedua, ketika ada panggilan video masuk dari nomor Andreas. Dia bergeming, sambil menatap layar yang terus berkedip. Membuat sang mama dan sang kakak, gemas sendiri melihat sikapnya."Angkat, Jo! Siapa tahu ada kabar penting tentang suami kamu? Jangan sampai kamu menyesal jika mengabaikan panggilan itu!" Suara sang mama, memaksa Joana untuk menerima panggilan video tersebut.Baru saja Joana menerima panggilan video tersebut, wajah Bu Martha nampak memenuhi layar ponsel dengan netra berembun. "Nak, Jo. Syukurlah, ibu sudah bisa menghubungi kamu," kata Bu Martha, mencoba untuk tersenyum."Maaf, Bu. Ponsel baru saja Jo aktifkan. Bagaimana kondisi Bang Andre, Bu?" balas dan tanya Joana meski ter
Baca selengkapnya
Lalu, Bagaimana dengan Saya?
Dokter segera memeriksa keadaan Andreas. Suster lalu menambahkan obat cair yang disuntikkan pada botol infus. Tak lama kemudian, Andreas mulai tenang kembali meski tetap belum sadarkan diri.Menurut keterangan dokter barusan, Andreas mengalami demam dan hal itu biasa dialami oleh pasien pasca dioperasi. Meskipun dokter sudah menjelaskan secara detail, sebagai seorang ibu, Bu Martha tetap merasa khawatir. Sepanjang malam itu, wanita kurus tersebut terus berjaga, dan tidak membiarkan sedetik pun netranya terpejam karena khawatir sang putra kenapa-napa."Bu. Ibu masih belum tidur?" tanya Ryan yang terbangun di jam tiga dini hari karena panggilan alam."Ibu tidak berani meninggalkan abangmu sendirian tanpa ada yang menjaganya, Ryan," jawab Bu Martha seraya menatap sang putra sulung dengan tatapan sendu.Ryan menghela napas panjang. Dia tahu kegelisahan dan kekhawatiran sang ibu. Pemuda itu bergegas menuju kamar mandi untuk menuntaskan hasrat buang air kecil y
Baca selengkapnya
Trauma Akibat Benturan
Mlihat kehadiran Jannet, Joana bergerak mundur perlahan. Andreas yang mengetahui hal tersebut ingin memanggil Joana, tapi tak kuasa untuk membuka mulutnya. Joana lalu memilih untuk duduk di sofa dan memainkan ponsel, tapi tatapan wanita belia itu tidak benar-benar fokus dengan layar ponselnya. Joana mengamati interaksi Jannet dengan Andreas, melalui ekor matanya. Sementara Jannet, terus saja berbicara dengan jarak yang begitu dekat dengan Andreas. Dari tempatnya duduk, Joana memang tidak dapat melihat ekspresi Andreas. Namun, melihat betapa antusiasnya Jannet bercerita banyak hal pada Andreas dan membicarakan kisah mereka berdua, membuat hati Joana menjadi panas. Ya. Jannet mencoba memberi Andreas semangat dengan menceritakan hal-hal menarik yang telah mereka lalui bersama. Jannet tidak dapat membaca ekspresi wajah Andreas yang tidak nyaman dengan kehadirannya. Jannet kira, air muka Andreas demikian karena efek dari kecelakaan hebat yang men
Baca selengkapnya
Tidak Bisa Terima Kekalahan
Melihat sang menantu nampak khawatir, Bu Martha menepuk lembut punggung Joana."Tapi kata dokter, itu hanya sementara, dan bisa segera pulih. Ibu yakin, kehadiran Nak Jo di sisi Andre, akan menjadi penyemangat baginya untuk cepat sehat kembali," lanjut Bu Martha."Nak Jo mau 'kan, menemani suamimu di sini?" Sorot mata teduh itu penuh pengharapan, menatap lekat wanita muda di hadapan.Joana tidak membalas, tetapi melirik ke arah Jannet yang masih saja memberi perhatian lebih terhadap Andreas. Bu Martha yang memahami kondisi yang tidak mengenakkan tersebut, kemudian mengajak Joana untuk mendekati Andreas. Wanita itu harus melakukan sesuatu agar kehidupan Joana dan sang putra menjadi tentram, tanpa adanya gangguan."Ayo, kita ke sana, Nak Jo!" Bu Martha menunjuk ke arah ranjang pasien."Jo di sini saja, Bu," tolak Joana dengan halus.Bu Martha menggeleng. Wanita yang memiliki tatapan teduh itu tetap menyeret pelan tangan sang menantu, mendekati
Baca selengkapnya
Hatinya Mungkin Telah Mati
Semua orang yang ada di ruang rawat Andreas, hanya bisa geleng-geleng kepala menyaksikan tingkah Jannet, kecuali Joana. Wanita belia itu mengedikkan bahu, tak peduli. Sementara Andreas nampak terkejut, tidak menyangka dengan sikap Jannet yang menurutnya anggun, tapi ternyata sebar-bar itu.   "Jo. Men-mendekatlah," pinta Andreas dengan susah payah, setelah punggung Jannet menghilang di balik pintu.   Joana mengerutkan dahi, belum memahami keinginan sang suami. Barulah setelah Bu Martha mengisyaratkan dengan mata, wanita belia itu mengerti lalu mendekatkan kepalanya. "Ada apa, Bang?"   "Ja-jangan kamu hi-hiraukan ancaman Bu Jannet tadi. A-aku tidak akan berpaling da-darimu, Jo. Ma-maafkan sikapku se-selama ini." Andreas menatap sang istri dengan tatapan penuh penyesalan. Air mata nampak menggenang di pelupuk matanya.   Joana terdiam seraya membalas tatapan sang suami dengan tatapan sendu. Hal itu membu
Baca selengkapnya
Modus!
Bu Martha tersenyum. Wanita bermata teduh itu mengerti keterkejutan dan ketidaknyamanan sang menantu. Namun, beliau harus melakukannya agar sang putra bisa memiliki waktu lebih banyak untuk berbicara dengan Joana. "Ibu mau pulang, Nak. Malam ini tidak apa-apa 'kan, kalau ibu istirahat di rumah? Badan ibu rasanya pegal semua karena dari kemarin pagi, ibu belum istirahat." Bu Martha balik menatap sang menantu dengan penuh harap. Joana yang tidak tega melihat wajah lelah sang ibu mertua, terpaksa mengangguk. Tentu saja Bu Martha sangat senang atas persetujuan sang menantu. Apalagi Andreas, pria tampan itu tersenyum bahagia. Waktu yang dinanti oleh Andreas itu pun tiba. Sang ibu telah pulang bersama dengan Ryan, adik satu-satunya. Sementara Melanie pun tengah bersiap untuk pulang dengan kekasihnya. "Mel. Kamu tega ninggalin aku di sini sendirian." Di ambang pintu, Joana terdengar merajuk pada sang sahaba
Baca selengkapnya
Aku Mencintaimu
Hari-hari berikutnya, Joana sendirian yang menunggui Andreas di setiap malam. Sebab, kondisi kesehatan Bu Martha tidak memungkinkan bagi wanita rapuh itu untuk menginap di sana. Awalnya, Joana memang terpaksa. Namun, lambat laun dia menyadari sepenuhnya bahwa ini memang tanggung jawab Joana sebagai seorang istri untuk mendampingi Andreas di saat seperti sekarang. Telaten, Joana merawat Andreas layaknya seorang istri yang merawat suami. Meski belum ada senyuman di wajah Joana dan sikap wanita belia itu masih saja dingin, tapi Andreas tetap sangat bersyukur, dan tidak mempermasalahkan sikap dingin sang istri. Andreas pun tak pernah meminta atau pun menuntut macam-macam, meskipun itu sekadar mengambilkan minuman. Andreas akan melakukan apa pun selagi dia masih bisa. Kecuali jika memang dia sudah tidak dapat melakukannya, maka dia akan meminta bantuan Joana. Itu pun dengan kata-kata yang lembut karena Andreas tidak mau lagi menyakiti hati istrin
Baca selengkapnya
Enggak Tahan Lagi
"Aku mencintaimu ...." Kata-kata yang sudah beberapa waktu terakhir dipersiapkan oleh Andreas, akhirnya berhasil meluncur dengan bebas. Andreas tahu pasti, ini sangatlah terlambat. Tak mengapa, bukankah masih lebih baik terlambat dari pada tidak pernah menyadarinya sama sekali? Begitulah yang Andreas pikirkan saat ini. Melihat Joana mematung dan nampak tidak percaya dengan ucapannya, Andreas meraih tangan sang istri lalu menggenggam dengan erat. "Maaf, jika aku sangat-sangat terlambat menyadari perasaanku. Aku mengejarmu karena ingin meminta maaf, juga hendak mengungkapkan perasaanku yang sesungguhnya kepadamu, Joana." Lekat, pria tampan itu menatap netra indah sang istri. "Aku mencintaimu, Joana Sayang. Aku sungguh dengan ucapanku. Kumohon, pulanglah bersamaku jika aku sudah diperbolehkan pulang nantinya." Joana masih terdiam. Dia masih belum percaya dengan apa yang dia dengar. Tepatnya, dia masih ragu dengan kesungguhan Andreas. "Naiklah, Sayang. Izinkan aku memelukmu," pinta
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
45678
...
14
DMCA.com Protection Status