All Chapters of Dendam Bos Arogan Berujung Akad: Chapter 41 - Chapter 50
80 Chapters
Bab 41 - Dia Cinta Pertama dalam Hidupku
Angel dan Bara saling tatap di depan lobi rumah sakit. Mereka tidak sengaja bertemu di negara orang. Angel melempar senyum kecil, begitu juga Bara yang masih memegang lengan Angel. “Ups, sorry,” kata Bara melepas tangan Angel dengan tetap menatap sang bawahan. “Mas ternyata di rumah sakit ini? Jadi, ayah kamu dirujuk ke sini ya,” tanya Angel menegaskan. “Iya, ayah saya akan dirujuk di rumah sakit ini. Sedang proses pemindahan dan saya sedang akan mencari area ruang administrasi. Karena gak ketemu, saya mau tanya bagian informasi, eh ternyata malah ketemu kamu,” kata Bara menatap Angel. “Ah gak sengaja ya, jujur, maaf, saya bilang akan ke Singapura dadakan kepada Santi dan Riri. Karena niatnya memang hanya semalam saja di sini. Besok akan pulang flight jam 7 pagi, lalu langsung ke kantor,” ujar Angel. Mereka bicara di lobi dengan serius tapi santai, diiringi para pengunjung dan tamu rumah sakit yang berlalu lalang. Angel dan Bara masih tetap berada di tengah, asyik ngobrol berdua
Read more
Bab 42 - Aku Suka Wangi Parfum Kamu
Cinta Akan Melunturkan Kebencian"Ah itu benar, nanti kalau Papa saya sudah sehat, pasti besuk ayah kamu ya mas," kata Angel semangat dan tersenyum di depan orangtuanya."Oh begitu. Ya tergantung dokter," kata Bara menggantungkan jawaban Angel."Eh ya udah, kok ngobrol aja sih. Bara, ini lho, tante hanya beli mie instan cup. Kalau mau makan, langsung diseduh aja itu air panasnya. Karena sibuk dan panik, jadi langsung ke rumah sakit," kata ibunya Angel."Gak usah tante. Saya makan di luar aja. Terima kasih," kata Bara sopan."Kamu ini gimana, masa CEO dikasih mie instan cup. Si Nick kamu kasih tuh, boleh!" tutur sang ayah tendensius dengan masih terpasang infus di tubuhnya."Ah gak kok om, tante. Memang inginnya cari nasi," kata Bara melirik Angel."Ya sudah sana Angel, temani Bara makan. Eh ingat lho, kalau ngurusin orang sakit, kita juga butuh energi. Jangan sampai sakit," kata sang ibunda memberi lampu hijau. "Kamu sudah makan Ngel?" tanya Bara serius.Angel hanya menggeleng tanda
Read more
Bab 43 - Apa Itu Karena Cinta?
SREETT!Bara sedikit menahan pintu saat Angel akan menutup pintu kamar perawatan ayahnya. Angel kembali mengintip dari celah pintu. "Iya mas?" tanya Angel dengan mata masih sembab. Satpam kemudian melintas di depan mereka. Sang satpam memastikan setiap perangkat listrik aman. Bara menegur sang satpam dengan bahasa Inggris. "Tadi mati lampu ya pak?" tanya Bara. "Oh iya, kebetulan ada dampak dari proyek perbaikan salah satu stasiun MRT. Jadi memang sedang diperbaiki, dan dampaknya mengenai listrik di sini. Tapi untungnya, hanya parsial. Hanya bagian lift dan juga lobi. Kamar perawatan dan ICU aman. Dan itu pun hanya 2 menitan," ujar satpam. Ibu dan ayahnya Angel terlihat sudah terlelap. Kini sudah pukul 23 malam. "Ah pantas saja! Kami tadi sudah sempat panik karena terjebak di dalam lift," kata Bara protes kecil. "Iya pak, kami minta maaf ya pak. Untungnya semua sistem kembali normal saat ini," kata satpam. "Ya tolong pastikan semua aman, karena bahaya sekali untuk pasien," kat
Read more
Bab 44 - Jangan Kasar pada Perempuan, Bung!
Angel cipika cipiki kepada ayah dan ibunya. Sang ayah banyak memberikan nasihat termasuk soal Nick. Angel hanya sekadar mengangguk dan menjawab iya, agar tidak mengecewakan ayahnya. “Pokoknya Papa gak boleh banyak mikir. Papa pulang kapan?” tanya Angel kepada sang ibunda. “Belum. Belum pulang. Kita tunggu penjelasan dokter hari ini,” ucap sang ibunda. “Maaf ya Ma, aku harus pulang sekarang. Karena nanti siang ada meeting yang gak bisa ditinggal,” kata Angel. “Gak apa-apa. Kondisi ayahmu sudah stabil. Kamu tenang aja, nanti Mama kabari kalau kenapa kenapa. Doakan ya,” ujar sang ibunda. “Pasti Ma. Aku pulang ya Pa, Ma,” kata Angel. “Diantar driver kan ke Changi?”“Hemm, iya,” kata Angel tidak bilang kalau kemungkinan Bara akan mengantarnya. “Oke … hati-hati ya. Kabari kalau sudah sampai,” kata ibunda Angel. Angel lantas pulang dengan berjalan di lorong. Dia masuk ke dalam lift, dan melihat ponselnya. Angel mencoba untuk menghubungi Bara, namun ia urungkan niatnya. “Halo! Pak, t
Read more
Bab 45 - Sampai Kapan Sembunyi Sembunyi?
“Elo siapa? Hah! Gak usah ikut campur,” tukas Nick tiba-tiba ketus. “Mas, jangan gitu. Ini kan yang pernah aku ceritakan. Mas Bara, sekarang yang pegang klinik dan skincare aku,” kata Angel memegang tangan suaminya. “Akan menjadi urusan saya kalau sudah kasar sama perempuan,” tegas Bara. “Ini urusan rumah tangga orang ya,” tegas Nick. “Oh ya? Rumah tangga apa yang meninggalkan istri berhari-hari?” kata Bara kelewat batas. “WAH SIALAN! NYOLOT,” kata Nick ketus. “Mas … Mas Bara, Mas Nick. Udah udah, aku mohon. Gak enak ini di jalan raya. Please, ini salah paham. Kita ke kantorku dulu ya, tenang dulu kamunya,” bujuk Angel. “Ya udah, aku pinggirin mobil dulu,” kata Nick akhirnya mematuhi sang istri. Angel lantas menatap Bara dan menatap dengan tatapan mata memelas. Bara mencoba untuk menghormati Angel dengan menahan emosinya. “Maaf ya mas, tapi gak usah begitu. Ini biar menjadi urusan saya dan suami,” pinta Angel. “Oke. Saya gak bermaksud ikut campur. Tapi tadi perlakuan
Read more
Bab 46 - Ke Kantor Jangan Bawa Suami!
“Ya tapi kan kamu gak perlu ciuman sama dia? Apalagi di depan aku,” ucap Riri kesal di toilet. “Aku gak cium dia, aku tegasin. Dia yang duluan. Biar gimana, dia masih istri aku. Aku gak bisa mengelak,” kata Nick memegang tangan Riri sesekali clingak-clinguk. “Tapi aku gak mau jadi yang kedua terus menerus! Sampai kapan sih kamu ceraikan dia dan nikahi aku secara resmi? Mama itu udah bolak-balik curiga,” kata Riri. “Nanti! Nanti aku pasti nikahi kamu! Tapi aku masih bujuk dia untuk jual klinik ini. Aku malah senang kalau ternyata klinik ini akan bangkrut. Aku akan dapat bagian dari hasil penjualan, bisa miliaran,” tegas Nick. “Ya gak mungkin. Kalaupun dia udah gulung tikar, klinik ini masih akan dikelola oleh Mas Bara, atasan yang baru. Rasanya, klinik ini gak akan dijual,” ucap Riri. “Lho tetap saja dong, itu kan labelnya. Tapi soal aset dan juga lahan, ini tetap ada hak aku. Itu yang masih aku perjuangkan. Ada bagian aku yang tertulis di perjanjian akad,” kata Nick. “Pokoknya a
Read more
Bab 47 - Terciduk! Ngapain Kalian Berdua di Bandara?
Bara mengintip dari balik tirai meja kerjanya, begitu melihat Angel sedang melepas keberangkatan sang suami. Nick terlihat masuk ke dalam mobil ketika mereka sudah selesai makan. Bara hanya memerhatikan dari balik tirai khas kantor, samar-samar melihat Angel salim kepada sang suami. Nick dengan wajah biasa-biasa saja terlihat dari balik kaca jendela mobilnya. “Hati-hati di Yogyakarta ya mas! Jangan lupa hubungi aku. Aku berharap kamu bakal pulang ke rumah lebih cepat,” ucap Angel di pinggir pintu mobil. Nick terlihat mengangguk dan memakai kacamata. Dia menyetir mobilnya dan meninggalkan Angel di teras kantor. Wajah Angel terlihat berbinar karena terlepas beban dan kerinduannya kepada sang suami, setelah makan siang bareng. Angel masuk dan menegur semua karyawan dan para dokter. Hanya Riri yang terlihat cemberut dan uring-uringan. “Ditekuk aja itu muka, Neng! Lagi kesel atau putus cinta sih,” kata Angel menggoda Riri. “Maaf bu, saya lagi tidak ingin bercanda,” tukas Riri agak me
Read more
Bab 48 - Selingkuh Itu Kesalahan Tingkat Dewa
Riri dan Nick langsung sedikit menjaga jarak. Mereka menjauh beberapa langkah. Bara berdiri di antara mereka, dan melirik ke wajah keduanya satu persatu. “Oh ini lho mas, kami gak sengaja bertemu di bandara,” kata Riri mencoba mencari alasan. “Ya, saya mau ke Yogyakarta. Lagipula, apa urusanmu?” ucap Nick ketus. “Oh kalau saya, habis antar adik ke bandara, mas,” ucap Riri sedikit pucat. “Oh ya? Lalu sengaja ketemuan, atau gimana nih,” tanya Bara menyelidik. “Lama-lama Anda selalu ikut campur hidup saya ya! Sok tahu sekali,” kata Nick menggertak. Seluruh pengunjung hingga barista sampai memerhatikan ke arah mereka. Perdebatan itu mulai sedikit tegang. “Lho, bukannya ikut campur. Saya berhak ikut campur karena Riri adalah anak buah saya. Riri saat ini kerja di bawah perusahaan saya. Wajar saya bertanya,” kata Bara sekali lagi. “Oh ya tapi nada bicara Anda tendensius sekali,” ucap Nick ketus seraya menunjuk wajah Bara. “Riri anak buah saya. Saya hanya heran, kenapa dia ada di si
Read more
Bab 49 - Buat Apa Malu Jadi Janda?
Angel menghubungi Riri setelah mengetahui kabar cuti dari Bara. Dia tidak percaya jika Riri benar-benar cuti. "Masa gak puas sih waktu itu udah cuti sampai 5 hari? Memangnya kamu mau ke mama sih Ri? Seru amat," tanya Angel di ujung telepon. "Ah ibu ... saya mau liburan sama adik saya," kata Riri beralasan. "Hemm gitu, jadi liburnya berapa hari nih?" tanya Angel sekali lagi. "Rencananya cuti 4 hari plus 2 hari libur tanggal merah kok, Bu. Gak apa-apa ya," kata Riri sekali lagi. "Ya udah. Have fun ya. Tapi sekarang kamu kalau ada apa-apa, komunikasi dong sama aku. Kok sekarang kamu kayaknya agak menjauh deh," ujar Angel. "Ah enggak bu, mungkin saya hanya lebih banyak travelling aja kali ya," kata Riri. "Iya deh. Selamat travelling ya," ucap Angel menggeleng kepala saat selesai menghubungi Riri. Angel berjalan sendiri di mal seusai pulang kerja. Sambil memilih pakaian, Angle ditelepon Widuri. Dengan semangat, Angel menjawab telepon Widuri. Dan memberitahu kalau dia ada di sebuah
Read more
Bab 50 - Kalau Kamu Disakiti, Bilang Aku
Angel benar-benar bimbang dan menangis di samping Widuri. Sang sahabat mencoba untuk membuat Angel tenang, namun Angel agak sulit mengontrol emosinya. Sedikit lirih dan agak sesegukan, Angel mencoba untuk tidak menjadi pusat perhatian sekeliling pengunjung. Dia menutupi wajahnya dengan buku menu dan membelakangi keramaian. Widuri mengusap-usap punggung Angel. “Ngel, aku rasa, sudah gak sehat sih. Lantas, Nick tinggal di mana selama ini, jika memang tidak pulang ke rumah? Iya kan?” tanya Widuri. “Hu hu … apa mungkin karena aku ya Wid?” isak Angel. “Kamu lemah amat sih Ngel? Masa karena kamu? Kamu cinta banget apa sama Nick? Apa yang harus dipertahankan sih,” tanya Widuri. “Gak apa-apa. Tapi aku masih ingat saat-saat kita ketemu. Saat itu aku baru akan lulus S2. Dia ketika itu masih jadi agen properti, belum di bidang yang sekarang. Dia bantu aku cari lahan. Dia yang dampingi aku dari nol. Kami juga dari sama-sama nol. Aku membangun klinik itu kan karena uang Papa. Jadi aku juga se
Read more
PREV
1
...
345678
DMCA.com Protection Status