All Chapters of Dicintai Kakak Tiri Posesif: Chapter 11 - Chapter 20
43 Chapters
Godaan
"Udah Bu, udah. Biar Odyl aja yang pergi buat nenangin Bang Jay." "Kamu yakin? Dyl, Jay itu ..." Tampak Roselin menatapku lekat serta kurang percaya diri. Dia juga memegangi kedua bahuku ragu. Hanya saja ucapannya langsung tergantung, saat aku menyelanya dengan cepat."Percaya sama Odyl, oke. Toh, Odyl yakin kalau Bang Jay itu bukan orang yang jahat. Selain itu, dia juga Abang Odyl. Jadi, Odyl bakal berusaha buat nenangin Bang Jay dengan cara apapun," jelasku meyakinkan Roselin dan ayah. Untuk sesaat keduanya terlihat saling menatap satu sama lain, sebelum akhirnya menganggukkan kepala mereka kompak, menyetujui usulanku barusan."Oke, semoga berhasil yah." Tak berselang lama setelah itu, akupun membalikkan badan. Kemudian bergegas menaiki anak tangga untuk menuju kamar Jay di lantai 2.Sesampainya di depan pintu kamar milik kakak Tiriku. Aku sempat merasa resah. Seperti ada keraguan yang membuatku ingin mengurungkan niat hanya untuk mengetuk pintu berwarna biru itu. Apalagi mengin
Read more
Obsesif
"Sesuatu? Sesuatu seperti apa?" Aku bertanya spontan, tanpa tahu konsekuensi apa yang akan aku dapatkan pada beberapa menit berikutnya.Jay sendiri yang mendengar ucapanku barusan menyunggingkan sebuah seringaian mematikan. Yang dengan cekatan mendekatkan wajahnya ke arah mukaku hingga membuat tubuhku refleks mundur dan jatuh ke atas ranjang empuk miliknya."Bhaks!" Dia terkekeh ringan, dengan tangan kiri yang menutupi seluruh permukaan wajahnya. Lantas dari sela-sela jari tangannya, aku melihat iris matanya yang gelap menatapku kelaparan pada waktu yang sama."Padahal kalau kau bilang ingin tahu, aku tidak akan sungkan loh," lanjutnya yang membuatku tak bisa untuk mengernyitkan sebelah alisku, kebingungan. "Mak-maksud Abang apa?" tanyaku pada akhirnya. Sungguh aku benar-benar tidak tahu apa maksud dari perkataannya itu. Tapi sentuhan tangan Jay yang tiba-tiba menyentuh permukaan kulit leherku dengan perlahan. Kemudian menjalar kebelakang bahu, lalu dengan tiba-tiba menarikku untu
Read more
Keluar Dari Lubang Buaya, Malah Ketemu Singa
Semenjak kejadian semalam, aku belum juga berani bertemu atau sekadar bersitatap dengan Jay. Meskipun dia hanya mengecup ujung bibirku yang sudah dilapisi dengan ibu jarinya sebagai jarak, lebih dulu. Namun, tetap saja. Rasanya begitu nyata hingga sampai detik ini, ujung bibirku masih merasakannya. Bagaimana dingin serta lembutnya bibir milik kakak tiriku itu yang menempel dengan cepat, kemudian meninggalkan jejak yang tak bisa dihapus dalam ingatan.Sial! Bahkan saat aku menatap diri sendiri didepan cermin. Aku masih teringat seringaian nakal milik Jay, setelah dia berhasil menggodaku semalam. Yang bodohnya langsung kutinggal pergi dengan berlari seperti orang kesetanan, masuk ke dalam kamar milikku sendiri. "Harusnya kau tampar atau tonjok saja pipinya. Kenapa malah lari sih, Odyl!" monologku, mengutuk kebodohan diri sendiri di depan cermin."Odylia, kenapa masih belum turun buat sarapan? Nanti kamu bisa telat loh, Sayang!" teriak Roselin seraya mengetuk-ngetuk pintu kamarku dari
Read more
Milik Gue?
"Bisa nggak, lo jauhin milik gue?" kata Jay dingin, sembari menekankan kata 'milik gue' secara gamblang di hadapanku serta Devan yang langsung menatap cowok itu tak percaya. "Milik gue?" ulangku, tak kalah terkejutnya. Yang membuat sosok kakak tiriku itu langsung memalingkan wajahnya yang semula melihat ke arah Devan, menjadi terpusat padaku seorang. Namun alih-alih menjawab pertanyaanku barusan. Jay justru dengan tiba-tiba menarik bahu kananku, sampai membuat tubuh kami yang tadinya berjarak menjadi sangat dekat. Saking dekatnya, kepalaku berada di depan dadanya yang terbalut seragam putih abu-abu itu."Tunggu!" sergah Devan, seraya bangkit dari posisi jatuhnya tadi.Kulihat cowok berandal itu, berjalan ke arah kami. Kemudian memisahkan aku serta Jay dalam sekali tarikan."Maksud lo apaan, datang-datang terus ngeklaim si imut milik lo, huh?" tanyanya kesal. Yang entah sejak kapan, berdiri dihadapan tubuhku, untuk menghalau Jay. Jujur, melihatnya membuatku teringat dengan kejadian
Read more
Cuek Tapi Perhatian
"Dyl, senakal-nakalnya gue. Gue juga nggak ada niat buat malak lo, tahu. Apalagi lo itu cewek tergemes yang pernah gue-aowwss sakit, Cok!" teriak Devan ngegas, seraya menatap Jay kesal. Yang rupanya baru saja diinjak kakinya oleh Jay diam-diam. Aku yang melihat kejadian itu, tak bisa lagi menahan tawa. Meskipun harus kutahan dalam hati. Soalnya, masih ada Pak Satpam disebelahku. Kan, nggak lucu kalau tiba-tiba aku ngakak so hard. Bisa-bisa aktingku gagal total."Sekali lagi lo ngerayu dia, gue bakal lakuin lebih dari ini," ancam Jay pada Devan yang masih jelas kudengar. Gile, sangar banget Abang Odyl! Keren sih, cuma sayang rada sengklek aja. batinku singkat. Yang tentunya tak bisa Jay dengar.Kulihat Pak Satpam yang semula berada didekatku. Mulai berjalan menghampiri Jay dan Devan. Lalu tanpa aba-aba, dia langsung menjewer kedua telinga dua orang makhluk Tuhan menyebalkan itu, sampai membuat daun telinga masing-masing memerah. "S-sakit, Pak! Masa udah gede masih dijewer sih, malu
Read more
UKS
"Ceroboh." Jay berbisik lirih yang masih bisa kudengar. Entah mengapa, saat kulihat dari samping rahang milik kakak tiriku itu tampak mengeras, seolah menahan sesuatu. Mata yang biasanya terlihat tak acuh serta tak memedulikan sekitar. Tampak menatap tajam, lurus ke arah depan. Tanpa adanya satupun seringaian iblis yang selalu muncul saat dirinya puas melihatku sengsara. Seolah-olah, sosok yang sedang merengkuh tubuhku ini dalam gendongannya adalah orang yang berbeda. Yang terlihat begitu tegas serta bertanggung jawab disaat yang sama. Tidak seperti dirinya yang biasa. Yang hanya bisa terkekeh ringan, setelah berhasil menggodaku habis-habisan. Brakk! Jay menendang pintu ruang UKS supaya terbuka cukup keras. Lantas berjalan dengan cepat ke arah ranjang UKS yang letaknya disudut ruangan dekat lemari obat. Setelah sampai, kakak tiriku itu kemudian mendudukkan tubuhku dengan hati-hati di atas ranjang UKS itu. Sebelum akhirnya, dia berbalik menuju lemari obat untuk mencari alat P3K.
Read more
Gugup
Saat perjalanan pulang, aku dan Jay tak saling berbicara satu sama lain. Yang kami lakukan hanya termenung dengan isi kepala masing-masing seraya menatap ke arah pemandangan di luar jendela mobil.Entahlah, kenapa kami menjadi kaku begini. Padahal beberapa waktu lalu, kukira hubungan kami sudah jauh lebih dekat. Huft, memikirkannya membuatku kembali teringat dengan kejadian di UKS. Kejadian dimana Jay melontarkan kata-kata yang menurutku sangat menusuk hati, kepada Devan dan juga Nares. Ah, tidak bisakah dia bersikap sewajarnya? Layaknya seseorang penuh etika yang menjawab pertanyaan orang lain dengan baik? Jelas-jelas saat itu keduanya bertanya dengan kekhawatiran padaku. Tapi reaksi dari Jay yang seolah tak butuh itu, malah memperkeruh suasana. Memang salah yah, bertanya keadaan orang lain? Aku yakin, mereka berdua itu tulus kok. Lama berdiam diri dengan kepala yang masih menoleh ke arah jalanan. Membuat rasa kantuk tiba-tiba menyerangku. Terlebih semilir angin yang beberapa kali
Read more
Malu
"Apa kau baru saja merasa gugup, hanya karena aku tatap?" Terdengar suara Jay yang berat dan sedikit serak itu berada tepat didekat telingaku. Saking dekatnya, aku bahkan merasakan terpaan dari napasnya yang hangat itu, hingga membuat beberapa bulu kudukku meremang. Namun, aku masih saja diam dengan posisi tubuh membelakangi kakak tiriku itu. Tanpa ada niatan untuk membalikkan badan ke arahnya seperti tadi. Diam-diam aku memeriksa seluruh benda yang melekat disekujur tubuh ini. Dari pakaian luar maupun dalam, serta hal lainnya. Sampai karena hal ini juga, aku lagi-lagi dibully oleh Jay yang entah sejak kapan sudah beranjak dari posisi tidurannya tadi. Dan terlihat berjalan ke arah balkon kamar dimana, aku juga sedang menyamping menghadap ke arah sana. "Kau tidak berpikiran jika aku diam-diam melecehkanmu, kan?" ujarnya seraya memalingkan sedikit wajahnya yang sebelumnya mengarah lurus ke area taman bunga milik Roselin, menjadi berpaling ke arahku. Pose yang membuat Jay semakin ta
Read more
Dejavu
"Non, bibi mau bicara sebentar boleh?" ujar Bi Siti yang entah sejak kapan sudah berdiri di dekat kursiku. "Iya, Bi. Silakan." Alih-alih menjawabnya, Bi Siti justru bersujud di samping kursiku ini. Lantas memohon-mohon ampun dengan air mata yang sudah luruh begitu saja. Membuatku terheran saat melihat sikapnya yang tiba-tiba ini. Ayah dan Roselin juga, sempat kulihat dari ekor mata kalau keduanya langsung menolehkan kepala untuk melihat apa yang sedang terjadi ."Maaf ya Non, tadi siang Bibi benar-benar lupa. Lain kali Bibi pastikan kalau nggak bakal ceroboh lagi. Apalagi permasalahan celana dalam, Bibi benar-benar minta maaf," jelas Bi Siti yang membuatku malu sekaligus merasa tidak enak pada Jay.Reflek saat mendengar penjelasan Bi Siti barusan, mataku langsung melirik ke arah Jay yang tampak santai menikmati makan malamnya itu. Terlihat dari ekspresi wajahnya yang begitu sumringah dengan seringaian tipis yang muncul sekilas disudut bibirnya itu.Seolah-olah, jika kakak tiriku sud
Read more
Kencan?
"Odyl?" panggil Jay yang menatapku intens dengan salah satu alisnya yang terangkat itu. Tampak ekspresi wajah kakak tiriku itu bercampur curiga serta penuh tanda tanya saat melihatku yang malahan melamun tadi. Kupikir sih begitu, eum atau mungkin itu hanya pikiranku saja?"Y-yah?" Lucunya, aku malah menjawab ucapan Jay barusan dengan terbata-bata. Aih, bisa-bisanya begini. "Kau mau bilang apa, huh?" Aku yang tiba-tiba kehilangan topik pembicaraan, refleks mengangkat kedua tangan ini sejajar dengan dada. Kemudian menggerakkannya, dengan isyarat tidak jadi. "Tsk!" balas Jay mendecih yang kukira akan segera melayangkan jitakan keras di dahi ini. Seperti kebiasaan yang sering dia lakukan padaku jika merasa kesal. Tapi diluar dugaan, Jay yang kupikir akan marah karena tindakanku barusan. Justru malah menarik tangan kananku, sebelum dia genggam erat, pada detik berikutnya tepat dipergelangan tangan.Aku yang kaget dengan sikapnya ini, tanpa sadar melotot lebar dan langsung bertanya."
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status