All Chapters of Suami Cacatku Ternyata Sultan: Chapter 11 - Chapter 20
103 Chapters
Saat Semua Pergi Bekerja
Udah yuk, Yang, kita pergi aja dari sini. Parah banget emang Kak Vani sekarang," ajak Adel kepada Wisnu. Adel pun berjalan lebih dahulu menuju kamarnya."Van, kenapa Lu berubah?" tanya Wisnu lirih sambil terus menatap pintu kamar Vani. Setelah beberapa saat, barulah dia pergi menyusul Adel menuju kamarnya.***Keesokan harinya, Vani pun telah bersiap untuk pergi bekerja."Cantik banget, Dek," puji Gerry kepada istrinya itu, saat Vani mengoleskan lipstik di bibirnya."Makasih, Mas," kata Vani sambil terus merapihkan make upnya."Jangan cantik-cantik, Dek. Nanti ada yang naksir kamu lagi," kata Gerry kembali. Vani pun kemudian menghentikan aktivitasnya saat mendengar ucapan Gerry tersebut."Gak, Mas," ucap Vani lalu menghampiri Gerry. Dia pun lalu duduk dipangkuan Gerry kemudian menc*um bibirnya.Sebenarnya, Gerry ingin melakukan hal lebih dari sekedar kissing, tapi dia tak berani mel
Read more
Adab Bertamu
"Mas," panggil gadis itu lalu berlari menghampiri Gerry di teras dengan seyum yang sangat menawan. Lesung pipit di pipi sebelah kirinya, mampu membuat siapa saja terpana, begitu pun dengan Gerry yang ikut tersenyum melihat tingkahnya.Tak berselang lama, terparkir lagi sebuah mobil dan Fatah pun turun dari mobil itu. Dua mobil series terbaru berjejer rapi di depan pagar pintu rumah Vani."Mas, kemana aja? Kok gak pulang-pulang? Katanya cuma seminggu doang?" tanya gadis itu bertubi-tubi setelah menyalami dan memeluk Gerry sebentar. Gerry pun menyuruhnya duduk terlebih dahulu di kursi yang berada didekatnya. Setelah itu menyalami Fatah yang berada dibelakangnya lalu menyuruhnya duduk di bangku sebrangnya."Ada disini. Kamu tau dari mana rumah ini?" tanya Gerry kepada gadis itu. Pasalnya, dia tak pernah memberi tahu rumah Vani sebelumnya."Dari Mas Fatah hehe. Jawab dulu pertanyaan Mira, Mas," pinta gadis itu yang ternyata bernama Amira."Ma
Read more
Nafkah Pertama
"Bisa apa, Pak?" tanya Gerry yang nampak kebingungan dengan ucapan Pak Latif."Kok bisa nyampe sini, kan tadi masih diteras?" tanya Pak Latif bingung, dan Gerry pun akhirnya tertawa, dia paham apa yabg dimaksud Pak Latif."Ini kan otomatis, Pak. Ada tombolnya disini yang bisa bantu aku gerakin kursi rodanya. Jadi gak perlu didorong," jelas Gerry sambil memberi tau tombol di kursi rodanya. Pak Latif pun memperhatikan tombol-tombol itu dengan seksama."Eh iya juga ya. Bagus juga ternyata kursi rodamu, Ger," puji Pak Latif dan Gerry pun nampak tersenyumTak lama, ada yang mengucapkan salam dari luar rumah dan langsung masuk begitu saja, ternyata itu adalah Bu Rina yang baru pulang."Wah, lagi pada apa ini?" tanya Bu Rina saat menghampiri Gerry dan Pak Latif di ruang tamu."Ini Bu, tadi Mas Fatah kesini nemuin Gerry, terus sekalian bawain makan siang," jawab Pak Latif sambil menunjukkan bungkusan hitam yang tadi diberikan oleh Gerry."Alhamdulillah, ada rejeki lebih ternyata," jawab Bu Ri
Read more
Gerry dan Wisnu
"Tuman. Dikasih hati minta jantung," ucap Vani dengan sedikit ketus. Dia pun lalu mengelus kepala suaminya yang tadi sempat ditimpuknya dengan bantal."Jangan kasar-kasar napa sama suami sendiri," oceh sang suami. Vani pun nampak menghembuskan napas kasar karena ucapannya itu.Setelah itu, mereka pun lalu melaksanakan salat maghrib dan makan malam bersama.Setelah makam malam selesai, Adel pun memberikan sesuatu kepada ibunya."Bu, ini ada titipan dari Mas Wisnu," ucap Adel seraya menberikan sebuah amplop coklat yang kemungkinan berisi uang kepada ibunya itu.Bu Rina pun mengambil amplop itu dan mengeluarkannya. Pak Latif pun nampak memperhatikannya, begitupun dengan Vani dan Gerry. Vani pun memegang tangan kiri Gerry lalu meremasnya seperti menahan amarah. Mungkin dia iri atau apa. Beruntung tangan yang di remas Vani merupakan tangan yang mati rasa, sehingga Gerry tak terlalu merasakan sakitnya. Kemudian, Gerry pun na
Read more
Fiks! Sultan
Brak !Bunyi pintu kamar yang dibanting oleh Vani. Pak Latif yang berada diruang tamu pun, segera mematikan tv-nya dan pergi ke kamarnya. Adel yang saat itu sedang mengerjakan laporan dikamarnya pun nampak kaget karena bunyi itu."Kakak kenapa, Yang?" tanya Adel sambil mengernyitkan dahinya kepada Wisnu yang baru saja masuk."Gak tau. Marah-marah gak jelas," ucap Wisnu berbohong. Adel pun segera membereskan laporannya dan berlalu menuju tempat tidurnya bersama Wisnu.Sementara itu di kamar Vani."Dek ... ," ucap Gerry dengan nada yang lembut. Dia tak berani menatap wajah Vani yang nampak merah padam menahan amarah. Dia pun hanya bisa tertunduk."Mas gak papa?" tanya Vani sambil melihat wajah suaminya. Diangkatnya wajah itu agar matanya bersitatap dengannya."Mas gak papa ko. Kamu kenapa marah-marah,Dek?" tanya Gerry penasaran lalu membelai rambut panjang Vani."Kamu beneran gak
Read more
Saat Sultan Ketahuan Berbohong
"Li -- lima juta? Yang bener aja? Cincin sekecil ini bisa semahal itu?" tanya Vani kembali dengan nada tak percaya."Emang kecil keliatannya. Tapi liat lebih jeli dong, ini tuh berlian ya. Udah deh, kalo lu masih tetep gak percaya, ayo ikut gua ke toko emas langganan gua. Biar lu tanya langsung," ajak Gita kemudian."Boleh. Balik gawe gimana?" tanya Vani dan diangguki oleh Gita.Vani pun masih terus memikirkan ucapan Gita barusan, 'apa iya ini berlian asli? Jika iya, pantes aja waktu itu dia semper nahan biar gak dilepas,' batin Vani***Sepulang dari kantor, sesuai kesepakatan tadi, akhirnya Vani dan Gita pun menuju toko emas langganan Gita di salah satu mall yang ada di daerah Fatmawati.Sesampainya di toko emas itu, sang pemilik pun lalu bertanya."Oi Neng Gita, kemana aja baru keliatan? Mau borong kah?" tanya si Kokoh dengan logat aksen cindo."Ada, Koh. Ngga, Koh, aku mau nanya
Read more
Kehamilan Adel
Sebuah kecupan lembut mendarat begitu saja di bibir Gerry. Gerry pun tak menyia-nyiakan kesempatan itu, untuk terus memainkan bibir istrinya. Kecupan panas pun terjadi diantara keduanya, tangan Gerry pun segera meraba tubuh istrinya itu, namun segera dihentikan Gerry karena dia takut meminta terlalu jauh.Setelah melepaskan bibirnya dari Gerry, Vani pun kembali memeluk tubuh sang suami."Terimakasih udah berusaha ngebahagiain aku dengan cara mu sendiri, Mas," ucap Vani di pelukannya."Sama-sama," ucap Gerry sambil mengelus lembut kepala sang istri dan mengecup pucuk kepalanya."Dek, poto nikahan kita mau dipajang atau ngga?" tanya Gerry kemudian."Emang udah ada, Mas?" tanya Vani balik. Gerry pun lalu menyuruh Vani untuk membuka paket yang berada di meja riasnya.Setelah membukanya, Vani pun dibuat takjub dengan hasil poto kemaren. Bahkan hasilnya jauh lebih bagus dibanding saat melihatnya di IG milik Nugea tadi."Nanti aja pajangnya, nunggu punya Adel sama Wisnu ada dulu," ucap Vani
Read more
Mencari Info
Keesokan harinya, saat Vani bekerja, dia pun bertanya kepada Ujang salah satu staff yang berada dikantornya itu."Mang Ujang," panggil Vani kepadanya."Naon Neng geulis?" tanya Mang Ujang dengan nada sundanya."Anu, Mang. Waktu itu kan pernah jatoh yak, terus gak bisa jalan kan? Itu berobat dimana, Mang?" tanya Vani to the point. Vani bukan lah tipe orang yang suka berbasa basi."Di Garut, Neng. Emang buat siapa, Neng? Buat suaminya ya?" tanya Mang Ujang penasaran."Kok Mamang tau si? Iya Mang, buat suami saya," jawab Vani tak kalah penasaran."Tau lah, Neng. Sekantor sini juga tau kalau suaminya Neng Vani mah orang cacat, orang lumpuh gak bisa jalan. Maaf ya, Neng, kalo tersinggung," ujar Mang Ujang sambil merasa bersalah. Vani pun tersenyum kecut mendengar ucapan Mang Ujang."Iya Mang. Tapi katanya mah masih bisa sembuh kalo di terapi, makanya nanya tempat Mang Ujang kemaren," ujar Vani."Ada Neng di Garut, kalau mau nanti Mamang anterin kesana, cuma ya paling Neng Vani harus libur
Read more
Bab 19
Gerry pun nampak merutuki kebodohannya itu. Tanpa memperdulikan Adel, dia pun bergegas menjalankan kursinya menuju kamarnya.Dia pun mengecek kembali laporan milik Amira K saat ini."Kenapa gak pernah ada proyek kecil ya disini? Selalu aja proyek besar, kaya ada yang janggal," guman Gerry pelan sambil matanya memindai setiap angka yang terdapat di layar tab-nya itu."Bismillah, semoga Vani bisa cerita semua kejadian di kantor tanpa ada yang ditutup-tutupi," ucap Gerry berharap.Harapan Gerry saat ini hanya ada pada Vani. Dia berharap, Vani bisa menceritakan semua kejadian yang ada di kantornya karena jika menunggu Dimas akan sulit. Apalagi posisi Dimas sebagai direktur disana yang memungkinkan semua karyawan akan berlaku baik padanya. Berbeda dengan Vani yang hanya karyawan biasa, setidaknya Vani bisa lebih mengetahui banyak hal yang berada disekitarnya.***Setelah mendapat persetujuan dari Gerry, Dimas
Read more
Bab 20
"Iya, Mas, jadi sebenernya tuh, kita ada proyek kecil yang dijalanin ada sekitar 4 apa 5 itu ya tapi yang dilaporin ke kantor tuh cuma 2, sisanya gak mereka laporin sama sekali," jelas Vani.Gerry pun nampak kaget dan mendelikkan matanya tak percaya."Kok bisa, Dek?" tanya Gerry penasaran."Bisa, karena ada kerjasama antara gudang, manager sama keuangan juga," jawab Vani."Berarti kamu termasuk maen curang juga dong, Dek?" Nada suara Gerry sedikit lebih meninggi dari sebelumnya karena menahan kemarahan yang ada."Ngga! Aku gak ikutan, aku cuma disuru ngerjain laporannya aja yang bener. Aku sama Gita sama sekali gak boleh ikut terjun kesana. Cuma disuru bikin laporan keuangan sesuai yang disetorin aja." Vani menggeleng dengan cepat saat Gerry menuduhnya bermain curang juga.Gerry pun lalu mengusap keningnya tanda marah dan menggertakkan kedua giginya bersamaan."Mas kenapa marah banget?" tanya Vani tak paham dengan sikap suaminya yang tiba-tiba marah setelah dia bercerita tentang tempa
Read more
PREV
123456
...
11
DMCA.com Protection Status