Semua Bab Tunggu Pembalasanku, Mas!: Bab 11 - Bab 20
64 Bab
11. Perhiasan Imitasi
Bagian 11"Pa, apa yang harus kita lakukan? Sepertinya Mama tidak akan mau maafin kita. Gimana ini, Pa?" keluhku pada Papa saat dalam perjalanan pulang. Hampir saja aku putus asa melihat perlakuan Mama padaku."Sabar, Nak. Ini baru permulaan. Tidak mudah untuk meluluhkan hati seseorang. Apalagi sudah bertahun-tahun, tentunya memberi maaf tidak semudah membalikkan telapak tangan. Semua itu butuh waktu dan proses. Papa maklum kenapa mamamu bersikap seperti itu."Apa yang dikatakan Papa memang benar, tapi tidak bisa dipungkiri bahwa aku sangat sedih melihat sikap Mama seperti itu."Kita harus sering-sering datang ke sana agar mamamu luluh kembali. Abaikan sikap mamamu yang cuek dan kasar padamu. Pada dasarnya mamamu itu adalah wanita yang lembut dan penyanyang. Papa yakin, lambat laun pasti mamamu akan maafin kita."Aku hanya mengangguk, pandanganku tertuju pada kendaraan yang lalu lalang. Pikiranku tidak fokus."Mir, bisa kita ketemu nanti malam?" Sebuah pesan masuk dari Mas Ahmad."Sia
Baca selengkapnya
12. Berlian Imitasi
Bagian 12"Assalamualaikum."Aku mengucap salam setelah mengetuk pintu terlebih dahulu."Waalaikumsalam." Terdengar jawaban salam dari dalam."Mira!" Ibu mertua terkejut melihat kedatanganku."Bu." Aku meraih tangannya, lalu menyalaminya."Tumben datang kemari.""Aku kangen sama Ibu, sekalian bawa oleh-oleh buat Ibu."Mata Ibu berbinar saat melihat Tote bag yang aku tenteng."Wah, kamu baik bangat sih, mari duduk dulu." "Iya, Bu.""Kamu bawa apa?" tanya ibu mertua penasaran."Oh, ini. Tadi aku ketemu sama teman, kebetulan dia jual beli berlian. Sekalian aja aku beliin buat Ibu.""Kamu serius?" Sepertinya ibu mertua tidak percaya.Aku menyerahkan Tote bag itu pada ibu, lalu ibu pun membuka isinya."Wah, bagus bangat, ini pasti mahal. Ibu suka, Mir, makasih ya!" Mata ibu mertua berbinar memandangi satu set kalung berlian tersebut. Beliau mengambilnya, lalu memakai cincin dan juga gelang berlian tersebut di tangan kirinya.Sebenarnya tidak mahal sih, itu 'kan cuma berlian palsu. Mana mun
Baca selengkapnya
13. Merekam Pembicaraan Mereka
Bagian 13Mbak Nuni kembali ke ruang tamu menemui ibu mertua. Aku pun diam-diam mengikutinya dari belakang, untuk menguping pembicaraan mereka."Lihat bagaimana sikap Mira pada kita, Bu, menantu yang Ibu benci itu justru sangat menyayangi kita." Mbak Nuni terdengar memarahi ibu mertua."Apapun yang dia lakukan, Ibu tetap tidak akan menyukainya. Melihat wajahnya saja Ibu sudah muak, apalagi menerimanya!""Jangan menyakiti hati Mira, Bu. Kasihan dia. Tidakkah Ibu melihat ketulusan hatinya selama ini?""Nuni, kamu jangan ngatur-ngatur Ibu ya! Hanif saja gak keberatan, kok' kamu malah sewot, sih?""Jelas aku sewot. Hadiah dari Mira Ibu terima dengan senang hati. Di depan Mira Ibu bersikap manis, tapi di belakangnya malah menusuk. Bahkan Ibu menyuruh Hanif mencari wanita lain, lalu menceraikan Mira. Tujuan Ibu sebenarnya apa, sih? Dendam masa lalu? Cukup, Bu! Jika tidak suka katakan saja. Suruh Hanif menceraikan Mira dengan cara baik-baik. Bukannya malah memoroti hartanya setelah itu menca
Baca selengkapnya
14. Tak Tahu Diri
Bagian 14"Dia anu apa, Mas? Katakan sejujurnya. Jangan berbelit-belit!""Iya, dia memang ada hubungan dengan Mas, tapi-""Dia itu sepupunya Hanif," sahut ibu mertua, memotong ucapan Mas Hanif."Iya, Mir, Sofia ini saudara sepupunya Mas. Dia datang dari kampung dan hendak mencari pekerjaan. Kebetulan di kantor Mas sedang ada lowongan, jadi Mas masukin dia ke kantornya Mas." Mas Hanif membenarkan ucapan ibunya."Mbak, Mas, aku permisi dulu, ya, buru-buru soalnya." Wanita yang bernama Sapi itu pun mohon diri.Aku hendak menyusulnya, tetapi Mas Hanif malah menahanku."Mas kenapa menahanku segala? Si Sapi ke sini naik mobil ya?""Namanya Sofia Mir, bukan sapi.""Sama saja lah! Eh, tunggu, Kok suara mobilnya sama seperti suara mobilku yang hilang itu, ya? Aku mau liat, Mas!" Aku menghempaskan tangan Mas Hanif dengan kasar, namun sayangnya mobil itu sudah tidak berada di sana. Baguslah, aku juga belum ingin membongkar semuanya sekarang. Aku hanya ingin menakut-nakutinya saja."Mir … Mir …
Baca selengkapnya
15. Keluar Kamu dari Rumahku, Mas!
Bagian 15"Mira, kamu benar-benar istri durhaka ya! Tega-teganya ninggalin Mas," protes Mas Hanif begitu ia tiba di rumah. Aku memang sampai di rumah lebih dahulu daripada Mas Hanif.Aku diam saja, tidak menanggapi ucapannya. Malas berdebat terus menerus dengannya."Mas kecewa sama kamu. Kamu sudah berubah, Mir. Bukan cuma tidak bisa memberikan anak, tapi kamu sudah menjadi istri durhaka, Mira!"Darahku terasa mendidih mendengar ucapannya. Aku sangat tidak suka jika Mas Hanif sudah membahas soal aku yang tidak bisa memberi keturunan."Kamu bilang apa barusan?" Saking emosinya, bahkan aku lupa memanggilnya dengan sebutan Mas. "Kamu ingin aku mengulanginya lagi? Oke! Bukan cuma tidak bisa melahirkan anak, tapi kamu juga sudah menjadi istri durhaka. Kamu memperlakukanku di depan Ibu dan Mbak Nuni. Kamu sudah membuatku kehilangan harga diri, Mira!" "Aku begini gara-gara kamu, Mas! Aku tidak bisa hamil karena kamu selalu menyuruhku meminum jamu buatan ibumu, kamu bilang belum ingin memil
Baca selengkapnya
16. Cari Bantuan
Bagian 16"Kamu kenapa, Nak? Kenapa pipimu memerah seperti itu? Seperti bekas tamparan. Apa suamimu menyakitimu?" tanya Papa begitu aku tiba di rumahnya."Ayo duduk dulu." Papa mengajakku ke ruang tengah."Mbok, tolong bikinin minum ya!" perintah Papa."Baik, Tuan."Setelah kami duduk di atas sofa ruang tengah, aku pun menjelaskan semuanya kepada Papa. Papa sangat marah mendengar penjelasanku, tapi Papa masih bisa meredam emosinya setelah aku meyakinkannya bahwa aku tidak apa-apa.Justru bagus, aku akan menjadikan semua ini sebagai bukti untuk menggugat cerai Mas Hanif ke pengadilan. Bukan hanya selingkuh, tetapi Mas Hanif juga sudah melakukan kekerasan dalam rumah tangga, terhadapku."Kamu tenang saja, Nak, papa tidak akan membiarkan suamimu menyakitimu lagi. Kamu tahu 'kan? Relasi papa itu banyak. Bahkan pemilik perusahaan tempat Hanif bekerja adalah sahabat baik papa. Sekali papa bertindak, maka karier si Hanif itu akan hancur." Ya, aku tahu akan hal itu. Berkat Papa lah, sehingg
Baca selengkapnya
17. Momen Mengharukan
Bagian 17"Diana, Mas tahu, kamu tidak akan mungkin percaya jika kata-kata itu keluar dari mulut Mas. Mas harap kamu percaya setelah mendengar rekaman suara itu," kata Papa."Masa bodo, sudah terlambat! Kemana saja selama ini?" ketus Mama."Ma, tolong buka hati Mama buat aku dan Papa. Kami butuh Mama." Aku menangkupkan kedua tangan. Berharap mendapatkan maaf dari wanita yang telah melahirkanku itu."Apa yang dikatakan Mama itu ternyata benar. Ibu mertua memang sangat jahat. Bodohnya, aku tidak mengetahui semua itu. Ternyata ibu mertuaku lah yang telah menyebabkan Mama sama Papa berpisah. Aku mohon maafin aku, Ma." Air mata tidak bisa lagi kutahan, mengalir begitu saja dari kelopak mataku."Ma, silakan hukum aku, pukul dan maki-maki. Aku rela, Ma, asalkan Mama mau maafin kesalahan aku.""Diana, tolong maafin Mas juga, ya! Selama ini Mas sudah berusaha menjelaskan bahwa Mas hanya dijebak oleh wanita itu. Tapi kamu tidak mau percaya.""Ma, lihat pipiku, Ma, ini adalah bekas tamparan dari
Baca selengkapnya
18. Mendapatkan Maaf
Bagian 18"Mama beneran sudah maafin aku, kan?" Aku kembali bertanya setelah Mama melepas pelukannya.Mama tersenyum, senyuman yang sudah lama tidak kulihat dan sangat kurindukan. "Iya, Sayang!"Aku kembali memeluknya, rasanya aku bahagia sekali hari ini."Kamu juga maafin Mas kan Diana?" tanya Papa.Mama melepas pelukannya, lalu menoleh pada Papa. "Aku memang sudah maafin Mira, tapi tidak denganmu, Mas. Aku tidak bisa menerima pengkhianatanmu," ucap Mama dengan tegas."Ma, aku mohon, maafin Papa juga ya. Papa enggak salah, Ma. Ibu mertua yang sudah merencanakan semua itu.""Kamu tidak tahu, Mir! Kelihatannya aja papamu ini baik, namun nyatanya hatinya busuk. Dia itu tukang selingkuh!" Mama mengarahkan jari telunjuknya ke arah Papa. "Kelakuannya sama dengan Hanif, suamimu," ucap Mama lagi."Diana, harus berapa kali Mas katakan, Mas tidak pernah selingkuh. Mas dijebak!" Papa membela diri."Mana ada maling yang mau ngaku, kalau ngaku penjara bakalan penuh," sahut Mama tidak mau kalah.
Baca selengkapnya
19. Berani Sekali
Bagian 19"Mama yakin mau turun tangan menghadapi mertuaku yang jahat bin licik itu?" tanyaku, ragu."Yakin! Biar dia tahu siapa Mama. Selama ini dia sudah membuat Mama menderita. Memisahkan Papa dan Mama, juga menghancurkan pernikahan Mama dan Papa. Sekarang dia mau nyakitin anak Mama? Oh, tidak bisa!""Mama 'kan lagi sakit, lebih baik Mama istirahat saja, aku masih bisa menghadapinya, Ma." Aku meyakinkan Mama."Wanita jahat itu bukan lawan yang sebanding untukmu, Nak. Dia itu bagaikan ular berbisa yang bisa membunuh mangsanya kapan saja. Jika tidak berhati-hati, bisa-bisa kita akan terkena racunnya yang berbisa itu. Kamu fokus saja membalas suamimu dan wanita selingkuhannya itu. Biar Mama yang berhadapan dengan ibu mertuamu."Aku mengangguk, menyetujui ucapan Mama."Tante, maaf sebelumnya. Bukannya mau sok mengajari, tapi balas dendam itu tidak bagus, bahkan tidak dianjurkan dalam agama kita. Allah menyuruh kita untuk menyerahkan segala urusan hanya kepada-Nya. Memaafkan orang yang
Baca selengkapnya
20. Nikah Lagi
Bagian 20"Mir, kamu kenapa? Mama perhatikan kok' wajahmu tidak seceria tadi? Ada masalah lagi?" tanya Mama saat menghampiriku yang sedang duduk di sofa ruang tengah.Aku menarik napas dalam, lalu mengembuskannya perlahan."Mas Hanif mau nikah lagi, Ma!" Mama menutup mulutnya, mungkin ia tidak percaya dengan apa yang aku ucapkan."Serius? Kamu dapat informasi dari siapa?""Bi Inah, asisten rumah tanggaku, Ma!""Benar-benar keterlaluan, ya! Terus, apa yang akan kamu lakukan sekarang?""Aku akan mendatangi acara pernikahan mereka, Ma, aku akan kasih kejutan untuk mereka.""Kamu mau ngapain di sana? Mau membatalkan pernikahan mereka? Atau mau melabrak wanita itu, menghajar lalu memaki-makinya?" "Aku tidak se bar-bar itu, Ma. Aku tidak suka membalas dengan cara yang bar-bar. Jika ada cara yang lebih elegan, kenapa tidak?"Mama sepertinya bingung dengan apa yang aku maksud. Tapi aku sudah merencanakan sesuatu untuk mereka berdua."Ma, aku pulang dulu, ya! Setelah urusanku selesai, aku ak
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
DMCA.com Protection Status