All Chapters of Tunggu Pembalasanku, Mas!: Chapter 21 - Chapter 30
64 Chapters
21. Papa Bertindak
Bagian 21Setelah menempuh perjalanan yang lumayan jauh, akhirnya aku dan Mama tiba di lokasi yang dikirimkan oleh Papa.Aku memarkirkan mobil sedikit lebih jauh dari lokasi tersebut agar mereka tidak mengetahui kedatanganku.Mama segera turun begitu aku memarkirkan mobil. Mama tidak mau menunggu di dalam mobil, beliau ingin ikut denganku.Aku dan Mama sempat bingung karena tidak tahu rumah mana yang akan kami tuju. Tidak ada tanda-tanda kalau di sekitar tempat itu sedang ada resepsi atau pesta pernikahan."Mir, kok' enggak ada apa-apa di sekitar sini? Apa jangan-jangan papamu salah kasih alamat ya?" tanya Mama."Bentar, Ma, aku cek dulu."Setelah aku cek, itu memang benar alamat yang dikirimkan Papa. Tapi kenapa sepi sekali di tempat ini?Aku pun segera menghubungi Papa untuk menanyakannya."Halo, assalamualaikum, Mir," sapa Papa di seberang telepon."Waalaikumsalam, Pa! Apa orang suruhan Papa tidak salah mengirimkan lokasinya? Aku dan Mama sudah tiba di lokasi yang papa kirimkan, ta
Read more
22. Malam Pertama
Bagian 22POV HanifBaru saja aku hendak melaksanakan ritual malam pertama bersama Sofia, wanita yang baru kunikahi tadi pagi, tiba-tiba ponselku berdering. Padahal aku sudah tidak sabar ingin segera menunaikan kewajibanku sebagai seorang suami. "Siapa sih yang nelpon malam-malam begini? Ganggu deh! Apa dia enggak tahu apa malam pertama kita," ucap Sofia sambil mengerucutkan bibirnya. Sofia sudah mengganti baju kebaya yang dikenakannya tadi saat kami melangsungkan akad nikah. Kini ia mengenakan lingerie warna merah menyala, dan sekarang sedang duduk di atas ranjang, di atas sprei warna putih yang ditaburi dengan kelopak bunga mawar, menanti diriku.Ah, aku makin gemas saja melihatnya. Rasanya sudah tidak sabar ingin segera membawanya terbang, melayang ke langit yang ketujuh."Sabar, Sayang! Bentar Mas cek dulu.""Buruan dong, Mas, aku udah enggak sabar, nih! Ayo dong!""Duh! Isteri Mas udah gak tahan sepertinya," godaku sambil mengedipkan mata padanya."Ya iya dong, Mas! Ini 'kan mal
Read more
23. Maju Takut, Mundur Malu
Bagian 23"Akhirnya kamu datang juga, Nak! Asal kamu tahu, orang-orang itu mengusir paksa kami dari rumah. Begitu kami tiba, baju-baju kami langsung dikeluarkan dan kami disuruh pergi meninggalkan rumah ini. Ibu mau kamu hajar mereka. Kasih mereka pelajaran," ucap Ibu sambil mengarahkan jari telunjuknya ke arah kedua orang lelaki yang sedang berdiri persis di depan pintu utama.Seketika nyaliku menciut saat menatap kedua lelaki berbadan tegap dan berotot tersebut. Mana mungkin aku bisa melawan kedua orang itu? Bisa-bisa aku yang akan babak belur duluan."Hanif! Ayo bertindak. Jangan diam saja," bentak Ibu. Ibu pikir aku ini petinju apa? Ilmu beladiri saja aku tidak punya."Hanif, tunjukkan bahwa kamu bisa menghadapi mereka. Usir mereka. Kamu adalah anak kebanggaan ibu. Kamu pasti bisa. Ibu tidak mau diusir dari rumah ini. Ibu tidak rela. Ayo Hanif, lakukan sesuatu!" Ibu terus saja mendesakku."Iya, Bu, aku akan menghadapi mereka," ucapku walaupun aku sendiri ragu."Mas, kamu yakin?" So
Read more
24. Terpaksa Tidur Diluar
Bagian 24"Kamu tidak usah menakut-nakuti ibu dan Hanif, Nuni! Simpan omong kosongmu itu. Ibu sedang tidak ingin mendengarnya," bentak Ibu."Aku tahu, bukannya Ibu tidak ingin mendengarnya, hanya saja Ibu takut, kan? Takut jika omonganku ternyata benar.""Mbak, bisa diam enggak sih? Apa yang dikatakan oleh Ibu itu benar, jangan memperkeruh suasana," sahut Sofia."Kamu bilang apa barusan, Sofia? Kamu nyuruh Mbak buat diam? Berani sekali kamu! Ini semua tidak akan terjadi jika kamu tidak hadir dalam kehidupan Hanif. Asal kamu tahu, kamu lah penyebab semua ini," balas Mbak Nuni, tidak mau kalah."Kenapa Mbak jadi nyalahin aku?" Justru Mbak dan Ibu yang salah. Gara-gara kalian, malam pertamaku jadi gagal. Kalian puas?""Kenapa kamu jadi nyalahin kami? Jika tidak ada hal penting, tidak mungkin Ibu meminta bantuan pada Hanif. Jadi mantu kok' enggak tahu diri bangat sih.""Dalam situasi seperti ini masih saja membahas malam pertama. Padahal udah hamil duluan, sok-sokan mau melaksanakan ritua
Read more
25. Ada apa?
Bagian 25Tok tok tok!Kaca jendela mobil diketuk. Membuatku terpaksa harus membuka mata. Rasanya kepalaku sedikit sakit, mungkin karena kurang tidur. Aku segera mengucek mata, lalu membuka pintu mobil."Ada apa?" tanyaku begitu melihat seorang wanita paruh baya. Menurut tebakanku umurnya sekitar lima puluh tahun, kurang lebih."Pak, saya diperintahkan oleh majikan saya, pemilik rumah ini. Kata beliau, rumah ini mau dipake, jadi tidak dikontrakkan lagi. Silakan ambil barang yang masih ada di dalam, soalnya sebentar lagi penghuni rumah ini akan segera tiba."Apa lagi ini? Semalam Ibu diusir dari rumah. Sekarang Sofia juga ikut diusir juga dari kontrakannya. Aargh!Aku benar-benar tidak mengerti dengan semua ini. Sungguh, kepalaku tambah pusing memikirkannya."Apa-apaan ini? Aku kan baru bayar sewa dua Minggu yang lalu. Kok' main usir segala? Aku tidak terima! Mana kunci rumahnya? Aku mau masuk, mau istirahat. Badanku terasa pegal semua karena semalaman tidur di dalam mobil. Mana kunc
Read more
26. Masalah Yang Bertubi-tubi
Bagian 26Setibanya di kantor, aku langsung naik lift menuju ruanganku yang terletak di lantai dua belas. Beberapa pegawai menoleh ke arahku. Aneh, kenapa mereka menatapku seperti itu ya?"Ada surat untuk Bapak," ucap Indah begitu aku tiba di meja kerjaku."Surat?" Keningku mengernyit mendengar ucapannya. Aku pun mengambil surat itu."Astaga!" gumamku, tubuhku terasa lemas seketika. Aku langsung terduduk di atas kursi."Siapa yang memberikan surat ini?" "Pak bos, Pak!"Aku mengusap wajah kasar. Segera beranjak dari kursi, melangkah dengan cepat ke ruangan bos sambil membawa surat itu.Setibanya di depan ruangan pak bos, aku pun langsung mengetuk pintu."Permisi, Pak!""Masuk!" Terdengar suara dari dalam, menyuruhku masuk.Tanpa menunggu waktu lama, aku segera mendorong pintu, lalu memasuki ruangan tersebut."Ini apa maksudnya, Pak?" tanyaku langsung to the point sambil menunjukkan surat yang kupegang."Apa kurang jelas? Itu surat pemecatan untuk kamu!"Aku menggeleng pelan, tidak per
Read more
27. Menjadi Kere
Bagian 27"Bapak bisa dipidana loh atas kelalaian Bapak." "Apaan sih? Ponakan saya cuma tidur, jangan ngada-ngada!"Astaga! Ini orang membuatku semakin takut saja. Aku yakin Vino hanya tertidur pulas, bukan pingsan. Tapi kenapa matanya sembab ya, seperti habis menangis. Mungkin Vino hanya sedang bermimpi."Yakin cuma tertidur? Cek saja dulu, siapa tahu sudah tak bernyawa. Lebih baik langsung saja bawa ke rumah sakit. Ngapain masih bengong di sini? Ayo buruan sana!"Degh!Jantungku rasanya hendak melompat dari rongganya saat mendengar ucapannya. Seketika ada rasa cemas yang menyelimuti diri ini. Takut apa yang dikatakannya terbukti benar.Aku segera menempelkan tangan ke hidung Vino. Tapi kenapa lain ya, sepertinya Vino sudah tak lagi bernapas. Nadi-nya juga sudah tak berdenyut.Astaga! Apa lagi ini?"Tuh 'kan Pak, ayo segera bawa ke rumah sakit! Lelet bangat sih! Ini urusannya nyawa loh. Sana!" Pak satpam terus saja mendesakku.Aku segera duduk di bangku kemudi, lalu mengendarai mobi
Read more
28. Hampir Jadi Gembel
Bagian 28"Pak, Bu, silakan diurus dulu administrasinya. Mari ikut saya." Seorang perawat menghampiri kami. Dan inilah hal yang aku takutkan, soal tagihan rumah sakit."Hanif, ayo sana, urus administrasinya." Ibu mendesakku, mungkin Ibu berpikir kalau aku ini masih memiliki banyak uang. Sayangnya tidak. Uang tabunganku sudah habis untuk biaya pernikahanku dengan Sofia. Memang pernikahan kami digelar dengan acara sederhana, tapi tetap saja harus mengeluarkan uang yang lumayan banyak. Untuk mahar, dan juga biaya booking kamar hotel. Serta biaya ini dan itu yang tidak bisa disebutkan satu persatu."Duluan saja ya, Sus, bentar lagi saya ke sana," ucapku kepada suster tersebut."Baik, Mas," ucapnya ramah, kemudian berlalu dari hadapan kami."Hanif, kenapa ditunda-tunda sih? Lunasi biaya rumah sakitnya Vino, bila perlu suruh mereka memindahkan Vino ke ruangan VIP." Ibu berucap dengan enteng seolah tanpa beban, beliau tidak tahu bagaimana kondisi anaknya saat ini. Pusing setengah mati!Baikl
Read more
29. Surprise
Bagian 29Setelah menempuh perjalanan kurang lebih dua puluh menit, akhirnya kami tiba juga di rumah. Dari luar, rumah tampak sepi, mobil pun tidak ada di garasi. Berarti Mira belum pulang."Bu, Mbak, mari kita masuk." Aku segera membawa koper milik Ibu dan Mbak Nuni."Sofia sayang, mulai sekarang kita tinggal di sini ya. Gimana, mau kan?" Aku begitu bersemangat mengajak mereka tinggal di rumahku."Mau dong, Mas. Ini sih impian aku dari dulu, tinggal di rumah mewah seperti Cinderella. Mas aja yang enggak ngebolehin aku tinggal di sini.""Cinderella dari kolong jembatan? Kamu enggak cocok disamakan dengan Cinderella. Cinderella itu cantik dan baik hati, enggak seperti kamu," sahut Mbak Nuni."Tolong ya, Mbak. Jangan mengacaukan suasana hati aku yang sedang berbahagia. Aku sedang tidak ingin berdebat."Aduh, Sofia dan Mbak Nuni bagaikan kucing dan tikus. Berantem terus kerjaannya. Tidak pernah akur! Membuatkan semakin pusing.Aku segera memencet bel, sudah tidak sabar rasanya ingin sege
Read more
30. Calon Gembel
Bagian 30Setelah Mas Hanif keluar dari mobil tersebut, ia langsung menghampiri ibunya. Ibunya langsung berbicara padanya sambil mengarahkan jari telunjuknya ke arah kedua laki-laki yang sedang berjaga di depan rumah itu.Jika saja Papa mengabarkan bahwa akan memasang Cctv di rumah tersebut, aku pasti menyarankan agar Papa memasang Cctv yang dilengkapi dengan audio agar kami bisa mendengar apa yang mereka bicarakan.Tapi aku tetap merasa puas karena bisa melihat bagaimana ekspresi mereka.Mbak Nuni membawa Vino ke dalam mobil, sementara wanita itu tidak kelihatan batang hidungnya.Ibu terlihat memaksa, bahkan sambil mendorong anak kesayangannya tersebut untuk menghadapi kedua lelaki bertubuh tegap itu. Mas Hanif menurut, ia berjalan dengan pelan untuk menghampiri kedua lelaki itu. Mas Hanif sempat berhenti sejenak, mungkin ia bimbang antara melanjutkan atau tidak. Mau mundur tapi malu, mau maju tapi takut. Pasti itu yang ada di pikirannya saat ini. Lucu. Kami bahkan sampai tertawa me
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status