Semua Bab Diselingkuhi Suami, Dinikahi Dokter Tampan: Bab 61 - Bab 70
109 Bab
Bab 60 # Merasa Bersalah
“Apa yang terjadi? Di mana Lara? Apa dia akan melahirkan?” Seno mencecar sopirnya dengan beragam pertanyaan sampai akhirnya, hanya embusan napas kasar sang sopir yang menjadi jawaban utama.“Sa–sabar, Pak,” jelasnya kemudian.“Katakan! Di mana Lara?!” “Nyonya berada di ruang ICU. Kita harus menunggu sebentar lagi, Pak,” ucap sopir itu dengan pandangan nanar. Ia memang berhak disalahkan. Sebagai bawahan, tugasnya memang–salah satunya–untuk menenangkan emosi sang majikan.“Sekarang, jelaskan! Bagaimana semua ini bermula!” Seno naik pitam. Napasnya tersengal. Ia benar-benar merasa kecolongan. Bagaimana ia bisa mengabaikan kondisi Lara dan malah menemani Olivia? Seno memang tidak sedang berpikiran waras!“Nyonya merasa kesakitan setelah dari reuni, Tuan. Kata dokter yang tadi memeriksa, ada gejala syok hebat yang mendera nyonya ….”“A–apa?!”Seno mengatupkan mulutnya. Sejenak, ia mencoba menerka, kejadian apa yang bisa membuat istrinya syok hingga sedemikian rupa.“La–lalu?”“Ya, begitul
Baca selengkapnya
Bab 61 # Ayo Bercerai
“Pak Seno?” Seorang dokter keluar dari ruang rawat intensif Lara. Seno segera menyambutnya dan mengangguk keras ketika dokter itu mengkonfirmasi identitasnya.“Ada apa, Dok? Bagaimana keadaan istri saya?” tanya Seno dengan tergesa. Ia benar-benar khawatir dan tak bisa beristirahat dengan tenang kala kondisi Lara belum dipastikan.“Bu Lara mengalami pendarahan yang cukup serius. Kami telah menanganinya dan sekarang sedang melakukan semua yang diperlukan untuk menjaga kesehatannya dan janin yang dikandung nyonya,” ucap dokter itu dengan mimik serius.Seno merasa gelisah. Sepertinya, perkataan sang dokter belum berhenti sampai di situ saja. “La–lalu. Apa yang akan terjadi, Dok?”“Perlu diingat bahwa pendarahan ini dapat menjadi tanda-tanda kondisi yang serius. Kami akan terus memantau dan memberikan perawatan yang dibutuhkan. Jika kondisi ini tidak membaik, kami akan mempertimbangkan opsi lain, termasuk persalinan prematur jika benar-benar diperlukan,” pungkas sang dokter. Seno menelan
Baca selengkapnya
Bab 62 # Permulaan Balas Dendam
Kata-kata itu menjadi hal terakhir yang Lara ingat ketika membuka mata dengan rasa sakit yang menjalari tubuhnya. Gelap. Hanya itu yang dapat dilihat oleh Lara. Sejatinya, ia tidak bisa melihat apapun. Kepalanya sangat sakit dan anehnya … perutnya juga!“A–apa ini?” Lara memeriksa rasa nyeri yang dirasakan di bagian perutnya. Rasa nyeri itu terasa sangat asing. Lara benar-benar melewatkan sesuatu. “Jahitan?” gumamnya.Aneh sekali, mengapa di perutnya ada bekas jahitan?Lara baru menyadari satu hal … “Anakku! Di mana anakku?” Bekas jahitan itu seakan merupakan jalan keluar dari si jabang bayi yang menghilang. Lara benar-benar tidak mengingat apapun. Terakhir kali, Lara hanya mengingat bahwa ia sedang berada di rumah sakit dan hendak menceraikan suaminya. Setelahnya … Lara hanya tertidur dan … bermimpi!Lara bermimpi dipindahkan ke sebuah ruangan aneh yang sangat gelap dengan bau desinfektan dan suara mesin yang berdenging di telinga. Beberapa staff medis turut menemaninya di mimpi it
Baca selengkapnya
Bab 63 # Permainan Dimulai
“Lara! Iya! Ini aku!” Mahya segera berlari ke arah Lara dan mencoba melepaskannya dari balik jeruji itu dengan sekuat tenaga. “Sial!” gerutunya ketika pintu besi itu ternyata terkunci rapat. “Tunggu, Lara!”Mahya berlari kembali ke tempat asalnya. Ia menuju ke mobil, membongkar kotak peralatan yang ada di bagasi milikya. Suara dentang besi-besi bertumpukkan mulai terdengar. Mahya kembali kepada Lara dengan membawa sebuah linggis untuk memecah gembok yang mengunci engsel pintunya. “Hiyah!”Dengan sekuat tenaga, Mahya akhirnya berhasil membuka jeruji yang membelenggu Lara. “Lara!” Mahya segera memeluk sahabatnya yang sedang tergolek lemah di lantai. Ia menangis dan menyayangkan tentang insiden penyekapan ini. Mengapa gadis sebaik Lara harus mengalaminya? “Mahya, aku … aku ada di mana?” tanya Lara dengan suara bergetar. Ia benar-b
Baca selengkapnya
Bab 64 # Tetangga Baru
Keesokan harinya, Lara terbangun dengan perasaan yang lebih tenang. Suara kicau burung di luar membuat harinya menjadi ringan. Aroma kopi menyambut indera penciuman Lara. Sepertinya, rutinitas Mahya masih sama seperti biasa. “Kopi?” tawar Mahya kepada Lara yang baru saja membuka mata. “Oke,” sahut Lara sambil tersenyum kepada sahabatnya. Mahya ikut tertawa kemudian kembali ke dapur untuk menyeduhkan Lara secangkir kopi seperti miliknya. Perhatian dari Mahya cukup membuat Lara merasa disayangi. Ia teringat akan Melati. Entah apa kabarnya anak itu kini. “Mahya, menurutmu, aku harus pulang ke rumah?” tanya Lara polos. Ia bahkan tidak memikirkan segala resiko yang mungkin diterima jika nekat melakukan hal seperti itu. “TIDAK!” tolak Mahya tegas. “Menurutmu, mengapa seseorang membiarkan istrinya terikat meski baru saja melahirkan anak? Kau sudah mati, Lara. Kau harus mengingat hal itu!” pungkas Mahya. Lara hanya menelan ludah. Perkataan Mahya sama sekali tidak salah. “Lalu, aku harus
Baca selengkapnya
Bab 65 # Menembus Batas
Langkah Miriam terhenti di depan pintu. Ia tak jadi kembali ke unit apartemennya. “Permisi, saya hanya ingin berkenalan,” ucapnya sopan. Namun, tidak terdengar jawaban.“Permisi ….” Seperti tidak ada kerjaan, Miriam masih saja bersikeras untuk masuk ke unit apartemen tetangganya. Firasatnya mengatakan, ada sesuatu yang salah. Ia ingin memastikan kecurigannya.“Oh, Halo!” Tiba-tiba, suara seseorang mengejutkan Miriam. Gadis itu menoleh ke arah belakang dan mendapati kenalannya sedang berdiri di sana. “Nona reporter, apa kabar?” sapanya ramah.“Saya baik-baik saja. Apa yang Anda lakukan di depan rumah saya?” tanya Mahya keheranan. Tidak dipungkiri, jantungnya juga berdegup kencang. Ia khawatir, Miriam bertemu dengan Lara yang statusnya masih disembunyikan.“Ah, saya ingin menyapa Anda! Ternyata … memang tidak ada orang di sana. Saya tadi mendengar ada barang pecah. Saya pikir … di sana ada seseorang,” kata Miriam sambil merapikan anak rambutnya.“Ah. Mungkin itu kucing saya. Dia meman
Baca selengkapnya
Bab 66 # Permulaan Konspirasi
Seno menatap nanar ke langit-langit ruangan. Bayangan wajah Lara tiba-tiba menjelma. Saat ini, ia bergidik ngeri dan mulai berkata pada dirinya sendiri bahwa semua akan baik-baik saja.“Bagaimana hasilnya? Wanita itu sudah tewas?” tanya Seno ketika anak buah yang diperintahkan untuk menghabisi Lara baru saja menampakkan dirinya.“I–itu ….” Ia tak kuasa meneruskan ucapannya.“Itu, apa?!” Seno berteriak marah. Jangan sampai jejak kejahatannya tertinggal pada sosok Lara. Istrinya, ralat, mantan istrinya itu harus sudah lenyap dari dunia ini beserta identitasnya yang sudah tersapu bersih tanpa sisa.“Ada seseorang yang menyelamatkannya, Bos!” lapornya kemudian dengan nada yang dikuat-kuatkan. Ia harus tampak tegas jika tidak ingin berakhir menjadi mayat di tangan si pemberi kerja.“BAJINGAN! Bagaimana bisa?!” Seno bangkit dari tempat duduknya. Padahal, ia baru saja menikmati kesuksesan dengan penemuan obat penawar yang selama ini selalu gagal. Berkat Lara, impian Seno menjadi mudah. Anak
Baca selengkapnya
Bab 67 # Rahasia Keluarga Seno (1)
Lara menggigit bibirnya. Derai air mata kembali membasahi wajahnya. “Ba–bagaimana bisa ….” Ia bahkan tak bisa melanjutkan perkataannya. “Lara. Bersabarlah. Ini hanya doku–” “Tapi. tetap saja! Seno benar-benar mempermainkan aku sejak awal, Mahya!” potong Lara cepat. Mahya hanya menghela napas dalam. Memang begitulah yang dipikirkannya. “Dia memang begitu. Sejak awal, terlihat seperti itu, Lara,” imbuh Mahya yang membuat tangis Lara semakin kencang. “Sabar … sabarlah, Lara,” Mahya menepuk pundak Lara, kemudian memeluknya. Ia mengerti bagaimana perasaan Lara. Disakiti, dikhianati dan … hampir meregang nyawa di tangan suami sendiri, hal itu sungguh berat untuk dilalui. Tidak ada seorang pun di dunia ini yang bisa menanggung beban seperti itu seorang diri. “Aku harus kembali ke rumah Nenek, Mahya! Nenek Seno pasti akan mengakuiku. Dia orang yang sangat baik. Antar aku ke sana, Mahya. Tolong ….” pinta Lara memelas. Mahya menggeleng lemah. Sangat beresiko menjalin kontak dengan keluarga S
Baca selengkapnya
Bab 68 # Rahasia Keluarga Seno (2)
“Saya hanya bisa memberi ini, Bu. Kami akan pindah ke Singapura,” ucap Melati sambil menyodorkaN sepucuk surat kepada Lara. Meski dalam penyamaran, Melati dapat mengenali sosok sang majikan dengan baik. Berbeda dengan keluarga Lara yang bahkan tidak repot mengkhawatirkannya. “Mela ….” Lara mendesis pelan. Air mata kembali terbit dari pelupuknya. “Ibu yang sabar ya. Semua yang saya ketahui, saya tulis di surat itu. Saya baru bisa memberikan kepada Ibu, hari ini. Percayalah, Bu. Saya tidak ikut ambil bagian dalam skema kejahatan Tuan. Tetapi ….” Melati memotong ucapannya. Beberapa orang pria besar mulai bersikap waspada dan menatap punggungnya dengan curiga. “Tetapi apa, Mela?” Lara penasaran dengan kelanjutan perkataan sang asisten. “Saya harus pergi! Ibu! Menjauhlah dari sini, oke!” “Melati!” Lara memekik ketika punggung gadis itu menjauh pergi. Namun, Lara segera membungkam mulutnya sendiri ketika matanya menangkap sosok pengawal yang mencengkeram Melati kuat. “Apa yang terjadi
Baca selengkapnya
Bab 69 # Kemenangan Semu
Mobil hitam Mahya melaju dalam kecepatan rata-rata, menjauh dari kantor Seno dan segala mara bahaya yang mungkin mengintai mereka di sana. Seiring kendaraan mereka menjauh dari kantor pusat S-Group, seiring itu pula perasaan berat yang dirasakan oleh Lara terangkat sedikit demi sedikit. Tidak ada kata yang bisa mengungkapkan, betapa Lara merasa bersyukur bahwa Mahya dapat kembali dengan selamat. Apalagi, gadis itu juga membawa serta data-data untuk membongkar kecurangan Seno dalam pendirian perusahaan. “Aku tidak percaya kita bisa di titik ini, Mahya,” ucap Lara dengan haru. Mahya tersenyum cerah ke arah sahabatnya. “Ya, kau selalu bisa mengandalkanku,” selorohnya sambil terus fokus ke jalanan yang mulai dipadati beberapa kendaraan. Ruas jalan Jakarta kembali padat, meski belum terbilang macet. Jam pulang kantor masih jauh, namun sepertinya, hari ini, banyak kendaraan yang memang harus berada di jalanan. “Ah, ya, ini hari rabu,” gumam Mahya. “Kenapa memangnya hari rabu?” tanya L
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
56789
...
11
DMCA.com Protection Status