Semua Bab Nasib Dikelilingi Tetangga Julid: Bab 101 - Bab 110
113 Bab
Bab 101 - Sifat Asli Winda
"Mbak nggak usah sok akrab sama saya, deh!" ketus Winda."Ngomong-ngomong... Mas Irwan kemana? Kok, ngga kelihatan dari tadi padahal saya datang, loh!" Dengan pedenya dia bertanya. "Ih, dasar tidak tau malu!" gumam Rani. Yanti menahan tawanya mendengar kepedean Winda yang tinggi. Teringat akan dirinya di masa lalu."Memang apa istimewanya kamu sampai Mas Irwan harus keluar kalau kamu datang? Ingat! Kamu itu hanya mantan yang bahkan tidak di ingat sama sekali oleh Mas Irwan." Keluar sudah uneg-uneg Rani. Dia sengaja tidak mengusirnya supaya bisa leluasa untuk 'menyadarkannya'. "Eh, Mbak! Nggak malu apa nanyain gitu sama istrinya?" tanya Yanti. Melihat perilaku Winda seperti itu membuat Yanti semakin malu kala teringat masa lalunya. "Malu? Kenapa harus malu? Apa saya salah bertanya di mana keberadaan 'MANTAN PACAR SAYA'?" Winda menekan kata mantan pacar. Seakan merasa spesial telah menjadi mantan kekasih Irwan. "Ya, harus malu 'lah! Yang Mbak tanyain 'kan sudah menjadi suami orang!
Baca selengkapnya
Bab 102 - Hadiahnya Diambil Kembali
"Mas Irwan mau menemui kamu kecuali kamu berubah jadi nenek-nenek atau ibu-ibu dulu," cetus Rani. "Prftt..." Yanti menahan tawa melihat wajah masam Winda. "Ish, dasar! Tuan rumah yang nggak ada sopan-sopannya sama tamu. Pantes, warga di sini banyak yang benci kamu!" ketus Winda. "Nggak pa-pa nggak ada yang suka sama saya. Itu lebih menguntungkan. Dari pada banyak yang suka malah dipinjemin duit melulu.""Siapa juga yang mau minjem sama kamu yang miskin itu! Cuma ngendelin pendapat suami doang! Gayaan suka minjemin orang," cibir Winda. "Sudahlah! Karena nggak ada Mas Irwan saya nggak jadi ngasih ini!" Hadiah pemberian Winda yang ia letakkan di samping tempat tidur bayinya, di ambil kembali oleh Winda. "Saya akan ngasih kalau Mas Irwannya ada dan dia melihat kalau saya yang memberikan ini!" ujarnya beranjak dari duduknya sembari mengangkat kembali hadiah yang tadi sudah diterima oleh Rani. "Loh, kok, bisa gitu?" sahut Yanti. "Kenapa? Nggak suka? Terserah saya dong, ini 'kan hadia
Baca selengkapnya
Bab 103 - Bu Tut Memastikan
"Katanya anak Rani nggak ada mirip-miripnya sama Rani dan Mas Irwan. Bener nggak sih?""Nggak mirip? Maksudnya itu bukan anaknya Mas Irwan, gitu? Jadi, Rani berselingkuh?" tanya Bu Irma. "Hah? Yang bener kamu, Sus?""Saya dengar-dengar gosip di sini sih, begitu! Yang menjenguk kemarin yang ngasih tau saya!" ujar Bu Susi. "Kata mereka, wajah anaknya nggak ada mirip Mas Irwan atau pun Rani-nya. Padahal kalau anak 'kan, biasanya wajahnya ada mirip-mirip sama orang tuanya. Entah itu ayahnya atau ibunya, nah anaknya Rani mah, nggak ada miripnya sama mereka berdua. Meskipun ganteng juga," ungkap Bu Susi. "Wah...! Kira-kira sama siapa Rani bermain serong? Dan kapan kejadiannya? Kok, bisa kita sampai kecolongan?" ucap Bu Tut. Dia meradang namun berusaha menahan emosinya. "Harus kita pantau ini, Bu Tut!" Bu Irma mengompori. "Kita harus selidiki tapi dengan cara yang cantik, agar Rani tidak curiga." Lagak mereka bertiga bagaikan detektif. "Cara yang cantik gimana maksud kamu?" tanya Bu Tu
Baca selengkapnya
Bab 104 - Menyelidiki Rani
"Bu-ibu, habis ngelihat wajah anaknya Mbak Rani, kita langsung pulang ya? Jangan lama-lama. Saya nggak enak," bisik Winda. "Nggak enak, kenapa?" tanya Bu Irma. Dia sudah tak sabar menanti kemunculan Rani. Berbeda halnya dengan Winda, dia malah ingin Rani berlama-lama. "Kemarin saya sudah jenguk ke sini! Tanggapan Mbak Rani nggak ramah sama saya," ujarnya berbisik. "Nggak ramah, gimana?" tanya Bu Tut. "Gimana ya? Mbak Rani seperti sangat tidak suka bertemu dengan saya. Kemarin saja, saya kesini nggak disambut ramah. Padahal saya hanya ingin menjenguk dan membawa hadiah loh!""Benarkah?" sahut Bu Irma dan Bu Tut bersamaan. "Hadiah apa yang kamu bawa? Terus gimana?" tanya Bu Susi."Peralatan bayi, Bu! Kemarin ada temannya juga. Mereka berdua malah mengusir saya. Hadiah saya pun dia nggak mau nerima, jadi saya bawa pulang saja.""Loh, kok gitu? Makin gemas saya sama Rani!" ucap Bu Tut. "Sudah ah, kita langsung blak-blakan saja," timpalnya lagi tak sabar. "E-eh, tunggu dulu, Bu! Taha
Baca selengkapnya
Bab 105 - Tuduhan Tak Berdasar
"Kamu berani mengancam? Apa kamu takut kelakuan busukmu itu terbongkar, ha?""Yang busuk itu bukan kelakuan saya! Tapi, pikiran kalian yang busuk!" cetus Rani. "Sudahlah, Rani! Kamu tidak usah mengelak. Kamu begitu tega mempermainkan Mas Irwan. Sampai hati kamu berbuat begitu. Sudah jelas-jelas kalau kamu selingkuh, bahkan pria ini berani mendatangi rumah kamu," ujarnya seolah prihatin dengan Irwan. "Lihat? Anakmu ini sangat mirip dengan lelaki ini? Ini sudah ada buktinya 'kan?" Winda kembali menimpali. "Dia tidak mirip denganmu atau pun Mas Irwan.""Hahaha...." Rani dan Andra tertawa berbarengan. Membuat Bu Tut, Bu Irma, Bu Susi dan Winda bingung. "Kamu lihat 'kan, Mas! Dia pasti tak bisa mengelak lagi makanya tertawa. Mas Irwan bisa kok, dapetin yang lebih baik lagi dari Mbak Rani. Masih banyak wanita yang ingin menjadi istri kamu, jadi tidak perlu menutupi kelakuan buruk Mbak Rani.""Termasuk kamu gitu? Yang mau jadi istri Mas Irwan? Kamu 'lah wanita baik itu, begitu 'kan?" cibi
Baca selengkapnya
Bab 106 - Bu Tut dan Geng Mati Kutu
"Aaaakkkhhh!" pekik ke empat orang itu. "Heh...! Kenapa kamu menyiram kami?" pekik Winda. "Apa lagi? Saya menyiram supaya jin dan roh jahat yang melekat di tubuh kalian semua pada kabur!" ketus Rani. "Apa kamu bilang?" Bu Tut dan Winda maju, ingin menjambak Rani, namun segera di tepis oleh Irwan. Dia mendorong Bu Tut yang berada di depan dan menumbruk tubuh Winda yang ada di belakang. "Aakkhh..." pekik Bu Tut, yang terduduk menimpa tubuh Winda. "Auwww!" Winda merintih karena ditindih oleh badan Bu Tut yang dua kali lebih besar darinya. "Hei, kurang ajar ya kamu, Irwan!" teriak Bu Tut. "Mas, kok, kamu malah mendorong kami sih?" Winda berkata manja. "Tolongin, dong!""Cih, buat apa? Kalian memang pantas menerima hal itu.""Kok, kamu jahat gini sih, Mas, sama aku?""Memangnya saya wajib gitu baik sama kamu?" sinisnya. "Pak RT, tolong usir saja mereka ini! Terutama wanita ini! Dia selalu mengganggu istri saya!" tunjuk Irwan kepada Winda. "Sudah! Bu Tut, Bu Irma, Bu Susi dan Mbak
Baca selengkapnya
Bab 107 - Permulaan Karma
"Awas kamu, Rani!" Bu Tut menggerutu setelah mendapatkan vonis hukuman dari Pak RT. "Sialan banget. Ini semua salah kamu, Winda!" ketus Bu Irma. "Loh, kok, Bu Irma nyalahin saya sih?" Winda tentu saja tidak terima dengan tuduhan itu. "Kan, yang ngajakin ke rumah Rani, kalian bertiga, kok, malah salah saya?""Iya! Salah kamu! Seandainya saja kamu memberikan informasi yang benar tidak akan seperti ini kejadiannya," bentak Bu Tut. "Kamu sengaja 'kan? Kamu hanya ingin memanfaatkan kami supaya bisa menuluskan niat jahatmu untuk merebut Irwan dari Rani," cetus Bu Tut. Mata Winda terbelalak karena tebakan Bu Tut memang benar. Namun, dia berusaha mengelak. "Enak saja! Memangnya selama ini saya pernah ngajakin ibu-ibu untuk membenci Rani? Bukannya kebalik? Kan, kalian yang ngajakin saya untuk membenci dia. Saya baru datang lagi kemari, malah kalian yang ngomongin dia yang jelek-jelek.""Tetap saja! Ini semua salah kamu! Kalau saja, kami tidak terhasut oleh omonganmu barusan tidak akan kam
Baca selengkapnya
Bab 108 - Ratih Mulai Tergiur
"Ma-maksud, Om! Melayani apa? Menyediakan makan minum untuk Om, gitu?""Jangan pura-pura nggak tau, Ratih! Kita sudah sama-sama dewasa. Kamu ngerti apa yang saya maksud!" Om Heri menyesap rok*k yang terjepit di jarinya. "Tapi... Saya..." Ratih seakan ragu. Namun, tak dipungkiri dia sangat tergiur dengan uang itu. "Kalau kamu mau, uang sebesar sepuluh juta yang ada di amplop itu akan menjadi milikmu! Tetapi... Kalau kamu nggak mau, tidak apa-apa! Saya tidak keberatan tapi uang ini saya ambil kembali."Ratih menelan salivanya. Dia bingung dan juga bimbang, antara menerima atau menolak tawaran itu. "Saya tidak akan memberikan tawaran ini dia kali. Dan kalau kamu menolak uang ini, saya rasa kamu akan menjadi orang yang paling rugi." Om Heri mencoba menggoyahkan pertahanan Ratih. "Kamu tau? Sekarang susah untuk mendapatkan pekerjaan mudah dalam waktu yang singkat. Tidak mudah pula mendapatkan uang sebesar ini dalam satu hari. Apa kamu yakin mau menolak tawaran ini?" Lagi, Om Heri semak
Baca selengkapnya
Bab 109 - Ratih Kepergok
"Ah, iya nih, Bu! Bagus nggak?""Wah, bagus Bu Tut. Kayaknya habis dapat rejeki nomplok nih sampai bisa beli cincin.""Iya, Bu! Saya habis dikasih sama Ratih. Kemarin dia habis gajian dan ngasih saya satu juta. Makanya saya bisa beli cincin sebagus ini," ujar Bu Tut."Beruntung banget ya, Bu Tut. Coba saja anak saya bisa ngasih saya uang banyak kayak gitu.""Iya, Bu! Akhirnya Ratih bisa berbakti juga sama orang tua. Semenjak dia cerai bahkan masih sama suaminya saja, kami orang tuanya yang ngasih makan.""Hah, yang bener, Bu?""Iya! Makanya, waktu si Jono terkena kasus, saya suruh cerai aja sekalian. Punya suami nggak bisa diandelin, buat apa?""Bener, Bu! Zaman sekarang makan cinta mah, nggak bakalan kenyang.""Nah, makanya itu. Laki zaman sekarang pengennya punya istri cantik. Padahal dia sendirinya cuma laki-laki kere. Nggak bisa memenuhi keperluan istrinya. Dia kira makan tampang aja kenyang?""Bener tuh, Bu Tut!""Ya, sudah! Saya pulang dulu ya, Bu-ibu!""Iya, Bu!""Enak ya, Bu T
Baca selengkapnya
Bab 110 - Terungkap
"Tadi itu aku lihat Ratih loh, Mas!""Ratih siapa? Temen kamu?""Ih, bukan! Itu loh, Ratih anaknya Bu Tut.""Terus kenapa kalau kamu lihat dia? Kayak nggak pernah lihat aja sampai heboh begitu!" Sambil berjalan, sesekali Irwan bercanda dengan anaknya. "Tadi itu dia sama seorang laki-laki, Mas! Om-om gitu! Gandengan pula! Mesra banget.""Kamu yakin kalau itu dia? Jangan asal tuduh loh, Yank!""Iya, Mas! Aku yakin! Aku nggak bakalan lupa sama wajah wanita yang sudah mencoba menggoda suami aku.""Kemarin, Bu Tut bilang kalau Ratih itu kerja sebagai asisten bos. Apa iya, ya Mas? Kok, lebih kayak sugar baby gitu?""Sugar baby? Apa itu, Yank?""Itu loh, Mas! Simpanan om-om!""Astaghfirullah! Hush, udah! Kami nggak usah kepo! Dosa tau mencari aib orang!""Astaghfirullah! Maaf, Mas! Habisnya aku kepo!" ujar Rani sambil nyengir meski suaminya tidak melihat karena tertutup masker."Biarkan saja dia! Kamu nggak usah ikut campur. Meski ibu dan dia pernah membuat kita kesal dan pernah memfitnah k
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
789101112
DMCA.com Protection Status