All Chapters of Suami Idiotku Ternyata Mafia: Chapter 21 - Chapter 30
31 Chapters
21# Panggilan Dari ....
Sementara itu, lelaki yang baru saja menutup panggilannya bersama bawahannya itu kini berganti cepat pada kontak seseorang. Ia nampak gugup kala mendial nomor tersebut.Setelah panggilan rersambung, suaranya keluar dengan getar yang kentara. "Anyelira Arsyana sudah saya tugaskan untuk menyelidiki kasus itu. Tolong, lepaskan saya."Tanpa mendapatkan jawaban apapun, telephon sudah terputus. Membuat lelaki utu mengerang frustasi seraya menatap sekeliling ruangannya cemas.****"Aku sudah mendapatkan laporan dari bawahanku, nama samaran F di sini adalah Fahri. Fahri Agustus. Dia pernah menjadi pedagang bakso keliling sebelum dinyatakan hilang."Anyelira menjelaskan duduk perkaranya dengan tenang. Sekalipun dalam hatinya jelas sengsara. Pikirannya tak karuan. Jujur saja, sampai saat ini Anyelira masih bingung, mengapa kasus pamannya di alihkan padanya? Sekalipun sedikit banyak, Anyelira merasa senang namun terap saja. seperti ada yang mengganjal. Ah, lagi-lagi begitu. apa mungkin Anyelira
Read more
22# Mulai Bergerak
“Apa yang kau inginkan?” tanpa basa-basi, Ganesha menyambut panggilan kakaknya dengan nada dingin. “Santai, Little Brother,” kekehan bersambut nada geli menyelimuti mulut lelaki itu. “Aku memanggilmu tentu saja karena memiliki misi untukmu maupun team-mu itu.” Tangan Ganesha mengerat menahan amarah. Jika seandainya mereka bersitatap secara langsung, bukan tidak mungkin Ganesha melayangkan tinju kepada lelaki itu. Little brother katanya? Cuih! Ganesha jijik dengan panggilan itu. sejak kapan mereka menjadi saudara? “Apa perintahmu?” Ganesha menormalkan ekspresinya dengan susah payah. Ia hanya memohon supaya Anyelira tidak kembali sekarang. Sungguh, ia sama sekali tak siap bertemu dengan istrinya itu. “Sederhana, aku ingin kau melenyapkan seseorang.” Lagi. Sejak awal keberadaannya memang sebagai mesin pembunuh bagi orang-orang yang menghalangi jalan lelaki itu, kan? Ah, tidak. Bukan hanya dia. melainkan mereka. ya, Ganesha memang terlahir untuk itu. “Dia jaksa lagi. Rekan kerja istr
Read more
23# Mencari Informasi
Anyelira kembali meneliti alamat yang dkirim oleh Bambang dengan penunjuk sekitarnya. Menurut gps di ponsel Rosa, inilah tempatnya. Sebuah dukuh pesisir pantai yang jaraknya kurang lebih tiga kilo dari penginapan. Sebelum keluar, Anyelira mengecek earphone di masing-masing telinga mereka. Rosa dan El sudah siap dan mereka juga memastikan ponsel dalam keadaa menyala dan dapat dihubungi kapanpun. Syukurlah, signal aman di sini."Ini adalah penyelidikan pertama kalian. Mari kita kerahkan seluruh tenaga kita."Rosa dan El saling berpandangan lalu mengangguk. "Kita bergerak sesuai rencana awal. Aku akan menuju langsung ke lokasi, kalian cari informasi sebanyaknya tentang penyortir bakso itu dari warga sekitar.""Siap. Laksanakan!" jawab Rosa dan Ep bersamaan.Dan merekapun berpisah jalan. Anyelira menuju alamat rumah penyortir bakso itu. Ia menanyakan keberadaannya dari warga sekitar yang ditemuinya. Lalu, saat sudah menemukan, Anyelira mengetuk rumah. Ia mengambil langkah berbahaya. Terle
Read more
24# Ganesha Mengejar
"Oh, ada kurang lebih sepuluh cabang gerobak, Mbak." Didin tersenyum sumringah. "Tapi ya ... gitu. Nggak nentu seharinya. Kadang habis, kadang nggak. Namanya juga jualan."Anyelira mengangguk setuju. Setiap usaha pasti mengalami pasang surut. Ada laba dan juga ada rugi. Selang seling. Dan tidak pasti. "Saya mengerti. Terus ini sudah dimulai sejak kapan? Masnya owner?"Anyelira berusaha menggali lebih dalam lagi. Makin banyak yang ia ketahui, makin baik lagi. Didin mengerutkan keningnya sejenak dan kembali bersikap santai. "Udah dari sepuluh tahun lalu, Mbak. Dulu yang mulai usaha ibu. Karena bapak saya meninggal. Dan syukurlah masih bisa bertahan hingga sekarang."Anyelira tersenyum seraya menganguk-anggukkan kembali. "Udah lama juga ya, Mas. Berarti dulu udah jadi penyuplai bakso gitu ya, ibunya?""Mbak lama-lama kayak wartawan?" Didin mulai curiga. Sekalipun begitu, rautnya masih dibuat sesantai mungkin. Anyelira meremas kedua tangannya. Rasanya mulai mendingin akibat keringat. O
Read more
25# Penolakan El & Rosa
Ganesha ingat, dulu julukannya adalah pembunuh besi. Sebab ia kerap kali menghabisi nyawa korbannya menggunakan bnda tajam yang terbuat dari besi. Macam pisau lipat ini. darah yang bercucuran tak pernah membuatnya ketakutan. Ia sudah lama menanggalkan kata itu saat berada dalam pelatihan keluarganya. Dirinya monster? Iya, Ganesha mengakuinya.“Argh!” teriak orang itu. lelaki yang sama sekali tidak dikenali oleh Ganesha. Pria itu mengaduh dan menjauh. Menatap Ganesha dengan sorot awas dan sedikit kengerian.Apa ini? mengapa tidak ada bedanya dengan para korbannya dulu?“Aku tidak mengerti, untuk apa sebenarnya kau menggangguku?” dia berusaha mengkonfrontasi. Ganesha jelas merasakannya.“Bersenang-senang?” jawabnya tak pasti.Lelaki itu mendengkus. Sebelah tangannya masih mencoba menyeka darah yang merembes keluar dari lengannya yang lain. dan juga, dia terus melebar jaraknya dengan Ganesha yang berusah mengikisnya.Ganesha bisa melihat itu. Dan ia menikmatinya. Saat-saat keputus-asaan
Read more
26# Pengakuan F
Faktanya, Anyelira bahkan tidak bisa fokus untuk mengorek apa yang terjadi dengan F. malah, tadi ia hanya mencari informasi mengenai sejarah dan secuil mengenai bakso di sana. makanya, Anyelira kini tampak tak berdaya. Wanita itu memilih menyerahkan rekaman suaranya. El dan Rosa menerima. Mereka sama – sama berpandangan kala mendengarkan voice recorder itu hingga selesai.“Kok nggak nanya-nanya tentang F, Mbak?” Rosa nampak tak puas.Lira memilih menganggukkan kepala. wajahnya menunduk. Padahal tadi ia meremehkan kemampuan dua orang ini. nyatanya, dirinyalah yang paling tertinggal.“Kenapa malah tanya-tanya sejarahnya segala?” kembali, Rosa mencercanya. Anyelira memilih diam.“Rosa, tenang. Dari yang aku tangkep, si Didin ini memang radak sensitive sih. Coba deh dengerin lagi.” El mencoba menengahi. Lelaki itu kembali mengulang voice recorder yang sudah tertutup. “Ini bahkan baru ditanyain tentang perbakso-an lho. dia sudah nutup akses. Lalu
Read more
27# Pengakuan El
“Ganesha, apa kau terus berlarian saat aku pergi tadi?” nada Anyelira tak menggertak. Bahkan terksan halus dan lembut.Sayangnya, Ganesha tahu, di balik nada suara mendayu itu terselip kemarahan yang begitu besar. Anyelira menyentuh kaki Ganesha yang sudah nampak membiru bahkan kini telah berwarna ungu gelap. Bengkak yang semula tak begitu terasa, kini semakin menjadi. Anyelira tentu panik, makanya perempuan itu lekas membaw Ganesha ke rumah sakit terdekat.“Sebuah keajaiban suaminya masih bisa berdiri tegak sekalipun dipapah. Kondisinya semakin parah. Saya akan merekomendasikan untuk menggunakan kruk. Dan untuk sementara, saya akan memakaikan perban. Supaya suaminya ini tidak terlalu melakukan banyak aktivitas yang dapat menyebabkan lukanya semakin infeksi.”Ganesha melirik istrinya. Tentu saja, Anyelira hanya menganggukkan kepala mengikuti saran dokter. Sebenarnya ia sama sekali tak suka dengan ide itu. hanya saja, saat ia ingin protes menolak, istrinya
Read more
28# Alasan El
Sebuah berita yang cukup mencengangkan bagi Anyelira datang di saat seperti ini. ia mengerjapkan matanya dan mencoba berbicara dengan tenang. “El, apa maksudmu tadi?” tanyanya meminta penjelasan.Dari seberang sana, El tak kunjung menjawab. Tetapi Anyelira memastikan, panggilan mereka masih terhubung. Maka dari itu, Anyelira memastikan sekali lagi.“El?”“Tadi, suawaktu cari informasi, aku berpencar dengan Rosa. Dan aku bertemu F di sana.”Sejujurnya, Anyelira tidak pernah membayangkan hal macam ini. selama ini ia selalu memperkirakan mereka akan menemukan makam F atau jika memang pria itu masih hidup, paling tidak mereka akan bertemu di ranjang pasien. Itupun dalam keadaan koma. Iya, Anyelira memiliki kebiasaan menyiapkan hal-hal terburuk. Sampai-sampai ia jadi bingung sendiri kala mendengar kabar gembira yang tidak sesuai dengan ekpekstasi mengerikannya.“Kalau begitu, syukurlah. Kita bisa segera menutup kasusnya.”
Read more
29# Pesan dari F
Ganesha menatap tajam benda pipih itu. Ia tak peduli bahwa kini tengah memimpin rapat perihal rencana pembunuhan yang akan dilaksanakan oleh Raka. Sekarang, bawahannya itu sudah kembali ke kota."Bos?" panggil Rosa lagi.Ganesha mendengkus dan membanting ponsel milik pemuda bernama F. Dari yang Ganesha dengar F merupakan orang yang tengah dicari oleh Anyelira. Jadi wajar saja jika istrinya itu mengirimkan pesan pada lelaki itu. Hanya saja, Ganesha tak suka. Ia tak pernah senang ketika Anyelira bergaul dan berinteraksi dengan lelaki lain selain dirinya."Ada masalah apa sih?" Kini suara Riki yang terdengar.Ganesha mendengkus marah. Ia melayangkan tatapan tajamnya pada orang-orang itu. "Rencana pembuhan itu ... lakukan dengan cara paling tragis.""Tapi--" Ganesha tak mau mendengar bantahan dari siapapun. Ia harus segera menyembuhkan gemuruh hatinya yang memerintahkannya unyuk segera menyusul pada Anyelira dan menyeret wanita itu kembali oada rengkuhannya. Jika tidak ingin dimusuhi ole
Read more
30# Kabar Duka Lagi
Akan selalu ada kejutan-kejutan yang datang disela-sela sibuknya menata kehidupan. Mencoba bertahan hidup di tengah gempuran rumit yang menyambang tak terduga.Seperti saat ini tepatnya. Ketika Anyelira baru saja membuka matanya kembali, ia mendapati puluhan missed call dari Bambang. Ada apa? itu bukan sesuatu hal yang wajar. maka dari itu, Anyelira mendial balik nomor Bambang. sahabat sekaligus bawahannya itu."Hei, mentang-mentang sedang dinas di luar kota kau jadi bermalas-malasan?" Suara Bambang terdengar marah, sekaligus parau."Ada apa?"Anyelira mengenyahkan kantuknya. matanya menatap waspada mdengar dengusan Bambang dari balik telephon."Fajar tadi ... senior Arkan dinyatakan tewas."Mata Anyelira membola terkejut. Shock bukan main kala mendengar kabar itu. Padahal, bukankah baru kemarin Anyelira dan rekan-rekannya mrnguburkan jaksa ketua. Mengapa, sekarang mendengar kabar duka lainnya? Belum lagi, hal yang sama terulang. Beliau adalah salah satu teman dekat Anyelira."Dia dit
Read more
PREV
1234
DMCA.com Protection Status