Semua Bab Masih Tentangmu (Setelah Kita Berpisah): Bab 21 - Bab 30
145 Bab
Part 21 Pagi Itu 2
Dea sibuk menghapus air mata yang mengalir tanpa kompromi. Ini kalimat yang ditunggunya dulu, perjuangan untuk mempertahankan hubungan mereka. Namun Gama tidak melakukan apa-apa. Kenapa Gama baru sekarang mengatakan disaat semuanya serba sulit."Maafkan aku, De. Aku terlalu egois selama ini.""Sampai sekarang pun kamu masih egois, Mas. Sikapmu ini akan melukai hati Alita. Apa dia nggak sesuai dengan keinginanmu, lalu kamu berpaling.""Aku nggak pernah menyimpan perempuan manapun di hatiku selain kamu. Sejak dulu!"Dea tersenyum sinis. "Bagaimana bisa sampai bertunangan jika nggak ada rasa."Gama membeku. Dengan cara apa dia menjelaskan pada Dea agar wanita ini mengerti. Bahwa sebenarnya, hanya Deandra yang ada dalam hidupnya. Kebersamaannya dengan Alita justru makin menyadarkan apa arti Dea baginya.Ponsel Dea kembali berdenting. "Dokter itu yang menghubungimu?" tanya Gama penuh cemburu.Dea membalas pesan, lantas memandang ke arah Gama. "Kita hanya mantan. Dengan siapapun aku dekat,
Baca selengkapnya
Part 22 Rahasia yang Terungkap 1
MASIH TENTANGMU- Rahasia yang Terungkap Gama berdiri di dekat jendela kaca. Menatap hiruk pikuknya kota Jakarta dari ketinggian. Kota yang tidak mengenal jam istirahat. Penuh kesibukan 24 jam. Kemacetan terjadi di segala penjuru karena tingginya mobilitas masyarakat urban di ibu kota. Ini menjadi pemicu timbulnya stres. Bekerja tak kenal waktu.Saat merasakan tubuhnya makin menggigil, Gama menutup gorden lantas berbaring dan menarik selimut tebal warna putih. Giginya sampe gemertak menahan dingin yang serasa tembus ke tulang.Andai mamanya tahu dia sakit tapi tetap berangkat ke Jakarta, pasti ngomel tiada hentinya. Tadi pagi Gama cuman pamitan lewat telepon. Dipikir pasti dirinya baik-baik saja. Bahkan permasalahan yang sekarang ia hadapi, baik papa dan mamanya juga belum tahu. Justru buleknya yang tahu.Bayangan Dea yang menangis tadi pagi sangat mengusiknya. Membuat terluka dan terasa sangat perih hingga tembus ulu hati. Ingin rasa hati memeluknya tadi. Semoga belum terlambat untu
Baca selengkapnya
Part 23 Rahasia yang Terungkap 2
Gama menyeringai tipis mendengar ucapan sepupunya. Bagi Aryo sikap Gama tidak mengejutkan. Dia sudah tahu, sepupunya yang satu ini memang tidak tahu bagaimana caranya bercanda. Tidak seperti kakaknya Gama yang humoris."Mas Gama, nggak mampir ke Bekasi, ke rumah Mas Damar?" "Nanti kalau sempat aku mampir. Mas Damar nggak tahu kalau aku ada di Jakarta sekarang." Gama menyandarkan kepala di jok mobil. Kepalanya masih nyut-nyutan dan dia tadi lupa membawa obat yang dibelikan Aryo tadi malam.Aryo menepikan mobilnya di warung bubur ayam yang berseberangan dengan kantor. Meski aroma bubur itu sangat harum, tapi menggangu di penciumannya karena perutnya masih tidak enak, tapi Gama tetap memaksa menghabiskannya. Dia tidak boleh tumbang. Banyak hal yang harus ia lakukan setelah kembali ke Jogja. Selesai makan dan sebelum ke kantor, Gama mengambil ponsel dari saku celananya. Hendak menelpon Dea, tapi Antik yang bisa dijadikan alasan, pasti sudah berangkat ke sekolah. Yakin Dea tidak akan men
Baca selengkapnya
Part 24 Menunggu Kabar 1
MASIH TENTANGMU- Menunggu KabarGama diam memandang sudut ruangan. Suhu tubuhnya kembali menghangat, bahkan kian terasa panas. Sampai wajahnya memerah.Namun ia masih bisa memikirkan apa yang diucapkan Saga tadi. Ia tahu betul bagaimana karakter sepupunya itu. Jika sampai membatalkan pertunangan dengan Alita, pasti ada sesuatu yang fatal. Saga termasuk pria perfeksionis. Hanya saja dia merahasiakannya. Dipikir Saga, hubungannya dengan Alita baik-baik saja. Padahal Gama sudah tahu bagaimana tingkah laku tunangannya."Gimana, Mas? Pasti ada sesuatu yang tidak pantas diceritakan sampe Mas Saga nggak mau ngasih tahu. Apa Alita sudah banyak cerita pada, Mas Gama?""Nanti aku urusi itu, Yo. Bentar lagi antar aku ke hotel. Kepalaku sakit.""Check out saja dari hotel. Nginap di rumah kami. Ayo!"Gama tidak punya pilihan. Kali ini ia menyerah. Tubuhnya terasa panas dan menggigil. Dibawa berdiri pun rasanya hendak tumbang. Pak Beny yang dipamiti pun menyuruh Aryo untuk mengajak Gama pulang k
Baca selengkapnya
Part 25 Menunggu Kabar 2
Dea yang baru selesai salat maghrib melihat ponselnya. Ada riwayat panggilan masuk dari Gama. Dia memandang ke samping, Antika yang tadi ikut salat tengah berusaha melepaskan mukena. "Sini mama lepasin." Dea melipat mukena kecil milik putrinya. "Tadi papa nelepon, ya?""Iya. Hari Minggu papa sudah di rumah katanya.""Nggak apa-apa. Papa kan lagi kerja."Antika duduk bersandar di pinggir ranjang. Memperhatikan sang mama yang tengah melepas dan melipat mukena."Ma, kenapa kita nggak tinggal bareng papa. Rumah papa kan besar. Papa juga tinggal sendirian?"Pertanyaan ini yang menakutkan bagi Dea. Sebab dia tidak tahu bagaimana cara menjelaskan. "Teman-teman Antik tinggal serumah dengan papa dan mamanya."Dea meraih tubuh Antika, lantas menaruh di pangkuan. Memeluk gadis kecilnya dengan erat. Dulu sebelum Antika paham dengan semua ini, anak itu diam tidak pernah banyak bertanya. Sekarang dia sudah tambah umur, sudah sekolah dasar, temannya semakin banyak. Tentu makin peka dan heran, kare
Baca selengkapnya
Part 26 Janji di Hari Minggu 1
MASIH TENTANGMU- Janji Hari Minggu Gerimis belum berhenti saat mobil milik Bu Ariana melaju di jalan menuju klinik di mana Gama di rawat. Pagi yang kelabu.Tiga orang duduk di jok tengah dengan posisi Antika duduk di antara mama dan Mbah Putri Ana, panggilan untuk Bu Ariana."Kalian sudah sarapan?" tanya Bu Ariana."Sudah, Bulek. Habis sarapan Antik duduk di teras nungguin papanya. Terus Bulek menelepon tadi," jawab Dea. Sedangkan Antika memandang lurus ke depan. Dia yang biasanya banyak bertanya, kini diam karena tidak sabar untuk segera sampai ke tempat tujuan.Gadis kecil itu tampak khawatir setelah diberitahu kalau papanya sedang sakit. "Gama ikut penerbangan kemarin jam dua siang. Sebenarnya dilarang pulang dulu sama omnya. Tapi Gama ngeyel. Akhirnya dia jatuh nggak sadarkan diri waktu berjalan ke parkiran. Untung pas nggak lagi nyetir. Kan dia berangkat sendiri ke bandara. Mobilnya di tinggal di sana."Mendengar cerita Bu Ariana, tiba-tiba Dea merinding. Bayangan buruk sontak
Baca selengkapnya
Part 27 Janji di Hari Minggu 2
Hal yang membuat kedua orang tua Gama makin yakin dengan apa yang Gama bicarakan dengan mereka tadi malam. Laki-laki yang berbaring itu sudah memberitahu siapa Alita. Pak Benowo terkejut juga karena selama ini Saga tidak bilang apapun padanya. Makin kecewa karena Alita ternyata tidak respek dengan cucunya. "Perempuan seperti ini mau kau nikahi. Cepat sembuh dan selesaikan segera urusanmu," ucap Bu Hawa yang sejak awal memang tidak menyukai Alita. Apalagi sekarang mendengar cerita tentang masa lalu gadis itu. Padahal soal Alita pernah dipergoki Saga saat bersama laki-laki lain belum mereka ketahui."Nduk, duduk sini, sama Mbah Putri." Bu Ariana bangkit dari duduknya, menghampiri dan menggendong Antika yang tadi ceria sekarang bungkam. Kemudian memangkunya di sofa.Bu Hawa bangkit untuk mengupaskan apel buat sang cucu.Sambil menjawab pertanyaan Alita, Gama dilanda cemas. Jika Dea kembali nanti, pasti dia melihat Alita sudah ada bersamanya. Padahal sekarang dia sedang berusaha untuk mey
Baca selengkapnya
Part 28 Masih Mencintaimu 1
MASIH TENTANGMU- Masih Mencintaimu "Pa, kenapa tante tadi pegang-pegang tangan papa?" tanya Antika. Masih sempatnya bocah itu berhenti menghadap sang papa untuk bertanya saat mamanya sudah menunggu di dekat pintu. Bu Ariana yang meraih tas di sofa juga kaget.Spontan Gama dan Dea saling pandang. Namun perempuan itu segera mengalihkan perhatian pada putrinya. "Sayang, ayo kita pulang.""Sebentar, Ma. Papa harus jawab, kenapa tante tadi megang tangannya papa?" ulang Antika tidak terima. Memohon jawaban dari papanya.Perasaan Dea terhempas. Sakitnya kembali terasa. Walaupun itu hal yang wajar, karena mereka sudah tunangan, kan?"Tadi nggak sengaja, Sayang. Antik lihat kan kalau papa menolak di pegang." Gama sendiri kesulitan untuk menjelaskan. Yang ada justru keresahan karena Dea pasti menduga lebih dari itu. Padahal selama ini Gama menjaga diri. Kodratnya sebagai pria dewasa sudah pasti memiliki keinginan. Namun hatinya menolak. Dia tidak akan melakukan sesuatu yang ia jaga dengan ba
Baca selengkapnya
Part 29 Masih Mencintaimu 2
"Bulek ingin sekali melihat kamu dan Gama rujuk. Bukan hanya bulek saja yang mendukung, tapi papa dan mamanya Gama juga."Dea tersenyum, tanpa menanggapi dengan kata-kata. Mereka menginginkan dirinya dan Gama rujuk. Tapi kenyataannya Gama sudah bertunangan dengan Alita. Jika Gama ingin memutuskan hubungan dan bilang masih mencintainya, tapi bukti itu belum ada. Dea tidak akan segampang itu mempercayainya. Dia kenal bagaimana Alita, apa mungkin akan diam begitu saja saat diputuskan.Mobil memasuki halaman rumah Pak Dedy. Kebetulan ada Bu Wetty yang duduk berdua dengan sang suami. Wanita itu membuka pintu pagar depan dengan remote control di tangannya."Kakek," teriak Antika saat pintu mobil terbuka. Lelaki yang sebagian rambutnya berwarna keperakan itu lekas menghampiri dan menggendong sang cucu ke teras. Saat itu masih gerimis.Bu Ariana akhirnya turun sebentar untuk saling sapa. Berangkat tadi tak sempat bicara hanya saling melempar senyum dengan Bu Wetty.Hubungan mereka membaik be
Baca selengkapnya
Part 30 Keputusan 1
MASIH TENTANGMU- Keputusan Kaget. Tentu saja. Luluh lantaknya hati begitu terasa di dalam sana. Dokter itu ternyata tidak main-main. Untuk bisa mendapatkan ibunya, dia lebih dulu mengambil hati anaknya."Kapan ngasihnya?" tanya Gama. Kesempatan untuk mengorek informasi."Kemarin sore," jawab polos Antika."Om dokter itu baik, Pa. Dia ramah pada Antik. Bawain cokelat juga." Mendengar kalimat itu serasa lukanya disiram air garam. Dokter Angkasa telah mencuri start darinya. Antika tidak tahu kalau hati papanya porak poranda oleh rasa cemburu. Dia tidak tahu kemelut apa yang dialami papanya.Gama mencium rambut putrinya yang masih sibuk dengan puzzle. Saat itu Mbak Sri datang membawakan minum dan kukis di toples untuknya. "Monggo, Mas Gama. Diminum tehnya.""Ya, Mbak Sri. Makasih banyak.""Njih." Mbak Sri kembali ke belakang.Di luar hujan turun dengan derasnya. Disertai angin dan petir. Antika sontak memeluk sang papa. Kaget dengan bunyi petir yang menggelegar. Gama mendekapnya erat.D
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
15
DMCA.com Protection Status