Semua Bab Dipaksa Menikah dengan CEO: Bab 11 - Bab 20
30 Bab
Bab 11 Kesalahpahaman Terungkap
Di tengah situasi canggung penuh kesalahpahaman. Thara teralihkan dengan seorang pria yang baru saja masuk ke dalam restoran. Sontak wanita itu membola menatap pria tampan tersebut. Ia tampak melangkah menuju meja Thara."Tuan Malvin," panggil Thara terpana ke arah pria tersebut. Malvin ikut mengalihkan atensi menatap sekretarisnya yang baru saja datang dengan senyuman yang tampak menyilaukan karena masuk ke restoran bertepatan dengan lampu pintu yang tiba-tiba dinyalakan."Dia adalah sekretaris saya," jelas Malvin memberitahu. Savian tampak duduk di meja yang lain. Menunggu atasannya selama pertemuan karena kunci mobil milik Malvin dipegang olehnya. "Apa?" Thara tak percaya dengan kebenaran yang ia peroleh."Sepertinya Nona salah paham dengan mengira sekretaris saya sebagai saya," ucap Malvin setelah menyimpulkan apa yang mungkin terjadi. "Jadi siapa wanita yang saya temui di kencan buta itu?" tanya Malvin langsung ke inti ka
Baca selengkapnya
Part 12 Permintaan Si Soft Boy
Savian tampak membuka pintu ruang CEO setelah dipersilakan masuk. Dengan langkah kakinya yang panjang membuat ia bisa cepat tiba di hadapan Malvin kurang dari tiga puluh detik dari pintu masuk ke depan meja kerja atasannya itu. Malvin tampak mengalihkan atensi menatap Savian lekat-lekat. Orang yang dipandangi merasa tidak nyaman. "Ada hal mendesak apa Pak CEO memanggil saya?" tanya Savian menghadap. Malvin tampak memangku wajahnya, dengan tatapan datar ia berucap, "Temuilah Nona Thara dan bujuk dia untuk mengatur pertemuanku dengan wanita yang mengantikannya di kencan buta." Nada perintah itu terdengar mendikte. Savian tidak bisa menolak perintah tersebut. Walaupun hal tersebut tidak menyangkut pekerjaannya. Namun, sudah bertahun-tahun Savian hidup dengan arahan Malvin yang sudah ia anggap sebagai kakaknya sejak ia pertama kali menginjakan kaki di rumah besar tempat Malvin tinggal."Baik, Pak. Saya akan segera menemui Nona Thara," ja
Baca selengkapnya
Bab 13 Susah Nolak Cogan
Thara ditengah kebimbangan, di satu sisi ia teringat dengan Moza, sahabatnya dan di satu sisi ia memikirkan perkataan Savian matang-matang. Walaupun perjodohan antara dirinya dan Malvin sudah selesai, tetapi apa yang dikatakan Savian ada benarnya juga. Seorang Malvin Alexander Batara, pasti tidak akan memberi ampun orang yang telah membohonginya. "Bisakah Nona Thara membantu saya?" pinta Savian dengan sepenuh hati. Tatapan kosong Thara kembali teralihkan menatap pria di hadapannya.Lihatlah wajah tampan menggemaskan itu, rahangnya yang tegas tampak memperjelas garis wajah menawannya. Kacamata frameless yang dikenakan tampak membingkai wajahnya dengan sempurna. Thara menelan ludah, kemudian refleks mengangguk. Ia tidak bisa menolak Savian. Tidak bisa!'Maafkan aku Moza, aku terayu oleh pria tampan!' "Terima kasih Nona. Saya harap kabar baik dari Nona dengan segera tentang waktu pertemuan," ucap Savian menyunggingkan senyum lebar yang terlalu terlihat menawan.'Emang susah nolak yang
Baca selengkapnya
Bab 14 Ketemu Crush Lagi
Di hari Sabtu yang cerah, Moza berkunjung ke kedai yang dikelola kedua orang tua serta Naka adiknya jika sudah pulang kuliah. Sudah menjadi rutinitas baginya saat libur kerja di akhir pekan ia akan menyempatkan diri membantu kedua orang tuanya berjualan. Karena biasanya saat weekend kedai akan ramai oleh pengunjung. "Ka buruan sini bantuin aku racik bakso. Udah ditungguin pelanggan ini. Aku dispamin mulu!" omel Naka di dapur mendesak kakak perempuannya untuk segera bergabung membantu. "Iya, bawel banget ih," jawab Moza bergegas menghampiri adiknya. "Emang berapa pesanannya?" tanya Moza mulai cekatan mengambil plastik pembungkus. "Dua puluh bungkus," jawab sang adik yang tampak gesit meracik bakso pesanan. "Buset! Banyak bener," tukas Moza refleks menoleh ke adiknya yang kembali memeriksa pesanan di layar ponsel. "Dan itu buat pesanan lima varian bakso Mercon dengan mie Sehun (semuanya bihun), lima varian bakso jumbo dengan
Baca selengkapnya
Bab 15 Jebakan Tipu Daya
Setelah Rendy pamitan pulang dan kedai tampak sepi pengunjung. Moza dan Thara yang bertugas menjaga kedai sore ini. Mereka tampak duduk saling berhadapan dengan sisa es campur dan bakso yang mereka racik sendiri sesuai selera mereka."Apa maksud lo bilang ke Rendy kalo gue udah punya pacar?" protes Moza sinis tidak terima.Setelah setengah hari penuh meminta pertanggung jawaban atas celetukkan Thara. Membuatnya kesusahan menghadapi Rendy yang selalu menghujaninya pertanyaan tentang pacar bohongan yang ia akui. "Abis percintaan lo terlalu ngenes, Za. Ayolah move on. Di umur segini udah saatnya lo berusaha nyari jodoh lo," jawab Thara kemudian menyeruput es campur miliknya. Moza tampak langsung murung. "Kini saatnya lo cari cowok yang bisa menghargai serta menyadari kehadiran lo di hidupnya lebih dari apapun dan yang terpenting dia harus lebih tampan dan lebih segalanya dari Rendy," lanjut Thara memberi penekanan pada kalimat terakhir."Iya, nyari di mana? Gak ada kali cowok yang kay
Baca selengkapnya
Part 16 Sebuah Tawaran Kerja Sama
Alkisah pada zaman dahalu hiduplah dua orang sahabat. Demi menikah dengan seorang pangeran pujaan hati, seorang gadis yang takut memiliki saingan pun membohongi sahabatnya dengan membawanya ke sebuah hutan. "Sahabatku aku melihat ada seorang pria tampan di dalam gua. Sungguh sangat tampan. Maukah kau melihatnya? Aku sudah melihatnya pagi ini," ucap sang gadis berbohong dengan cara membangun rasa penasaran dalam diri sahabatnya itu. Sang sahabat yang percaya dengan pernyataan tersebut tanpa ragu memutuskan untuk masuk ke dalam gua ditemani sebuah obor yang menyala memasuki gua yang dalamnya begitu gelap tanpa celah di dinding batu. Sang sahabat itu merasa begitu penasaran, memutar atensinya ke segara arah mencari pria tampan yang diberitahukan sabahatnya itu. Ia mulai merasakan sedikit keanehan. Hingga tiba-tiba telinganya dengan jelas mendengar suara seperti ranting patah entah dari mana asalnya. Gadis yang berada di gua itu merasakan sesuatu
Baca selengkapnya
Bab 17 Sebuah Kerja Sama
Lamat-lamat Malvin memperhatikan paras cantik wanita di hadapannya. Ekspresi yang tampak menggemaskan dengan kedua mata membola serta mulut yang sedikit terbuka, mencoba menerka. Pria itu tersenyum kecil, otaknya tengah memikirkan sebuah rencana kecil yang terlintas di pikitannya, dan entah mengapa sepertinya akan menyenangkan jika rencana tersebut dijalankan bersama wanita lucu di hadapannya."Tuan, pekerjaan apa yang Anda tawarkan?" tanya Moza akhirnya. "Saya ingin menawarkan sebuah kerja sama dengan Nona. Karena perjodohan terakhir dengan Nona Thara gagal. Kakek saya pasti akan mengatur kembali perjodohan. Saya tidak ingin lagi menghadiri kencan buta yang membuat waktu saya terbuang sia-sia. Untuk itu saya ingin Nona berakting meyakinkan Kakek dan Nenek saya sebagai KEKASIH. Jadi saya tak perlu lagi pergi ke kencan buta karena sudah memilih CALON ISTRI saya sendiri," terang Malvin kemudian meraih secangkir kopi miliknya. Pelan tapi pasti bibir sensual pria itu beralih menyeruput
Baca selengkapnya
Bab 18 Morning Call
"Saya ingin menepati janji saya kepada Nona Lisa. Jika saya akan sering menghubungi Nona," ucap Malvin terdengar begitu polos. Namun, tidak dengan tindakannya. "Ini masih jam dua dini hari loh, Tuan!" tandas Moza kesal karena kenikmatan tidurnya diganggu. "Kita, kan akan menikah. Anggap saja ini morning call menyapa calon istri," jawab Malvin setelah mendengar celotehan wanita lewat earbuds yang ia kenakan di kedua telinga. 'Morning Call seperti hubungan sungguhan saja!' Desah Moza seraya memanyunkan bibir saat mendengar penuturan Malvin. "Jika bicara tolong yang benar. Bukan akan menikah tapi akan pura-pura menikah. Dan untuk Morning Call jelas Tuan sudah salah waktu," omel Moza tidak terima dirinya diperlakukan seenaknya. "Jadi apakah saya mengganggu tidur Nona?" tanya Malvin mengalihkan pembicaraan.'Heh! Segala ditanya!' Moza tambah kesal dibuatnya. "Iya, saya sedang tidur tadi," ketus Moza menjawab jujur.
Baca selengkapnya
Bab 19 Rencana Latihan Pertama
'Angkat nggak? Angkat jangan?!' Ting!Pintu lift akhirnya terbuka di lantai satu. Malvin dan Savian mengalihkan atensinya dari Moza dan akhirnya melangkah keluar bersama. Moza menyusul setelahnya, tetapi ia langsung bergegas menjauh. Mencoba bersembunyi di balik pot besar di samping lift. Panggilan dari Malvin masih tersambung. Setelah dirasa aman, Moza akhirnya mengangkat panggilan telepon tersebut. "Halo," ucap Moza mengawali panggilan. "Halo, Nona saya kira Nona tidak bisa dihubungi karena telepon saya tidak kunjung diterima," balas Malvin yang kini sudah berada di dalam mobil. "Maaf, saya sibuk tadi. Ada apa ya Tuan menelepon?" tanya Moza to the point langsung ke inti. "Saya ingin mengajak Nona latihan mulai malam ini. Jadi jangan sampai terlambat," jawab Malvin memberitahu. "Apa malam ini?" Moza lumayan terkejut. Karena tumpukan pekerjaan masih banyak yang belum dikerjakan. Padahal malam ini ia berni
Baca selengkapnya
Bab 20 Kencan Berkedok Latihan
Dua orang pria paruh baya tampak berjalan mendekati Ibu Marni dan Ibu Neni. "Udah, Mah jangan ganggu mereka," cetus seorang pria yang merupakan suami Ibu Neni. "Eh, Papah," ucap Ibu Neni refleks menoleh ke suaminya. "Ini Mamah juga, kan Papah udah larang tadi," sahut suami Ibu Marni protes. "Ih, apaan sih, Pah. Orang kita cuma ngajak mereka bareng rombongan kita masuk ke Le Bridge kok," jelas Ibu Marni memberitahu sang suami yang sudah tahu bagaimana sikap istrinya itu. "Mereka mana mau bareng rombongan kita, Mah. Mereka kan masih muda-muda begitu. Sedangkan kita udah aki-aki, nini-nini," timpal suami Ibu Marni meraih pundak sang istri memberi masukan.Moza yang merasa tak enak hati akhirnya mengambil sikap. "Kami mau kok Pak, Bu. Tidak apa, justru semakin ramai akan semakin asyik," aku Moza yang jelas tak semuanya benar, sebenarnya ia masih sedikit kesal. Namun, ia tak ingin bersikap berlebihan lagi. Lalu kenapa pula ia mendadak kesal ya? Ah, Moza harus ingat jika hubungan ini h
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123
DMCA.com Protection Status