Dipaksa Menikah dengan CEO

Dipaksa Menikah dengan CEO

By:  Dewly Lily  Ongoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
Not enough ratings
30Chapters
588views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

"Pokoknya saya tidak mau menikah dengan Tuan!" tolak Moza mentah-mentah. "Apakah saya tidak pantas untuk Nona? Saya cukup tampan, kaya, berbakat serta perusahaan yang saya pimpin termasuk sepuluh besar perusahaan terbesar di negara ini." Malvin mempromosikan dirinya tidak ingin ditolak. 'Aduh! Mana bener lagi.' Moza frustasi. Andai jika Moza yang dijodohkan mungkin ia tidak akan menolak, tetapi dia bukanlah Thara, sahabatnya yang dijodohkan dengan Malvin yang justru adalah pimpinan perusahaan tempatnya bekerja. Moza hanyalah seorang joki di kencan buta sahabatnya yang tidak mau menikah karena perjodohan. Apa yang harus ia katakan untuk menolak ajakan menggiurkan ini? Dan bagaimana caranya agar ia bisa membuat Malvin tak mengejarnya lagi?

View More
Dipaksa Menikah dengan CEO Novels Online Free PDF Download

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments
No Comments
30 Chapters
Bab 1 Scandal Rumor Palsu
Jarum panjang jam terus berdetak memutar melewati setiap garis kecil penanda detik waktu terus berlalu. Suara detak jam tak bisa terdengar, terkalahkan oleh suara kencang musik DJ yang mengalun membuat suasana dalam ruangan di lantai 25 itu bergema begitu memekakan telinga. Malvin untuk kesekian kalinya kembali memperhatikan jam dinding, yang tergantung di dinding atas meja bartender yang tengah sibuk menyiapkan minuman yang sudah masuk list pesanan. Pria dengan tampilan maskulin itu mencoba menyeruput kopi dingin dalam genggaman, guna mengusir sedikit rasa kesal yang tengah ia rasakan. Seorang wanita dengan pakaian seksi memperlihatkan lekuk tubuh, tiba-tiba datang menghampirinya menawarkan segelas sampanye mencoba menarik atensi. Ramput pirang yang sengaja digerai dikibaskan ke belakang, demi mengekspos bagian pundak sampai belahan baju. Namun, melirik pun tidak, Malvin justru mengabaikan wanita tersebut. Karena semakin lama merasa terganggu, pria itu akhirnya melirik dengan mata
Read more
Bab 2 Moza Si Next Try
JAKARTA Lantai delapan tempat divisi pemasaran satu berada. Ruang kerja berisi enam meja yang saling bersisihan kecuali meja manajer serta wakil manager itu kini dipenuhi dengan wajah-wajah tegang. Setelah mengetahui jika perusahaan akan menyambut CEO baru yang telah lama mengurus perusahaan cabangnya di New York, setiap divisi langsung sibuk merapikan laporan di divisinya masing-masing. Karena dari semua divisi di perusahaan tidak ingin kena semprot oleh pimpinan baru. Setelah berlarut-larut dalam kerjaan, waktu istirahat akhirnya tiba. Semua karyawan dalam ruangan tampak membenarkan posisi duduknya, tetapi tidak ada yang berani istirahat keluar di hari yang super sibuk kali ini. Belum lagi Bu Manager hari ini yang terlihat super sensitif karena data laporannya tak kunjung selesai direkap. Namun, berbeda dengan seorang wanita bernama Moza. Di tengah suasana menegangkan dalam ruangan, wanita itu masih sempat-sempatnya menyunggingkan senyum lebar, tatkala sebuah pesan ajakan makan s
Read more
Bab 3 Dorongan Kencan Buta
Kamar dengan atap kubah berlangit-langit putih itu memiliki nuansa warna putih, marun dan perak yang memberikan kesan begitu mewah untuk sebuah ruang kamar berukuran 3×5 meter. Mulai dari tirai, hiasan kaca, hiasan dinding, karpet, pinggiran kursi sampai dipan dilapisi dengan warna yang dominan terlihat mewah.Terdapat dua lampu gantung, masing-masing di atas tempat tidur beludru warna marun dan satu lagi di atas sofa untuk menjamu tamu. Tak lupa lantai marmernya yang berwarna gading semakin memperindah suasana kamar. Kini Malvin duduk di sofa yang sengaja didekatkan di sisi ranjang king size tempat Nenek Puspa bersandar. Setelah landing sampai di Jakarta. Ia memutuskan untuk segera menemui Nenek Puspa serta Kakek Rama di mansion yang sudah berkali-kali melakukan renovasi ini.Nenek Puspa tampak begitu pucat. Kali ini ia benar-benar terkejut dengan rumor yang menyebar mengenai cucu kesayangannya. Di tengah kondisi fisik serta mental yang terguncang, setidaknya ia senang akhirnya bisa
Read more
Bab 4 Kukira Mangsa Ternyata Malaikat Maut!
"Thara lo waras?" keluh Moza melihat wajahnya yang tiba-tiba di make up begitu tebal. "Hush! Jangan berisik ah. Nanti juga lo bakal pangling lihat wajah lo sendiri," tampik Thara fokus mendandani Moza di apartemen miliknya. "Harus banget ya gue didandani kek gini?" Moza kembali protes. "Iyalah lo kan mau mencampakkan cowok masa lo kaya pulu-pulu, kan gak lucu. Kali ini gue mau lo nunjukin diri jadi wanita badas yang hobinya mainin cowok. Keren, kan skenario gue," kekeh Thara menyapukan kuas make up ke pipi Moza. "Mending si jadi cewek jelek terus bego sekalian," timpal Moza. "Udah pernah gue pake cara itu. Eh, malah gue disukai sama om-om yang dateng ke kencan buta. Untung gue pake rencana cadangan," sangah Thara mengingat kejadian kencan buta dua minggu yang lalu."Rencana Cadangan? Om-om? Ha!" Moza sedikit terkejut mendengar jika Thara kencan buta bersama om-om. "Iya, selama kencan buta kebanyakan yang dateng udah om-om umur tiga puluh tahun ke atas. Yang tiga puluh tahun ke ba
Read more
Bab 5 Keberuntungan atau Kemalangan?
Satu Minggu yang lalu.Lantai delapan Batara Group Gedung Pusat."Za, lo tahu gak rumor tentang CEO baru kita?" cetus Tiara memepetkan kursi kerja. Seperti biasa pasti akan ada sesi menyebarkan rumor atau gosip di sela kerja harian dengan rutinitas yang sama. "Apa emang?" timpal Moza penasaran. Mendekatkan telinga. "Katanya CEO baru kita itu pasien sakit jiwa," bisik Tiara dengan mata jelalatan mengantisipasi atensi karyawan lain yang tiba-tiba memperhatikan mereka."Ha? Masa sih kok bisa?" tanya Moza penasaran dengan mata terbelalak karena info ini baru didengarnya."Hush! Jangan kenceng-kenceng, bisik-bisik aja. Jangan lupa pura-pura kerja!" bisik Tiara benar-benar waspada level tinggi. "Iya iya terus kenapa kok bisa disebut pasien sakit jiwa?" bisik Moza mengulangi pertanyaannya."Katanya Pak CEO terkenal banget di kantor New York dan kantor ini sebelumnya. Sebagai pasien gangguan kecemasan yang akan melakukan semua yang dia katakan. Seorang pendukung fanatik dari larangan berpa
Read more
Bab 6 Tampan itu Keharusan Tapi Cinta yang Utama
"Nona Thara masih di sana?" tanya Malvin berhasil menyadarkan Moza yang tengah kemelut dengan pikirannya."Ah, iya. Saya tahu! Kenapa saya tidak mau menikah dengan Tuan!" sahut Moza kembali tersadar. Ia harus mendeklarasikan penolakannya. Jika tidak bisa-bisa ia habis oleh Thara nanti."Kenapa, Nona?" Malvin mengkonfirmasi alasan dirinya ditolak."Karena Tuan bukan tipe saya!" tandas Moza memberitahu."Tipe seperti apa yang Nona Thara sukai?" Malvin balik bertanya, dengan tenang menanggapi. "Yang jelas yang tidak mengajak menikah lewat telepon," sahut Moza asal. "Baik, jadi kapan kita bisa bertemu?" "Apa! Tidak! Saya tidak mau bertemu Tuan lagi. Kencan buta kemarin adalah pertemuan terakhir kita," tandas Moza mencak-mencak.Tut!Moza mematikan panggilan, merasa frustasi."Aduh! Kenapa setelah kencan buta hidupku jadi banyak kejutan gini. Kuharap kejutan ini sudah berakhir. Kasihan jantungku." Moza menarik napas kemudian mengembuskannya perlahan seraya mengusap dada. Tanpa sadar ia t
Read more
Bab 7 Janji Tetaplah Sebuah Janji
"Saya tidak menyangka Nona Thara mengajak saya bertemu secara mendadak," ucap Malvin setelah duduk tegap di hadapan Moza. Moza kembali tersadar, ia harus fokus. "Maafkan saya Tuan karena mendadak mengajak bertemu," balas Moza menyunggingkan senyum."Tidak, justru saya senang karena saya juga ingin bertemu Nona," timpal Malvin melepas setelan jasnya. Moza kembali menelan saliva."Maafkan saya Nona karena saya datang dengan penampilan berantakan. Kali ini saya mengalami hal yang tidak mengenakan di jalan," aku Malvin menyugar rambutnya. 'Heh! Malah minta maaf. Eh, gak! Pak CEO emang harus minta maaf. Bisa-bisanya rambutnya yang disugar, hatiku malah yang bergetar. Sialan!' rutuk Moza hatinya menangis haru dengan pemandangan indah yang baru saja ia lihat. "Jadi Nona berkaitan dengan pernyataan saya ditelepon kemarin. Saya ingin mengajak Nona—" Moza membola, ia tahu apa yang akan pria di hadapannya ucapkan. "Tuan Malvin mau pesan apa?" potong Moza dengan cepat. Hatinya belum siap denga
Read more
Bab 8 Bau-Bau Kesalahpahaman
Waktu sudah menunjukan pukul sembilan malam. Malvin menyeringai menatap paras wanita yang tengah terlelap dalam tidurnya. "Tidak kusangka kau akan menungguku. Apakah ini yang dinamakan takdir? Sekarang kau jelas ditakdirkan menjadi jodohku," gumam Malvin menyunggingkan senyum. Kini ia sudah berada di hadapan Moza yang ketiduran dalam penantiannya. Wanita di hadapan Malvin tampak sangat cantik, Moza begitu anteng dalam tidurnya. Membuat Malvin refleks kembali tersenyum memperhatikan Moza yang bisa tertidur dalam posisi duduk. Sembari menunggu Moza terbangun, Malvin memeriksa beberapa berkas penting melalui gawai miliknya. Hingga, pelayan restoran membawa minuman pesanan Malvin. Sekitar satu jam kemudian, wanita yang telah Malvin tandai sebagai jodohnya itu tampak menggerakan tubuh.Moza mengerjap, hingga akhirnya membuka mata. Wanita itu tampak melihat Malvin di hadapannya."Nona sudah bangun?" sambut Malvin tersenyum kecil. S
Read more
Bab 9 Kedai Bubur Penebar Pesona
Savian kembali terpokus pada lawan bicaranya. Dengan intens ia memperhatikan penampilan wanita yang dikenal sebagai anak tunggal InterPress Gruop tersebut yang telah ditandai Malvin sebagai istrinya. Nona Thara yang ia lihat sekilas saat pertemuan dengan atasannya beberapa hari yang lalu terlihat begitu berpenampilan seksi dengan make up tebal menghiasi wajah. Savian menelisik, memperhatikan penampilan wanita di hadapan. Penampilan anak tunggal InterPress Group kali ini justru terlihat berbeda dengan make up tipis serta setelan baju yang lumayan sopan.'Apakah wajah aslinya tanpa make up tebal memang seperti ini?' Savian menerka. "Maaf saya sedikit terkejut," cetus Thara mengendalikan diri dari keterkejutannya."Ada urusan apa ya Tuan mencari saya? Bukankah masalah perjodohan sudah terselesaikan kemarin?" tukas Thara menyesalinya. Hatinya menangis karena meminta Moza menolak lamaran pria setampan nan memesona di hadapannya."Ah, jika b
Read more
Bab 10 Keinginan Thara
Di kamarnya yang hanya berukuran 3×4 meter itu Moza tengah sibuk mengecat kuku kakinya dengan kutek berwarna nude. Kamar yang dipenuhi dengan kenangan semasa bersekolah dulu tak berubah. Hanya bertambah beberapa dekorasi yang ikut menenuhi ruang kamar. Sejak SMA Moza sangat hobi membeli poster idol Kpop kesukaannya, bahkan poster tersebut masih awet memenuhi dinding kamar. Belum lagi pernak-pernik Kpop lainnya. Karena menjadi fangirl membuatnya betah menjomlo selama ini. Lebih tepatnya betah menunggu Rendy menyadari kehadirannya. Masa-masa SMA yang membuatnya memiliki sahabat seperti Thara sampai saat ini. Saat Moza tengah sibuk dengan pikirannya sendiri. Tiba-tiba dering ponselnya berbunyi. Wanita itu meraih ponsel di atas nakas. Melihat nama kontak yang meneleponnya malam-malam. Tebakannya adalah Thara dan ternyata tepat sasaran."Ada apa, Ra?" tanya Moza langsung ke inti. "Gue baru ketemu Malvin," aku Thara membuat Moza langsung membola.
Read more
DMCA.com Protection Status