Semua Bab Anak Kembar Tuan Miliader : Bab 11 - Bab 20
84 Bab
Bab 11 : Sedikit Informasi
Jayden mengernyitkan keningnya saat mendengar pertanyaan yang Terry lontarkan. Mata ambernya terlihat memutar, seolah enggan menjawab pertanyaan itu.Pria pemilik bar itu lebih memilih untuk mengalihkan atensinya pada Vodka pesanannya yang baru saja diantar oleh salah seorang bartender yang berpenampilan seksi yang bekerja di bar miliknya. Bartender wanita itu hanya menggunakan baju crop sedada dan rok mini yang membalut tubuh seksinya, memperlihatkan perutnya yang ramping dan kakinya yang begitu jenjang. Ben mencuri curi pandang pada bartender itu sebentar, melihat penampilan indah di depannya dengan gaya coolnya, yakni dengan tangan menyilang di depan dada dan tatapan mata lurus yang memberi kesan kuat dan juga dominan yang melekat pada dirinya. Hal ini tentu membuat bartender itu mengedipkan mata dengan kerlingan menggoda pada Ben untuk menarik perhatian pria itu. Ben tadinya ingin membalas godaan itu. Akan tetapi, ada hal mendesak yang jauh lebih penting saat ini, yakni tentan
Baca selengkapnya
Bab 12 : Rasa Tertarik?
"Jasa seperti apa yang kau maksud, Ben?"Ben tersenyum kecil mendengar pertanyaan itu. Ia menurunkan tangan dari wajahnya lalu membenarkan posisi duduknya menjadi tegap. Setelah itu, ia menatap Jayden yang saat ini tengah menampilkan mimik wajah bingung karena tak mengerti dengan ucapannya."Tolong jangan berpura pura bodoh di hadapanku, Jay. Aku tahu kau pasti mengerti apa yang aku maksud," Tawa kecil keluar dari mulut Ben, memenuhi ruangan yang terasa sunyi ini. Ben merasa geli jika sahabatnya berpura pura polos seperti sekarang, padahal ia adalah pemain paling handal dalam lingkaran pertemanan yang mereka buat. Ah... mengingatnya saja Ben merasa rindu. Ia ingin berkumpul lagi bersama grup yang ia buat jika semua temannya memiliki waktu senggang."Aku hanya tak ingin salah menangkap arti perkataanmu. Jadi lebih baik kau bicarakan saja secara langsung agar aku tak pusing berspekulasi ataupun menerka perkataanmu yang ambigu itu," jawab Jayden dengan nada tegas.Pria dengan mata amb
Baca selengkapnya
Bab 13 : Kedatangan Kai
Kini, Ivy berada di taman kota sendirian atas permintaan orang yang meneleponnya sewaktu ia akan memejamkan mata. Wanita itu sengaja tak membawa kedua anaknya karena takut mereka sakit, mengingat hari sudah sangat larut. Selain itu, ia tak mau Terra dan Terry kekurangan tidur hanya karena menemaninya ke taman kota untuk mencari tahu siapa orang yang meneleponnya tadi.Suhu udara yang rendah ditambah dengan angin yang berembus kencang membuat Ivy bersin beberapa kali karena ia memang memiliki alergi pada suhu udara yang dingin.Ivy merapatkan mantel yang ia gunakan untuk menghalau rasa dingin yang terus menusuk tubuhnya tanpa henti. Wanita itu menggigil kedinginan karena hanya menggunakan mantel tipis untuk menutupi tubuh mungilnya. Ivy melirik ke arah jam taman kota yang terletak di tengah taman. Sudah pukul setengah sebelas malam. Karena lelah berdiri, Ivy pun memutuskan untuk duduk di salah satu bangku taman sembari menunggu orang itu datang. Sesekali, Ivy juga menggosok telapak
Baca selengkapnya
Bab 14 : Awal Mula
Ivy kelabakan. Gadis itu tak tahu harus menjawab apa di situasi sekarang ini. Bibirnya terasa kelu, seolah kata kata yang sudah ia susun rapi dalam kepalanya tak bisa keluar dari mulutnya, seperti ada sesuatu yang menahannya.Kai melirik Ivy dengan tatapan bingung. Ia ingin tahu apa yang sebenarnya Ben bicarakan. Maka dari itu, Kai menggenggam tangan Ivy dan mengelusnya dengan perlahan, memberikan sensasi tenang pada Ivy."Ivy, jawab pertanyaannya. Apa maksud—"Perkataan Kai menggantung begitu saja ketika melihat Ivy yang mengedipkan mata dua kali, memberikan kode khusus para pria berambut pirang itu. Kai yang tak mengerti dengan situasi ini memilih untuk menganggukkan kepala. Setelah itu, Kai memusatkan perhatiannya pada Ben yang saat ini masih menatap dengan kesal ke arah keduanya."Um...tuan, bisa anda duduk dahulu? Kita bicarakan baik baik," pinta Kai dengan nada lembut, berusaha untuk mencari tahu apa tujuan Ben membuat keributan di tengah malam seperti sekarang ini.Ben tak men
Baca selengkapnya
Bab 15 : Hampir Terulang Kembali
Terry terbangun dari tidurnya karena tenggorokannya terasa kering. Bocah laki laki itu mengerang kesal karena mimpi indahnya terganggu. Ia pun segera mendudukkan dirinya diatas kasur untuk mengumpulkan kesadarannya yang sempat berceceran.Setelah dirasa cukup sadar, Terry pun melangkahkan kaki kecilnya menuju ke arah dapur untuk mengambil air minum. Karena dispenser miliknya terlihat cukup tinggi, Terry pun menggusur salah satu kursi pendek yang biasa ia gunakan untuk mengambil air minum sendiri seperti sekarang.Setelah kursi berada di depan dispenser, Terry pun menaiki kursi itu dan mengucurkan air dari dispenser ke dalam gelas, lalu segera meneguknya dengan cepat.Bocah laki laki itu tersenyum kecil begitu ia mendapatkan air yang ia butuhkan. Terry langsung meminumnya dengan rakus dengan meneguknya sekaligus.Setelah menyimpan gelas yang telah kosong di atas wastafel, Terry hendak kembali ke kamar untuk melanjutkan mimpinya, sebelum adik kembarnya—Terra— terbangun sembari mengucek
Baca selengkapnya
Bab 16 : Terselamatkan
Kai merasakan perasaan gelisah ketika berada di kantor kakaknya yang berada di atas klub yang ia bangun. Pria dengan mata amber dan rambut pirang itu merasa tak tenang meninggalkan Ivy sendirian di taman, terlebih saat hari sudah tengah malam seperti sekarang.Tangan pria itu tampak bergerak gelisah dengan pupil mata yang bergulir kesana kemari dengan tak nyaman, mengabaikan pria di depannya yang sedari tadi mengajaknya bicara."Ada apa, Kai? Kau tampak gelisah sampai tak fokus mendengar apa yang aku bicarakan," tanya pria berambut coklat terang dan memiliki warna mata yang sama dengan mata milik Kai, yakni Jayden.Kai menoleh, melihat sosok di depannya yang saat ini tengah menaikkan alisnya dengan wajah datar. Jayden tampak marah karena setelah selesai membahas hal penting, ia malah mengabaikan eksistensi Jayden yang tengah berbicara mengenai perluasan bisnis yang saat ini tengah di geluti.Kai meringis kecil saat Jayden menyindirnya lewat pertanyaan yang ia lontarkan. Kai menghela n
Baca selengkapnya
Bab 17 : Interaksi
"Ben, kau darimana saja?" Tanya sang ibunda saat melihat pakaian Ben yang tampak berantakan, dengan kancing yang terpasang asal dan dasi yang menggantung tanpa diikat. Selain itu, wanita paruh baya itu bisa melihat ada bekas kissmark samar di leher putra bungsunya. Jangan lupakan bau parfum vanilla khas wanita yang begitu menyengat menempel di tubuh Ben.Ben membuka matanya sebentar lalu kembali menyimpan tangannya di atas wajahnya, tepatnya di wajah untuk menghindari cahaya silau dari lampu agar tak mengusik waktu istirahatnya."Habis bersenang senang,""Kau mampir ke klub dan menyewa jalang lagi?!" Tanya sang ibu dengan nada marah. Mata wanita paruh baya itu melotot seolah akan keluar dari tempatnya.Pertanyaan dengan nada suara tinggi itu cukup untuk mengusik Ben yang saat ini sedang mencoba untuk tidur. Ben menyingkirkan tangan dari wajahnya dan menatap sang ibu dengan tatapan mengantuk."Hah...aku tak menyewa jalang, Mom. Aku hanya minum wine saja," ujar Ben sambil meregangkan t
Baca selengkapnya
Bab 18 : Kesamaan
"Terra, apa yang kau katakan sayang?" Ivy berkata lembut pada putri kecilnya, mencoba membuat Terra nyaman dan tak merasa disudutkan. Wanita beranak dua itu ingin mengetahui mengapa Terra sampai berkata kasar seperti itu. Karena tak biasanya Terra yang merupakan orang yang jauh lebih ramah pada orang asing dibanding Terry menolak keberadaan Steve yang telah membantu dirinya.Terra menggembungkan pipinya, lalu segera memeluk kaki Ivy dengan posesif, seolah Ivy adalah boneka kesayangannya yang tak boleh dipinjam oleh siapapun.Selain itu, mata hijau milik Terra menatap Steve dengan tatapan tajam, melotot untuk memberikan kesan garang dan juga menakutkan. Tatapan itu tak bersahabat, bagaikan menatap pada musuh yang memiliki dendam kesumat. Lain halnya dengan Terry. Bocah laki laki itu justru memilih untuk menyandarkan tubuhnya pada pintu apartemen yang terbuka lebar, menampilkan isi apartemen sederhana yang terlihat begitu nyaman dan hangat.Tangannya ia silangkan di depan dada, membe
Baca selengkapnya
Bab 19 : Neva (?)
"Neva?" Tanya Ivy mengulang perkataan Steve dengan nada bingung. Steve menganggukkan kepala dengan semangat. Tatapan matanya terlihat begitu berbinar dengan wajah penuh harap."Iya, Neva Claudia. Apakah kau adalah orang itu?"Wanita beranak dua itu mengerjapkan mata sembari memiringkan kepala. Tak lupa, bibirnya terlihat mengerucut seperti anak bebek dengan alis yang menukik tajam, yang merupakan ciri khas Ivy jika tengah berpikir.Nama itu terasa tak asing di telinga Ivy. Ia seperti pernah mendengar nama itu, tapi tak tahu dimana tempatnya ataupun siapa yang mengatakannya. Wanita beranak dua itu berpikir sebentar, mencoba mengingat hal yang sudah terkubur jauh dalam ingatannya. Tangannya mengepal kuat, bersamaan dengan bergulirnya pupil mata miliknya ke arah kiri atas. Karena tak berhasil mengingatnya, Ivy pun memilih untuk menyerah. Ini terlalu sulit, seperti mencari jarum di tumpukan jerami."Kenapa anda menyangka jika saya adalah Neva?""Karena kau—""Mommy, aku mengantuk," ujar
Baca selengkapnya
Bab 20 : Kisah Baby Boy (1)
Ivy mendongak untuk melihat siapa orang yang telah menolongnya dari kejadian mengerikan seperti barusan. Matanya membulat sempurna saat mata hijaunya kembali berpapasan dengan mata amber yang memikat, dengan rambut pirang yang terlihat mencolok dibanding orang di sekitarnya.Orang yang menolong Ivy barusan adalah Kai, pemuda yang menjadi tetangganya dulu. Wajah Kai begitu dekat sehingga Ivy bisa merasakan tamparan napas hangat berbau mint dari pria itu. Wajah Kai menunjukkan raut wajah cemas saat Ivy tak berkata ataupun bereaksi akibat kejadian barusan."Hei, kau tak apa?" Tanya Kai pelan dengan nada selembut mungkin.Pria itu merasa sesak karena para pejalan kaki yang berada di sekitar sana mengerubungi dirinya dan Ivy. Maka dari itu, Kai menggendong tubuh Ivy yang masih terpaku ke sebuah taman kecil yang berada di dekatnya. Terra dan Terry mengikuti Kai —yang menurut mereka orang asing— untuk memastikan Mommy mereka baik baik saja."Ivy? Kau bisa mendengarku?"Ivy tak merespon. Tu
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
9
DMCA.com Protection Status