All Chapters of Cerai dengan Suami, CEO Kunikahi: Chapter 31 - Chapter 40
110 Chapters
31. Pantang Minum Kopi
Nayra langsung tergagap lalu terpaksa mendongak demi menerima panggilan dari Aldo."Iya, Pak?""Kemari." Tanpa memandang Nayra, Aldo sibuk mencari dan menyusun sejumlah dokumen yang ada di depan mejanya.Nayra melangkah ragu menuju meja Aldo. Setengahnya ia berpikir tentang apa yang sedang dilakukan oleh pria itu.Aldo melempar setumpuk dokumen tadi tepat di hadapan Nayra. Saking kerasnya lemparan Aldo, hingga membuat rambut cokelat Nayra tersibak dengan kedua mata yang terpejam kaget."Antar ini ke ruang staf keuangan."Dua tangan Nayra meraih beberapa dokumen tersebut pelan. Setelah berhasil ia susun di depan dadanya, tumpukan dokumen itu menjadi tinggi sampai wajahnya tertutupi.Nayra memutar tubuhnya 90 derajat demi menjawab perintah Aldo sebelum dirinya memutuskan untuk melangkah pergi."Baik, Pak." Lalu kedua kaki itu pun menggiringnya keluar dari ruangan Aldo.Aldo menghela napas panjang. Ia lega dapat menyingkirkan Nayra untuk sementara waktu. Aldo segera menarik kursinya agar
Read more
32. Kasihan Pak Aldo
Suara Nayra yang menyerbu telinga Aldo seketika menyadarkannya. Aldo mendongak kemudian mengerjap cepat."Maksudku, teh," dehamnya pelan dengan suara yang tetap dingin dan maskulin.Arvin yang berada agak jauh dari mereka mengerutkan hidung. Setengahnya, ia juga hampir tertawa karena baru kali ini dirinya melihat Aldo melakukan kesalahan yang konyol."Baik, Pak." Nayra mengangguk samar kemudian menyeret kedua kakinya keluar ruangan.Arvin yang melirik Aldo langsung menutup muka singkat seakan rasa malu yang dirasakan Aldo sampai kepada dirinya."Pak Aldo, jangan sampai salah menyebutkan kopi lagi. Penyakit Anda tidak main-main lho." Arvin menyarankan dengan sedikit menggoda.Aldo mendes*ah berat sebagai jawaban. Ia terlalu pening untuk menanggapi ocehan tak penting Arvin. Ia sendiri heran, kenapa hari ini ia sering salah sebut. Apa yang di pikiran dan mulutnya tak sinkron.Seperti tadi, Aldo sebenarnya memikirkan nama Rully. Namun yang nyata keluar dari bibirnya justru Budi. Lalu baru
Read more
33. Misteri Suara Sepatu
Dengan samar Ida mendelik singkat. Lalu segera mengubah air mukanya."Pergi ketemu teman SMA sebentar," jawabnya singkat.Nayra tampak meneliti tampilan Ida di depannya secara menyeluruh. Blouse mewah, celana baru dan tas yang bahkan belum pernah Nayra lihat juga.Ida merasa tak nyaman dipandangi Nayra yang menurutnya terasa seperti sedang menyudutkan, serta menghakimi dirinya."Kenapa, Nay?" ketus Ida kemudian. Kedua matanya membalas tatapan Nayra dengan lebih menantang.Nayra buru-buru menggeleng. "Nggak, Bu. Emang Ibu sudah makan?""Makan di luar." Lalu Ida ingin segera menyudahi pembicaraannya. "Ya sudah aku berangkat dulu, sudah ditungguin."Ida melengos. Sambil mengeratkan pegangan tasnya, ia melangkahkan kaki cepat. Meninggalkan Nayra dengan tanda tanya besar di kepalanya.Nayra kemudian berderap demi meletakkan tasnya, lantas menuju ke belakang untuk mencuci tangan. Ketika kembali, ia sempat memeriksa makanan di meja dapur karena rasa lapar yang sudah mulai menyambutnya.Begit
Read more
34. Jangan Pergi!
"Apa yang kamu lakukan?!"Suara Aldo yang ketus menikam ulu hati Nayra. Hingga berhasil membunyikan alarm bahaya dari tubuh Nayra secara alami.Nayra berjingkat. Ia segera menjauh dari Aldo. Wajahnya tampak pucat pasi saking takutnya."Ma-maaf, Pak. Saya beneran tidak ada maksud apa-apa." Nayra langsung menunduk merasa bersalah. Dalam hatinya menggerutu karena kebodohan sekaligus kecerobohannya.Meski tanpa melihatnya, Nayra dapat mendengar hembusan napas kasar dari Aldo. Begitu juga gerakannya yang grusah-grusuh.Aldo tiba-tiba berdiri, lalu melempar selimut tadi ke arah Nayra. Beruntung Nayra cekatan menangkapnya dengan dua tangan.Bersamaan dengan itu, Nugroho masuk. Pria paruh baya tersebut sempat terdiam saat menyaksikan rona wajah keduanya. Tampak di matanya Aldo menghunjamkan tatapan serius ke arah Nayra yang memucat."Ada apa ini?" tanyanya.Aldo kemudian mengalihkan pandangannya ke arah Nugroho. Ekspresinya masih marah. Ia lalu merapikan jasnya singkat dan berderap menuju aya
Read more
35. Gadis Kecil Bernama Nia
Saat itu Mama mengajakku belanja di mall untuk keperluan tahun baru. Membeli beberapa bahan makanan seperti daging, ikan segar, sayur juga bumbu grill yang siap pakai.Aku tetap berjalan di dekat Mama meskipun bosan. Hari ini sekolah libur karena bersekolah di swasta yang dikelola yayasan elit Protestan memang diuntungkan di liburan panjang akhir tahun. Libur Natal dan tahun baru selalu digabung menjadi satu.Seharusnya hari ini aku dapat bersantai di rumah. Menonton film Home Alone kesekian yang tayang atau bermain game sambil tiduran. Tetapi yang terjadi Mama malah mengajakku ke mall saat siang dan matahari sedang terik-teriknya.Sesekali aku mendengus bosan ketika menyaksikan Mama sibuk mengambil buah-buahan dan lain sebagainya. Padahal bahan makanan yang diperlukan untuk malam tahun baru sudah membludak di troli yang Mama dorong.Tidak ada yang menarik, aku bersedekap kesal karena Mama tidak peka juga untuk segera mengajakku keliling atau bermain di timezone saja. Sedangkan sampai
Read more
36. Nikahi Aku!
Nayra langsung tercekat. Kedua kakinya lalu berjalan menghampiri pria dengan wajah buncah di sana."Pak Arvin? Bukannya saya belum mengabari Anda?" tanya Nayra bingung.Dari mana Pak Arvin tahu kalau Pak Aldo sakit dan dibawa ke sini? Sedang ponsel Nayra saja masih tertinggal di ruangannya.Sekilas Arvin menggaruk kepalanya yang tak gatal. "Saya barusan ke ruangan Pak Aldo, Mbak. Terus karena kalian tidak ada ya saya langsung keluar lagi, nyari. Eh, kemudian tidak sengaja ketemu Mbak perawat tadi.""Oh…" Nayra mengangguk beberapa kali."Terus dimana Pak Aldo sekarang?""Oh iya." Nayra menepuk dahi. "Pak Aldo sudah kembali ke ruangannya, Pak.""Baik, saya langsung ke sana saja. Mbak Nayra juga kan?""Iya, setelah ini saya kembali, Pak. Nunggu obatnya Pak Aldo dulu.""Oh, kalau begitu saya duluan ya." Arvin melambaikan tangan singkat yang langsung dibalas oleh anggukan kepala Nayra lagi.Nayra duduk di kursi dekat brankar. Mungkin kursi tersebut yang biasa perawat duduki karena di atas
Read more
37. Filosofi Yin dan Yang
"Sayang—" Guna tak bisa menahan tawa. Ia lalu meraup udara sebanyak-banyaknya."Kenapa? Kok malah ketawa?!" Marsella merengut. "Emang ada yang lucu dari omonganku?""Bukan. Nggak gitu. Maksudnya aku juga harus cari modal dulu dong. Masa nikahin kamu tapi nggak punya dana.""Tapi kan kalau kamu berhasil membujuk Mama Papa, biaya buat nikah gampang." Marsella mendes*ah, gemas sendiri melihat sikap Guna."Atau seharusnya kamu mulai nabung," tambahnya. Ia melipat tangan dan menaikkan dagu saat menatap Guna.Guna hanya menggaruk kepala singkat. "Ya… maunya gitu, Sayang. Tapi aku juga perlu waktu. Usia kita juga masih agak muda juga kan. Kamu masih 19 tahun, aku 24 tahun. Seumpama menikah tiga tahun lagi nggak bakal telat juga.""Loh, terus kenapa dulu nikah sama Nayra bisa? Apa bedanya? Seharusnya mulai dari sekarang kamu menabung dong ah." Marsella mendengus kemudian membuang muka."Looo, sayangku marah lagi." Guna menghela napas dengan berat. Ia lalu meraih kedua tangan Marsella."Sudah
Read more
38. Melakukan Keinginan Rianty
Aldo menekuk dahi dan menghunuskan tatapannya yang tajam. "Kenapa? Kamu tidak mau?""Tidak. Bukan begitu, Pak. Maaf.""Terus kenapa?!" Rahang Aldo mula-mula mengeras karena Nayra tak juga terus terang.Seketika nyali Nayra menciut. Ia menelan salivanya kemudian berusaha untuk menjelaskan."Saya belum pernah berhadapan dengan orang penting, Pak." Nayra menunduk lesu.Arvin menatapnya dengan iba. Tak berbanding lurus dengan Aldo yang kini mendes*ah kasar."Kamu itu bukan anak TK lagi! Urus saja, cuma bahas masalah stok," ujar Aldo dingin lalu berpaling pergi.Nayra terperangah. Pimpinannya tak mau tahu. Tetapi setengahnya Nayra juga sadar diri, bagaimanapun ia memang bekerja untuk Aldo.Sebelum melewati Nayra, Arvin berhenti. "Sebelum menemui mereka, Mbak minta dulu stock opname sambal yang ada di pabrik. Mbak Nayra nanti cukup laporan ke mereka, untuk selanjutnya coba diskusikan dengan mereka mau mengirim berapa ton. Mereka sudah pengalaman kok Mbak," sarannya kepada Nayra."Terima kas
Read more
39. Hampir Gila
Nayra mengalihkan pandang dari Ida ke Budi yang sudah meringis kesakitan. Wajah beliau tampak merah padam."Nggak tahu tuh, tiba-tiba Bapakmu sudah nyusruk di depan kamarku! Dibilangi nggak usah kemana-mana kok ngeyel! Kalau begini kan jadi ngerepotin!" pekik wanita itu lagi. Kedua matanya melotot ke arah Budi seperti sedang memarahi anak-anak yang tidak patuh.Nayra semakin tidak tega melihat kondisi ayahnya. Bukannya membantu berdiri, Ida justru banyak mengomel hingga membuat telinga Nayra sakit sendiri."Ya sudah, Bu. Kita dudukkan Ayah ke kursi roda lagi. Mungkin Ayah melakukannya secara tidak sengaja."Ida hanya mencibir. Ida tahu benar, kejadian tadi bukanlah hal yang tak sengaja."Gendong aja sendiri, aku capek sama bapakmu. Dibilangi nggak nurut!" Ida memalingkan wajah lantas berderap masuk menuju kamarnya.Nayra terpegun. Ida begitu tega meninggalkan Nayra dan Budi dalam keadaan seperti ini. Apalagi saat wanita itu menutup pintu secara keras di hadapannya.Nayra menekuk wajah
Read more
40. Gara-gara Sambal
Arvin memasuki ruang Aldo seperti biasa pagi itu. Pria berkacamata tersebut baru saja menemui presdir dari perusahaan lain demi mengadakan kerja sama dalam beberapa waktu sesuai kontrak.Arvin berjalan gontai lalu menghempaskan tubuhnya ke sofa tamu di ruangan itu. Ia mengamati Aldo yang masih sibuk mencatat dan memperhatikan layar laptop di hadapannya.Arvin kemudian mengedarkan pandang ke sekitarnya. Ia mengernyit sewaktu tak mendapati Nayra di tempatnya."Pak, Mbak Nayra dimana? Kok tidak ada." Arvin akhirnya melempar pertanyaan ke Aldo.Aldo tak menghentikan gerakan tangannya sewaktu menjawab dengan mimik tak acuh. "Masih kusuruh.""Kemana?""Kenapa kamu peduli?"Arvin menegakkan tubuh sambil melipat dahi. "Bukannya selama ini saya selalu tanya keberadaan Mbak Nayra, Pak? Pak Aldo yang aneh," decaknya disertai gelengan kepala beberapa kali.Aldo mendongak, lantas menatap Arvin tajam. "Kamu bisa diam tidak?""Ampun, Pak. Ampun. Saya cuma bercanda." Arvin langsung menyatukan kedua t
Read more
PREV
123456
...
11
DMCA.com Protection Status