Semua Bab Cerai dengan Suami, CEO Kunikahi: Bab 51 - Bab 60
110 Bab
51. Meluruskan Kesalahpahaman
"Iya dong, Sayang. Helmnya dipakai, terus kita cabut," jawab Guna sambil menyunggingkan senyum.Menyaksikan senyuman manis yang menghiasi bibir tebal Guna membuat Ida langsung terpesona. Ia terpukau dengan wajah Guna yang memiliki daya tarik tersendiri baginya. Rasanya jiwa muda miliknya yang telah lama padam mulai tersulut dan berkobar lagi.Ida menurut. Memakai helm yang sengaja dibawa Guna untuknya, lantas naik ke motor yang dulu biasanya membonceng tubuh Nayra di sana.Guna mulai tancap gas, melewati beberapa tikungan kecil perkampungan dengan lincah. Ida mengulas senyumnya girang. Akhirnya ia dapat menyenangkan dirinya sendiri. Kembali menikmati angin malam yang sedekat kulit jangat dan sanggup menerobos pori-porinya. Lalu hingga menyejukkan dadanya.Tak lama kemudian, motor Guna memasuki sebuah bangunan mewah. Mereka memarkir motor di tengah-tengah kendaraan yang kebanyakan beroda empat. Keduanya lalu menggiring kaki masuk ke dalam sana.♡♡♡Kelamnya malam kemudian tergantikan o
Baca selengkapnya
52. Hutang Lima Juta
Nayra langsung menutup mulutnya. Air matanya menguar deras begitu saja dari pelupuk. Ia tergugu, tak sanggup melanjutkan percakapannya di telepon. Tangannya yang sedari tadi meletakkan ponsel di telinga terkulai lemas dan perlahan turun menyusuri pipinya yang telah basah.Empati Aldo langsung tersentuh saat menyaksikannya. Ia segera berdiri lalu menangkap ponsel Nayra sebelum wanita itu menjatuhkannya ke lantai.Aldo dengan sigap meneruskan telepon Nayra. "Halo? Maaf, apa yang terjadi?"Mendengar jawaban di seberang telepon, lantas membuatnya menautkan kedua alis tebalnya. "Di rumah sakit mana? Tunggu. Kami akan segera ke sana."Aldo lekas memutus sambungan telepon itu, kemudian memandang Nayra yang bahunya tengah bergetar hebat. Ia lalu meraih lengan Nayra dan menariknya keluar."Ayo, akan kuantar ke rumah sakit," tegasnya. Nayra menurut, tapi enggan menjawab dan menunjukkan wajahnya yang sembap.Sebelum menghilang dari pintu, Aldo menoleh dan mengatakannya dengan cepat. "Vin, aku ti
Baca selengkapnya
53. Perjodohan Marsella
Di depan perawat itu, tubuh Nayra langsung melemas. Kedua kakinya bahkan tak kuat menahan berat badannya sendiri. Sehingga Nayra pingsan dan tubuhnya ambruk ke belakang.Beruntung Aldo dengan sigap menangkap tubuh Nayra. Dua tangannya mencekal lengan Nayra agar tidak roboh dan jatuh ke lantai.Aldo sedikit menggoyangkan tubuh wanita tersebut, berusaha untuk menyadarkannya."Nay?"Kemudian Aldo menghela napas. Ia melempar tatapan ke arah perawat di depannya. "Sus, untuk urusan administrasi sama saya saja. Tolong bawa perempuan ini di ruang rawat lain dulu."Perawat itu menganggukkan kepala, lantas bergerak lincah demi menyiapkan brankar sementara untuk Nayra. Setelahnya, Aldo berderap menuju meja resepsionis.Di tempat lain, Marsella baru saja turun dari ojek online yang ia pesan. Saat melangkah menuju rumah kontrakan Guna, ia mengerutkan kening sejenak.Ia membuka pintu seperti biasa. Namun, pintu rumah itu sepertinya dikunci oleh sang pemilik. Marsella kemudian mengetuk pintu beberap
Baca selengkapnya
54. Bagaimana Kondisi Ayah?
Marsella terenyak. Bahkan ia masih bisa merasakan panasnya tamparan keras tangan ibunya yang menjalar ke seluruh saraf. Marsella membuka mulutnya tak percaya, lantas melempar mimik masam di wajah."Mi, kok—""Diam, Sel. Makanya kalau Papi Mami bicara sama kamu, kamu diam saja. Jangan menjawab sepatah kata pun!" Ibunya lalu menarik napas panjang dan memijat pelipisnya. "Ya Tuhan, kenapa anakku jadi begini."Marsella melengkungkan bibirnya. Bukan hanya ibunya saja yang merasakan kekecewaan. Marsella lebih kecewa terhadap kedua orang tuanya.Kalau saja ia bisa memilih siapa orang tuanya. Batinnya.Marsella menelan ludah secara kasar sekaligus kenyataan pahit yang harus ia sadari. Seorang anak tidak bisa memilih siapa orang tuanya. Tetapi para orang tua dapat memilih dengan siapa ia menikah dan bagaimana cara membesarkan anaknya."Pokoknya kamu nurut saja sama keputusan kami. Kamu akan dijodohkan dengan anak teman Papi. Pertemuan kalian akan segera kami jadwalkan," tegas sang ayah tanpa m
Baca selengkapnya
55. Sepucuk Permintaan Budi
Kedua mata Nayra masih memperhatikan dalam keheningan yang mencekamnya sendiri. Separuh dari dirinya sangat takut jika ada yang meleset dari harapannya."Pak Budi akan baik-baik saja. Alhamdulilah, operasinya berhasil. Tapi beliau harus istirahat cukup dulu." Setelah dokter tersebut menangkap rona di wajah Nayra kembali, ia dapat menarik napas lega. "Saya permisi," katanya sambil menuntun langkahnya pergi."Baik, Dok. Terima kasih banyak," lirih Nayra.Setelah dokter tadi menjauh, Nayra mengusap wajahnya dengan sedikit terisak. Ia sangat bersyukur bahwa ada kabar baik mengenai ayahnya. Aldo yang sedari tadi menyaksikan interaksi keduanya turut mendes*ah lega.Kemudian, Nayra menggiring kaki menuju ruang dimana Budi dirawat. Tangannya membuka pintu perlahan. Tampak beberapa alat dan selang bening masih terbenam di tubuh ayahnya. Meski belum siuman, namun air muka Budi menunjukkan ketenangan.Nayra lantas duduk di samping brankar. Menghadap ke arah Budi yang masih terbaring lemah, Nayra
Baca selengkapnya
56. Paket Misterius
Sebelum Marsella berhasil meneruskan unek-uneknya, bibir tebal Guna justru nekat menyambar bibirnya lebih dahulu. Membungkam keinginan Marsella yang semula ingin curhat menjadi sebuah kekesalan.Marsella mendorong tubuh Guna saat bibir pria itu sedang melumatnya. Buru-buru ia mengusap bekas ciuman Guna dengan kecewa."Kamu apa-apaan sih—""Loh, kenapa, Sayang? Kamu nggak suka aku cium?" Guna menautkan kedua alisnya."Dengerin dulu kalau aku ngomong! Jangan asal cium aja!" cecar Marsella tidak terima.Sejujurnya ciuman tersebut tak menjengkelkan sama sekali. Namun, situasi yang tidak tepat membuat hatinya dongkol. Padahal sekarang ia sedang serius. Tapi suasananya dirusak begitu saja oleh Guna.Guna langsung mengerjapkan kedua mata, kemudian berusaha meraih tangan Marsella karena merasa bersalah. "Maaf ya, Sayang. Tadi kamu mau bicara apa?"Refleks tangan Guna langsung ditepis oleh Marsella. "Nggak jadi. Aku udah nggak mood lagi!" sentak Marsella yang kemudian enyah dari sana.Guna tak
Baca selengkapnya
57. Kusut Seperti Keset
Nayra menatap Ida dengan penuh intimidasi. Sedang mulut Ida terkatup rapat tampak khawatir. Nayra mendengus kemudian segera menyeret kakinya keluar hendak memastikan pendengarannya. Tetapi lengannya mendadak dicekal oleh Ida."Kamu mau kemana, Nay?"Nayra menoleh gemas. "Ibu nggak dengar itu ada motor Guna? Sebentar, Bu, aku pastikan dulu.""E-eh, nggak perlu." Ida langsung menarik lagi tangan Nayra. Kini lebih erat. Nayra menoleh lantas menautkan kedua alisnya."Kita bahas ayahmu dulu yuk," bujuk Ida berusaha mengalihkan perhatian Nayra.Sekilas Nayra terlihat berpikir. Tapi ini satu-satunya kesempatan untuk membicarakannya dengan Ida. Bagaimanapun biasanya Ida selalu egois dan tak mau peduli dengan Budi. Nayra lalu setuju. Ia duduk di sofa mendahului Ida yang mengekor di belakangnya."Ibu kemana saja? Ayah sakit, pingsan sampai operasi. Tadi pagi yang bawa ke rumah sakit Bu Arifin. Ibu malah nggak ada di rumah." jelas Nayra tanpa ditanya."Aku ada arisan sama teman-temanku lah, Nay.
Baca selengkapnya
58. Jangan Buang Makanan!
"—itu siapa, Nay?" Kedua mata Ida berbinar. Tapi begitu menyadari jika pria yang mendekati Nayra bukanlah Guna, ia menekuk wajah samar."Bosku, Bu." Nayra lalu menggiring kaki cepat ke dalam ruang rawat inap. Ia menghampiri Aldo dengan raut wajah panik."Pak Aldo kenapa ke sini?" tanyanya heran.Aldo memiringkan muka sekilas. "Kenapa? Tidak boleh?""Tentu boleh dong!" celetuk Ida menyela percakapan keduanya. Mula-mula saja wanita itu berada di antara Nayra dan Aldo.Ida melebarkan senyum semanis mungkin, lalu mengulurkan tangan demi menjabat Aldo. "Selamat siang, Pak. Saya Ida, ibunya Nayra."Aldo menyambut tangan Ida singkat dan menjawabnya sembari berdeham. "Saya Aldo."Tatapan kagum Ida tak bisa lepas dari wajah tampan milik Aldo. Hingga membuat Aldo kikuk sendiri.Ida cepat-cepat menyikut lengan Nayra di sampingnya. Ia mendekati Nayra sambil berbisik, "Ini orang kaya yang memindahkan bapakmu ke ruang VVIP ini kan?"Mendengar pertanyaan Ida, Nayra mengerjap cepat. Setengahnya ia me
Baca selengkapnya
59. Simpanan Om-om
Aldo tersedak beberapa kali. Sontak perhatian Arvin dan Nayra langsung tertuju kepadanya. Arvin hendak meraih gelas mineral di dekat tangannya, namun Aldo secepat kilat sudah meminum jus kepunyaannya sendiri. Tampak wajah pria itu jadi bersemu merah.Begitu meneguk jusnya dengan bengis, Aldo lantas mengusap mulutnya secara kasar. Tatapannya masih menerawang tak percaya. Mendadak kepala Aldo pusing.Dunianya hampir terbalik jika ia tidak segera melompat berdiri dari duduknya."Eh?" Suara terkejut Nayra lolos begitu saja. Begitu juga Arvin yang sama bingungnya."Loh, Pak Aldo mau kemana?" Dari balik lensa kacamatanya, ia mengikuti gerakan Aldo yang enyah dari sana."Sebentar, aku mau ke toilet dulu," deham Aldo saat melangkahkan kakinya menjauh, namun masih bisa didengar oleh Nayra dan Arvin.Kemudian baik Nayra maupun Arvin saling melempar pandang heran selama sekian detik. Keduanya lantas menghela napas karena tak menemukan jawaban apapun."Ada yang salah ya, Pak?" tanya Nayra mula-mu
Baca selengkapnya
60. Demi Uang
Hari itu langit biru cerah lambat laun terselubung oleh cakrawala pekat yang berhias beribu bintang. Hari yang cukup melelahkan untuk seorang Aldo yang seakan menopang seluruh perusahaan beserta tanggung jawabnya.Namun sewaktu ia sedang memutar setir mobilnya di pertengahan jalan, senyumnya terkembang mengingat dirinya telah berhasil mengemban permintaan Budi yang ditujukan padanya. Entah kenapa, ia bahagia bisa mewujudkannya. Menurutnya Budi adalah sosok yang rendah hati dan menyayangi anaknya. Orang seperti itu pantas bahagia. Dan Aldo senang bisa menjadi salah satu dari kebahagiaan orang tua tersebut Tak terasa mobilnya telah memasuki pekarangan rumah. Dengan pola yang sama, ia langsung memasuki garasi lalu menggiring kaki menuju kamar lewat perbatasan pintu garasi-ruang tamu. Ia juga sempat melirik Rianty yang diam membeku berada di depan televisi dengan wajah yang datar."Aduh…" pekik halus Rianty setelah Aldo berderap beberapa langkah mendekati anak tangga.Hal tersebut langsu
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
45678
...
11
DMCA.com Protection Status