Tous les chapitres de : Chapitre 31 - Chapitre 40
131
31. Semakin Menderita
Aku senang sekali ibu mengunjungiku. Beliau pun tampak senang melihat bayiku yang imut dan tampan. Ibu tidak melepaskan si mungilku dari pangkuannya."Cepat besar dan jadi anak baik ya," pinta ibu pada bayi yang sama sekali tidak menjawabnya."Bu, mbak Alifia kok tidak membalas pesan yang kukirim ya. Padahal sudah dibacanya dari kemarin.Ibu menghentikan timangannya, ibu melihatku dan kemudian melihat sekeliling. Tidak orang, mama Resti sedang sarapan bersama mas Bara dan papa. "Ya jelaslah Alifia tidak mau membalas pesanmu, memangnya kamu mengharap dia mau ngomong apa? Mengucapkan selamat atas kelahiran bayi yang membuat kehidupan rumah tangga Alya berantakan, begitu?"Ibu langsung marah, kalimatnya langsung mengena di hatiku. Tak ada lagi yang ditutupi kalau masalahnya adalah keluhan tentangku."Ibu kok langsung marah begitu, memang aku salah mengabari mbak Alifia?""Ya iya lah, kami saja malu untuk memberi tahu yang sebenarnya. Kakakmu yang di sana menjadi pengurus pondok pesantren
Read More
32. Serba Salah
Aku kebingungan, harus mencari mama ke mana. Karena panik aku tidak bisa berpikir secara jernih."Mang, tolong pinjam sepeda motornya sebentar."Aku menghentikan mang Mamat yang baru selesai belanja, mang Mamat adalah suami bi Ijah yang bekerja di rumah ini juga. Tugasnya adalah belanja dan menjaga kebersihan bagian luar rumah."Mau ke mana, Non?"Tanya pria setengah baya itu dengan kebingungan."Udah, jangan banyak tanya. Kemarikan kunci motornya."Masih dalam keadaan bingung mang Mamat menyerahkan kunci motornya.Aku sudah menghidupkan mesin sepeda motor tatkala mama memasuki halaman rumah bersama bayiku.Aku menghembuskan napas lega. Tanpa berkata apa-apa lagi kukembalikan kunci motor itu kepada pemiliknya dan aku berlari menuju arah depan.""Mama .... Mama dari mana, kenapa membawa bayiku tanpa bertanya lebih dahulu. Aku mencari bayiku, Ma. Aku takut ada yang menculiknya."Mama memandangku dengan penuh rasa heran. "Kau ini kenapa, sepertinya kau terlalu banyak menonton film ya. Ma
Read More
33. Hanya Karenamu
Acara penamaan bayi berjalan dengan lancar. Hanya sebuah acara kecil dengan menghadirkan beberapa orang tetangga dekat saja. Afnan Syabil, nama yang kupilih untuk bayiku. Acara ini diselenggarakan oleh mas Bara dan para tetangga tanpa ada kemewahan sama sekali. Hanya pembacaan doa-doa dan makan bersama. Sungguh sangat tidak sesuai dengan keadaan perekonomian keluarga Hardiyanto.Biasanya orang akan mengadakan acara besar untuk menyambut kebahagiaan yang datang untuk mereka, aku menganggap itu sebuah ungkapan rasa syukur atas rezeki yang diberikan Yang Kuasa. Tapi lain dengan keluarga mertuaku yang sama sekali tidak merasa bahagia dengan kehadiran bayi tampan yang sudah kupersembahkan untuk mereka. Mereka juga tidak merasa malu pada tetangga sekitar, teman kerja, atau keluarga besan. Bahkan ayah dan ibuku saja hanya menginap semalam saja. Setelah acara selesai ayah dan ibu langsung berpamitan pulang. Aku kecewa, aku mengira orang tuaku akan menginap beberapa hari di sini. "Ibu merasa s
Read More
34. Curiga
Baru satu bulan yang lalu mas Bara pergi ke luar kota, kenapa bulan ini juga ia mengatakan kalau mau ada pertemuan di luar kota lagi? Perasaanku jadi tidak enak."Selamat ya Alya, akhirnya kau bisa membuka cabang tokomu di luar kota. Semoga kau sukses selalu."Aku mendengarkan percakapan mama Resti melalui sambungan telepon. Dia mengucapkan selamat untuk mantan menantunya dengan begitu manis."Iya, semoga Bara juga mendapatkan kesuksesan seperti kamu."Loh, kenaoa jadi ke mas Bara. Berarti mbak Alya sedang membicarakan mas Bara dengan mama. Sungguh terlalu! Sudah menjadi mantan tapi masih suka membicarakannya. Apa mbak Alya masih mencintai mas Bara? Memangnya mbak Alya tidak bisa melihat, mas Bara sudah menjadi suamiku dan ayah dari anakku. Dia begitu tega mengganggu ketenangan rumah tanggaku ini.Lihat saja nanti, kalau ada kesempatan bertemu ayah atau ibu aku akan mengadukan perbuatan mbak Aya ini. Biar ayah atau Ibu yang memberi teguran pada putri kesayangannya yang ternyata mempuny
Read More
35. Aku Benci Padamu, Mbak!
Aku berkumpul dengan ibu-ibu kompleks karena hari ini akan ada pembagian vitamin dan makanan gratis untuk para ibu hamil dan anak-anak batita dan balita. Tempatnya adalah di halaman rumah Bu Bidan tempatku melahirkan Afnan. Sebenarnya aku tidak mau ikut, aku malas berkumpul dengan orang-orang yang suka menggunjingku, yang ada aku hanya akan mendapat sindiran-sindiran saja.Lagian untuk apa aku mengantre untuk mendapatkan makanan yang tak seberapa harganya. Dan kalau vitamin aku bisa datang langsung ke Bu Bidan, akan di kasih langsung karena memang itu jatahnya Afnan untuk bulan ini."Nggak usah sombong jadi orang, kau pasti juga akan membutuhkan orang lain suatu saat nanti. Belajar bersosialisasi sana."Rutuk mama Resti saat mendengar aku menolak undangan dari Bu Bidan yang di titipkan pada mbok Iyem."Aku malas mengantre dan panas-panasan, Ma. Kasihan Afnan juga.""Bilang saja kau ini tidak mau bergaul dengan orang sekitarmu karena kau merasa jadi orang kaya karena tinggal di rumah i
Read More
36. Curiga Tingkat Dewa
Tut ... Tut ... Tut ....Begitu terus bunyi hpku saat menghubungi nomor mas Bara. Tidak tersambung sama sekali setelah ada dua puluh kali aku mencoba menghubunginya.Aku mondar mandir di dalam kamarku, gelisah menyerang hatiku. Baru saja aku berhasil menenangkan Afnan yang rewel karena badannya agak panas karena habis di imunisasi. Sebenarnya aku sebal kalau harus menggendongnya terus, pundakku terasa pegal. Aku mengharapkan ada mas Bara menggantikanku ternyata pulang saja tidak. Tidak biasanya mas Bara tidak mengabariku seperti ini, pulang terlambat saja biasanya ia mengirim pesan. Mama dan papa juga tidak ada membicarakan apa pun tentang mas Bara. Memang biasanya mereka berada di toko yang berbeda, punya tugas masing-masing. Aku ingin bertanya pada mama tapi aku takut malah kena semprot atau diomeli yang macam-macam.Aku mencoba melihat sosial medianya mas Bara tapi tak ada satu pun yang aktif hari ini. Semua aktif kemarin dan tidak meninggalkan jejak apa pun, misalnya dia sedang
Read More
37. Marah Dibalas Marah
Aku sangat keheranan ketika sampai rumah, pemandangan yang di luar dugaanku kini ada di depan mataku. Mas Bara sedang tidur sambil memeluk Afnan.Mama Resti tidak bisa kutemukan padahal aku tadi sudah merasa takut kena damprat karena pulang terlambat. Aku tersenyum melihat dua insan yang sangat kucinta ini sedang tidur berdua.Sepertinya mas Bara sangat kelelahan, dia tidak juga menyadari kehadiranku di kamar ini. Wajahnya menunjukkan keletihan yang teramat sangat. Aku berjingkat ke luar. Biarkan saja mereka tidur nyenyak."Mbok, mama ke mana?"Tanyaku ke Mbok Iyem yang kebetulan lewat untuk menyiapkan menu makan siang."Nyonya ke toko Non. Tapi Tuan Bara sudah pulang tadi ""Iya, Mbok. Aku juga sudah melihatnya. Apa mas Bara sudah lama pulangnya, Mbok?""Belum, Non. Saat Tuan Bara tiba baru kemudian Nyonya berangkat.""Oh, baiklah Mbok."Aku meninggalkan Mbok Iyem dan kembali ke kamar. Aku kembali bertanya-tanya mengapa mas Bara baru pulang jam sepuluh pagi, tadi malam dia tidur di ma
Read More
38. Sakit Hatiku Melihatnya
Benar saja, mas Bara mendiamkanku. Sangat egois, sudah tidak bertanggung jawab atas apa yang terjadi pada anaknya, kini pulang-pulang malah diam membisu seperti patung. Sebenarnya apa aku salah kalau aku ingin mas Bara sedikit membantuku dalam merawat Afnan. Dia juga anaknya mas Bara bukan anakku saja, seakan-akan semua tanggung jawab atas Afnan dilimpahkan padaku saja. Sementara mas Bara bebas tugas karena dia harus bekerja.Bolehlah kalau cuma masalah Afnan, tapi kalau masalah dia sampai tidak pulang malam itu aku tidak bisa tinggal diam. Aku tidak bisa membiarkan suamiku terlalu bebas di luar. Di luar banyak setan!"Kalau mau pergi jauh, bilang Mas. Atau aku akan membuat keributan di tokomu!""Kenapa kau jadi mengancamku seperti ini? Suami mau berangkat kerja bukannya di doakan supaya hari ini lancar dan banyak rezeki, ini malah di ancam. Sepertinya aku ini tahananmu saja"Aku membuang napas kesal. Sehari kemarin sampai semalaman aku dan mas Bara tidak saling bertegur sapa, terpaksa
Read More
39. Aku Salah Lagi
Aku lihat mama sedang menimang Afnan yang sudah terbangun dari tidurnya. Aku beranjak ke meja entah nomor berapa yang digunakan oleh dua orang yang dalam incaranku itu."Oh, jadi begini. Kalian diam-diam bertemu di sini?!"Kataku yang tentu saja sangat mengejutkan mereka.Mas Bara dan mbak Alya berdiri menatapku dengan bingung."Kau di sini sedang apa, bersama siapa?"Tanya mas Bara."Aku di ajak Mama, Afnan juga ikut. Aku sudah jawab pertanyaanmu, jadi kenapa kau tak jawab pertanyaanku, Mas." Aku benar-benar berusaha sekuat mungkin untuk menenangkan diriku, aku malu untuk mengulangi kesalahanku yang baru saja bisa diluruskan oleh mama Resti."Kau tidak bertanya, kau menuduh, Aruna!"Nah, mas Bara yang tidak bisa mengendalikan emosinya. Apa lagi itu menyangkut mbak Alya, cepat sekali dia marahnya. Suaranya sudah meninggi.Ada sebagian orang yang mulai memperhatikan kami."Tapi kenyataannya begitu kan, tadi pagi kau tidak bilang apa-apa padaku Mas. Kau tidak pamit kalau mau ke luar kot
Read More
40. Menyesal
Sepanjang perjalanan mama Resti diam, mungkin dia menyesali hal yang sudah terjadi hari ini."Mang, Mang Mamat tolong turunkan semua barang yang ada di bagasi ya, bawa masuk semuanya.""Baik, Nyonya."Aku buru-buru ikut turun saat melihat mama Resti pun seperti buru-buru masuk ke dalam tanpa mempedulikan aku. Kalau barang-barang yang kami beli tadi sudah dipasrahkan ke Mang Mamat."Ma, Mama ...."Panggilku sambil berjalan cepat untuk bisa menyamai langkahnya."Kenapa, Aruna. Aku capek, aku mau istirahat, simpan saja dulu pertanyaanmu."Langkahku terhenti, demikian juga pertanyaan yang sudah kusiapkan. Aku tidak punya nyali untuk menghadapi mama Resti saat ini. Aku berjalan gontai menuju kamarku, Afnan kurebahkan begitu saja di boksnya. Aku membuat susu botol dan kemudian kuberikan pada Afnan supaya dia lekas tidur, rasanya aku pun ingin segera tidur. Mana tahu aku terlupa dengan kejadian hari ini.Mas Bara tidak ada di rumah, mungkin dia sedang berada di toko. Tidak mngkin dia mengikut
Read More
Dernier
123456
...
14
DMCA.com Protection Status