All Chapters of Terjebak Sandiwara Bos Besar: Chapter 41 - Chapter 50
114 Chapters
41. Permintaan tidak terduga
Waktu berlalu cepat, hari demi hari berganti. Setelah kemunculan Lita secara resmi sebagai istri Ardan, banyak pihak yang semakin penasaran kepada perempuan itu. Ardan mulai mengajak Lita menghadiri berbagai acara penting dari kolega bisnisnya. Ia juga secara perlahan mulai mengajari ‘istrinya’ cara menghadapi berbagai situasi dan melatih perempuan itu untuk tidak takut pada siapa pun. Semua peran dan kebohongan dilakukan Lita dengan sempurna. Ia sudah membiasakan diri dengan sentuhan kecil yang kadang diberikan Ardan saat perlu menampilkan ‘pasangan’ bahagia di depan orang lain. Meski sudah membiasakan diri dengan kepalsuan pada setiap ucapannya. Terkadang Lita masih merasa kelelahan setiap selesai berpura-pura. Terkadang ia bahkan merasa larut dalam kebohongan itu dan kehilangan dirinya sendiri. Hanya kehadiran Alen yang mampu membuatnya kembali menjadi tenang setelah hari-hari yang panjang dengan topeng dan peran yang dilakukannya.
Read more
42. Semua yang berubah
/bruuffftt/ Air yang diminum Lita menyembur ke arah depan dan membuat baju yang dipakainya menjadi basah. “Uhukk uhukk… ughh…” Lita berusaha menepuk dadanya sambil terbatuk-batuk. Ia tidak menyangka dengan jawaban dari bocah itu. Ardan menatap Lita dan Alen dengan ekspresi kaget juga. Namun ia segera mengendalikan raut wajahnya. “Mama kenapa?” tanya Alen yang segera menyodorkan tissue. “Uhukk… ehmm, sebentar… ughh.” Ekspresi bingung bocah itu membuat Lita mencoba mengulur waktu sebanyak mungkin agar ia tidak perlu menjawab perkataan Alen sebelumnya. “Mama ganti baju dulu ya…,” ucap Lita yang kemudian bangkit dan langsung menuju lantai atas. Alen mengernyitkan keningnya lalu memandang ke arah ayahnya yang tampak tetap sibuk dengan tablet di tangannya. Perkataan Alen terus terngiang ngiang di telinga Lita. Ia tidak menyangka akan mendapat permintaan seperti itu. Lita menatap ke arah baju yang tertata rapi di lemari. Ia memijat dahinya pelan sebelum kemudian berganti pakaian d
Read more
43. Tempat kenangan yang berubah
Lita menoleh ke arah sumber suara. Ia mendapati wanita berbaju violet sedang tersenyum ramah ke arahnya. “Ah kan benar kata ku, kamu pasti cantik sekali dengan gaun ini…” “Dia tante ku yang ku ceritakan waktu itu, yang memberikan pakaian ini,” ucap Ardan saat melihat ekspresi bingung Lita. “Aduh lupa belum kenalan, saya Puspa, tantenya Ardan.” “Ah tante Puspa, terimakasih atas bajunya…” Wanita paruh baya yang masih terlihat cantik itu tersenyum senang saat memandangi Lita. “Boleh tante foto dulu? Aduh tante senang sekali melihat gaun ini menjadi semakin indah saat kamu memakainya.” “Ehmm ya, baiklah…” Lita sebenarnya merasa tidak nyaman, tapi ia tidak bisa menolak permintaan kecil dari orang yang telah memberikannya pakaian. “Jadi itu maksudnya tante memberikannya gaun?” tanya Ardan sambil menyilangkan tangannya. Ia menyandarkan punggungnya pada dinding yang membatasi ruangan lainnya. Tatapan matanya sesekali mengarah ke punggung Lita yang terekspos karena model gaun yang ter
Read more
44. Kenangan baru
Ratusan komentar pada unggahan foto dirinya di akun seseorang membuat Lita terkejut. Ia memeriksanya dan menghela nafas panjang ketika mengetahui bahwa orang yang mengunggah fotonya adalah wanita paruh baya yang tidak lain adalah tantenya Ardan. Banyak yang memuji kecantikan Lita juga gaun yang dikenakannya. Puspa memang memilih foto yang tidak begitu memperlihatkan jelas wajah Lita. Hanya saja itu justru membuat banyak orang semakin penasaran. ‘Aku melihatnya saat pesta hari jadi H&U Group, dia lebih cantik dari di foto…’ ‘Itu istri Ardan? Dia memang tidak semanis Lisa, tapi menurut ku dia sangat mempesona dan terlihat anggun.’ Beberapa orang memang membandingkan dirinya dengan Lisa, tapi ia enggan memikirkan itu dan sama sekali merasa tidak tersinggung. Lita terus membaca satu persatu komentar pada unggahan itu. Ia tersenyum lalu ikut mengomentari foto dirinya. Ia memuji Puspa yang memotret dirinya dengan baik sehingga terlihat memukau. Setelah itu ia memasukkan ponselnya ke d
Read more
45. Perbuatan bodoh yang dilupakan
Setelah Alen mengungkapkan permintaan hadiah ulang tahun. Lita dan Ardan berjanji menuruti bocah itu. Sudah tiga hari ini mereka tidur di ranjang yang sama dan tidak lagi pergi ke kamarnya masing-masing setelah Alen terlelap. Sebagian baju Lita juga diletakkan di lemari pada kamar tersebut sesuai dengan permintaan Alen. Ia tetap menuruti bocah itu meski sebenarnya tidak nyaman. Rasa tanggungjawab yang melekat di hati masing-masing membuat Lita maupun Ardan tidak ingin melanggar janji yang telah dibuatnya. Keduanya mengesampingkan rasa canggung hanya untuk membuat bocah kecil itu merasa tenang dan tidak lagi kesepian. Alen terkadang masih terbangun pada tengah malam untuk memastikan apakah ‘orang tuanya’ masih ada di sampingnya atau tidak. Bocah itu akan memandangi wajah ayah dan ibunya secara bergantian sambil tersenyum sebelum kemudian tidur kembali. Lita berusaha menekan rasa canggungnya dengan fokus memikirkan Alen. Ia mengabaikan kehadiran Ardan dan hanya berbicara seperlun
Read more
46. Menghindar
Lita mengusap dahinya pelan. “Ehmm, aku hanya teringat beberapa hal buruk.” “Hal buruk?” Ardan melangkah mendekat ke arah Lita. Ia menempelkan tangannya di dahi perempuan itu. “Suhu badan mu masih belum turun?” Ekspresi terkejut Lita tidak bisa disembunyikan lagi. Bukan karena Ardan yang tiba-tiba menyentuh dahinya, tapi karena ia bisa melihat bekas luka samar pada leher Ardan. Ingatannya tentang malam itu memang tidak jelas, tapi ia tidak lupa pada ekspresi Ardan saat marah setelah ia melakukan sesuatu yang bodoh itu. Pria di hadapan Lita langsung memundurkan langkahnya begitu melihat ekspresi kaget ‘istrinya’. “Ehemm, istirahatlah kalau kamu sedang kurang sehat.” ‘Lita, kamu benar-benar bodoh…’ “Aku akan istirahat di kamar atas,” ucap Lita yang kemudian terburu-buru pergi. Alen menatap Ardan dengan ekspresi bingung. “Mama sakit? Mama belum makan…” “Biarkan mama mu istirahat… nanti dia akan makan saat lapar.” “Tapi kenapa mama tidak istirahat di kamar?” “Supaya kamu tidak
Read more
47. Obrolan larut malam
Setelah mengingat hal bodoh yang dilakukannya seusai pesta hari jadi H&U Group, Lita berusaha menghindari Ardan. Baik di kantor maupun di rumah, perempuan itu memandang ke arah lain saat Ardan berbicara dengannya. Alen yang terus memperhatikan mulai merasa sikap mamanya aneh. Ia tampak cemas karena Lita tampak berusaha menghindari ayahnya. Setelah pulang kerja hari itu, Lita izin untuk pergi makan bersama dengan anggota divisinya. Ia menolak saat Alen ingin ikut dan hal tersebut membuat bocah itu semakin kesal dengan Ardan. “Ini semua pasti gara-gara papa..,” ucap Alen dengan dahi mengerut. Ardan memandang putranya dengan ekspresi bingung. “Gara-gara papa?” “Ya, papa pasti melakukan kesalahan jadi mama kesal… Jadi Alen tidak boleh ikut pergi.” Pipi bulatnya semakin mengembang karena bocah itu cemberut. ‘Kenapa malah jadi gara-gara aku?’ “Itu karena mama sedang ada acara dengan teman-teman kerjanya, Alen,” ucap Ardan beralasan. “Tapi biasanya Alen boleh ikut kemanapun mama perg
Read more
48. Tekanan yang disembunyikan
Pada layar ponsel Lita muncul pemberitahuan pesan dari nomor tidak dikenal yang menyebutnya perempuan penggoda. Ardan tidak bisa melihat semuanya karena ponsel itu terkunci. Ia melirik ke arah Lita untuk memastikan perempuan itu tidak terbangun. Rasa penasaran yang muncul membuat Ardan meraih tangan Lita. Ia dengan hati-hati mengarahkan jari perempuan itu untuk membuka kunci dengan sidik jari miliknya. Setelah berhasil membuka kunci layar ponsel tersebut. Ardan melangkah pelan menuju sofa kecil dekat jendela. Ia menyalakan tabletnya lalu menyambungkannya dengan ponsel Lita. Ia membaca semua pesan dari nomor tidak dikenal itu. Wajahnya yang tampak serius berubah marah ketika ia melihat begitu banyak pesan serupa dalam ******** tersebut. 08xxxxx3 : [Sepertinya dengan memamerkan tubuh mu, kamu bisa menggoda semua pria ya?] 08xxxxx1 : [Daripada kamu, ku rasa Lisa lebih cocok menjadi istri Ardan, mereka memiliki latar belakang keluarga yang serupa.] 08xxxxx7 : [Cara mendapatkan pria
Read more
49. Mendung
Mobil putih itu sampai di gedung H&U Media tepat pukul sembilan. Halaman depan maupun tempat parkir tidak terlalu ramai. Beberapa orang tampak berbisik-bisik saat melihat Lita dan Ardan datang secara bersamaan. Sebagiannya lagi langsung menyapa dengan senyum ramah di wajah. “Kamu masih takut makan siang di kantin?” tanya Ardan setelah berada di elevator. “Aku tidak takut, lalu sudah ku bilang aku bisa mengurus diriku sendiri, kamu tidak perlu membawakan makanan setiap hari.” “Kalau tidak takut, kenapa kamu jarang sekali makan di kantin?” “Aku bosan dengan makanan di kantin,” jawab Lita beralasan. “Begitu? Apa aku perlu minta pengelola kantin mengubah menu?” ‘Dia sebenarnya kenapa?’ “Tidak perlu, Ardan. Jangan lakukan itu. Kamu mau ada rumor apalagi tentang ku? Istri dirut tidak suka makanan di kantin lalu semua menu diubah?” Ardan menatap Lita dengan ekspresi serius. “Sepertinya itu ide bagus.” “Hei, aku bercanda…. Jangan pernah lakukan itu.” ‘Apa dia tidak pernah bercanda
Read more
50. Hujan
((Peringatan!! bab ini mengandung hal sensitif seperti kekerasan dan pelecehan. Bagi pembaca yang merasa tidak nyaman dengan konten tersebut dianjurkan untuk tidak membacanya.)) -- . . Suasana kantor H&U Media hari itu tetap seperti biasanya meski hujan turun dengan sangat deras. Hujan yang akhirnya turun setelah sekian lama itu tidak disadari oleh banyak orang yang sibuk dengan pekerjaannya. Lita meregangkan badannya perlahan setelah menyelesaikan laporan kinerja tim untuk bulan itu. Ia meraih ponselnya lalu membaca pesan yang dikirimkan Ardan pada 9.30 lalu. ‘Dia serius?’ Pandangannya beralih ke arah jam tangannya. 20 menit lagi jam istirahat tiba. Ia membalas pesan tersebut, menolak ajakan Ardan dan beralasan akan makan sendiri di kantin. /Tok…tok…/ “Ya masuk…” Nia masuk sambil membawa satu kantong plastik di tangan kanannya. “Ada oleh-oleh dari bu Fani.” “Oleh-oleh? Memang
Read more
PREV
1
...
34567
...
12
DMCA.com Protection Status