All Chapters of Madeline dan Dua Pewaris Tampan: Chapter 21 - Chapter 29
29 Chapters
Nyonya Sinclair
Madeline termenung sejenak saat Dylan menanyakan tentang ayahnya. Jika anaknya itu tahu bahwa dia punya ayah yang hebat, dia pasti bangga. Namun, jika dia tahu kalau ibunya ini hanyalah perempuan murahan yang tega menjatuhkan harga dirinya, itu sangat memalukan.“Kenapa tiba-tiba kau bertanya tentang dady?” Madeline mengalihkan pembicaraan. “Bukankah kau punya banyak superhero untuk membantumu? Dan … ada momy yang siap melindungimu?”Dylan memanyunkan bibir. “Mom, semua anak di dunia ini pasti punya ayah.”Madeline mengiyakan itu, tetapi dia tidak mau menjawab omongan putranya.Madeline pikir sebaiknya dia menata ulang apartemennya ini. Setelah enam tahun ditinggalkan pasti banyak hal yang perlu diperbaiki dan diperbarui. Dia berdiri dan berjalan mengelilingi apartemen yang sekaligus menjadi saksi bisu kehidupan mereka berdua.Dia melihat ke arah kamar Dylan, mungkin nanti bisa membuat desain ulang yang lebih bagus supaya anaknya betah. Lalu dia melihat ke arah ruang tamunya, sofa dan
Read more
Anak Siapa Ini?
“Michael, ada apa?” Nyonya Sinclair sudah mendekati cucunya.Michael melihat ke arah perginya Madeline dan juga Dylan. Alisnya berkerut dan dia kelihatan sangat kesal.“Grandma, ada anak yang sangat nakal denganku!” Michael mengadu.“Ada yang nakal denganmu?” Nyonya Sinclair menanggapi cucunya. “Katakan padaku siapa yang berani bersikap begitu padamu!”Michael melihat lurus ke arah Dylan pergi. “Aku tidak tahu siapa dia, Grandma. Tapi, ibunya tadi menyebut namanya Dylan.”Nyonya Sinclair menggumam menyebut nama itu. Lalu, dia berkata, “Sabar saja, Sayang Grandma akan mengurus ini untukmu. Nanti akan aku katakan pada pihak sekolah supaya jangan sampai ada anak nakal yang berani mengganggumu.”Michael mengukir senyum. “Kau harus melakukannya, Grandma! Aku tidak suka dengan anak nakal itu!”Nyonya Sinclair mengangguk, mengelus kepala Michael dengan penuh kasih sayang. "Jangan khawatir, Michael. Grandma akan membicarakannya dengan kepala sekolah. Kita tidak bisa membiarkan anak-anak nakal
Read more
Jadi, Dia yang Membayarnya?
“Anak siapa ini?” Gini memperhatikan wajah Dylan lekat. Beberapa saat kemudian dia menyadari wajah anak kecil yang saat ini berada di dekat Madeline mirip dengan ….“Dia anakku!” Madeline menjawab cepat memotong lamunan Gini.Gini terkejut mendengar jawaban Madeline. Dia tidak bisa mempercayai apa yang baru saja didengarnya. Dia menggelengkan kepala dengan tidak percaya."Tidak mungkin! Aku yakin kamu hanya bercanda," ucap Gini dengan nada ragu.Madeline merasa canggung dan menelan ludah. Dia mencoba meyakinkan Gini dengan memberikan bukti."Benar, Gini. Dia anakku. Dylan, kasih salam pada Tante Gini," kata Madeline sambil meminta Dylan untuk memberikan salam.Dylan menyimpan es krimnya sejenak dan menoleh ke arah Gini dengan wajah polos yang penuh kegembiraan. Dia mengangkat tangannya ke udara dan memberikan salam pada Gini.“Hai, Tante Gini!" ucap Dylan dengan riang.Gini tersenyum dan melambaikan tangannya balik kepada Dylan. Dia merasa hangat melihat keceriaan dan kepolosan Dylan.
Read more
Antara yang Disayang dan yang Diabaikan
"Daren?" Madeline hampir tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya. Bagaimana mungkin Gini selama ini tidak pernah mengkonfirmasi padanya kalau mereka telah diakuisisi dalam perusahaan Darren? "Mady aku tahu kau kecewa karena ini, tapi dengarkan aku dulu."Madeline menggelengkan kepala dengan cepat. "Tidak ada yang perlu aku dengarkan. Sepertinya kerja sama kita berakhir saja di sini.""Mady, please, dengarkan dulu!" Gini melarang perempuan itu untuk gegabah dalam mengambil keputusan. "Pikirkan di zaman sekarang ini, tidak mudah untuk menjual sebuah buku. Tidak peduli seberapa bagus tulisanmu, jika kau bukan orang yang populer, tidak akan mudah menjual karya-karyamu," ujarnya. "Apa maksudmu dengan mengatakan demikian?" tanya Madeline sampai mengurutkan alis. Gini menghela napas panjang. "Selama ini kau terima royalti cukup besar, bukan? Aku rasa itu tidak lepas dari campur tangan Darren.""Jadi maksudmu, selama ini uang yang aku terima adalah uang cuma-cuma dari Darre
Read more
Kecurigaan
Cressida mendengar perkataan Darren, merasa hatinya seperti ditusuk. Namun, dia tidak bisa menunjukkan perdebatannya di depan Michael."Michael, sudah waktunya tidur," ucap Cressida tidak mau membuang waktunya lebih lama lagi. "Kita bisa bicara tentang anak nakal itu besok.”Michael, meski sedikit kecewa karena orang tuanya tampak tidak peduli dengan apa yang dia ceritakan."Mom, bisakah kamu membacakan dongeng sebelum tidur?" pinta Michael dengan mata yang berharap. Namun, Cressida merasa terlalu lelah dan frustrasi. Selain itu, rasa sakit hati yang disebabkan oleh sikap cuek Darren membuatnya sulit untuk mempertahankan kesabaran."Michael, sudah kubilang, kau harus tidur sekarang!" bentak Cressida, suaranya lebih keras dari yang dia inginkan. "Kau sudah cukup besar, jangan manja!"Michael terkejut, matanya membelalak. Dia tidak menyangka ibunya akan semarah ini. Dia berdiri di sana, diam hanya menatap ibunya."Dengar, Michael," kata Cressida, mencoba mengendalikan suaranya. "Kau ha
Read more
Jika Kau Nekat
Darren melewati malam dengan over thinking. Ada banyak hal yang mengganggu pikirannya. Entah itu soal Cressida atau Michael. Bahkan, dia masih merindukan Madeline.Paginya, ketika dia berada di kantor, Gisela sang sekretaris memberitahukan padanya kalau ada orang yang ingin bertemu. Ketika dikonfirmasi siapa dia, ternyata itu adalah Carlos. Anak buahnya yang ditugaskan untuk mencari tahu soal Madeline.Darren segera menyuruhnya segera ke ruangan."Pagi Pak Darren!" Carlos memyapa ketika dia sudah tiba di ruangan Darren."Masuklah!" Darren mempersilakannya.Carlos duduk di depan Darren. "Maaf mengganggu, Pak, aku datang ke sini untuk mengatakan kabar penting soal Madeline."Hanya alis Darren yang bertaut."Wanita yang Anda cari itu telah kembali," ujar Carlos.Dalam sekejap, semua kenangan tentang Madeline membanjiri pikirannya. "Di mana dia sekarang?" tanya Darren,"Aku rasa dia masih tinngal di apartemen lama, Pak. Aku sudah memperhatikannya selama beberapa hari ini."Darren memikirk
Read more
Pertarunagn Dua Wanita
Gini menarik napas dalam-dalam, berusaha menyusun kata-kata dengan hati-hati. "Darren, aku tahu ini sulit. Tapi percayalah, Mady bukanlah orang yang mudah dibujuk. Dia memiliki prinsip dan dia akan mempertahankannya sampai titik darah penghabisan. Aku tahu kau merasa berhak tahu, tapi apakah itu sebanding dengan risiko kehilangan Mady lagi?" Darren tampak ragu, matanya bergerak bolak-balik antara Gini dan latte-nya yang sudah mulai dingin. "Kau tidak akan mengerti dengan apa yang aku rasakan."Gini menggeleng. "Aku mengerti, Darren. Tapi, aku juga kenal betul dengan bagaimana Mady. Pikirkan juga soal istrimu. Kalau kau masih nekat mendekati Madeline, dia bisa dituduh yang bukan-bukan."Darren tampak terpaku, matanya menatap jauh ke luar jendela. Dia tahu semua ini terlalu rumit. Namun, bagaimana bisa dia berhenti mencari tahu? Bagaimana dia bisa berhenti mencintai Madeline?Darren berpikir keras, matanya menatap kosong ke depan. Dia terjepit antara cintanya pada Madeline dan tanggu
Read more
Keduanya Akan Berteman
Madeline menatapnya dengan tajam, tidak sedikit pun menunjukkan rasa takut. "Beraninya aku? Oh, Cressida, kau pikir aku akan takut padamu?" Dia tertawa kecil, suaranya penuh dengan sinisme. "Aku tidak takut padamu, baik dulu atau sekarang."“Dasar pelacur murahan!” Cressida menghinanya. “Aku tahu kenapa kau bisa berani begini.”Madeline belum paham dengan tuduhan Cressida.“Sudah pasti kau menggoda suamiku lagi, kan?” tuduh Cressida tanpa bukti. “Kau menggoda suamiku dan mengemis padanya supaya dilindungi.”Madeline bergeming untuk sejenak. Entahlah bagaimana dia harus mengelak. Rasanya mengatakan apa pun akan percuma saat ini.Cressida menunjuk Madeline. “Dengar! Sebesar apa pun cinta kalian, akulah yang istrinya. Kau hanya jalang yang coba kembali untuk menghancurkan rumah tanggaku.”Tuduhan Cressida kali ini mengenai jantung Madeline seperti sebilah pisau yang menancap.“Anakmu itu, jangan coba-coba meminta hak pada Darren atau aku akan membunuhmu! Dia hanyalah anak haram!” Cressid
Read more
Pertemuan Tidak Terduga
Dilan menatap lama Michael. “Emm, aku harus bilang semuanya kepada ibuku dengan siapa aku berteman, tapi kamu apakah benar ingin berteman denganku?” tanya Dilan bersungguh-sungguh tapi Michel langsung menyambut dengan anggukan kepala yang mantap. “Karena kau adalah orang yang mau membelaku saat Bobby dan teman-temannya nakal,” jawab Michael dengan sejujurnya. Belum sempat Dilan berbicara ternyata di seberang jalan, Madeline telah menunggu kedatangannya. “Aku duluan, besok kita bertemu lagi,” ucap Dilan berlari menemui ibunya. “Halo, Jagoan kecil,” sapa Madeline berjongkok agar mereka sama tingginya. “Hai, Mom, aku tadi kena hukuman dari Miss Neona.” Dilan tidak sabar ingin bercerita dia membuka percakapan tentang hukumannya tadi. “Oh, begitu, kita lanjut cerita di rumah, sekarang pulang dulu.” Bocah kecil sekolah TK tersebut menurut apa kata ibunya. Mereka pulang ke apartemen bersama-sama. Sore harinya. Madeline telah selesai membuat makan makan untuk mereka berdua. Dilan masi
Read more
PREV
123
DMCA.com Protection Status