Semua Bab Gelora Cinta Cassanova Impoten: Bab 31 - Bab 40
110 Bab
Pernyataan cinta
Bramono kini hanya bisa menunggu kesempatan untuk menarik Mala dari sisi Marco. Marco terlihat seperti tak ingin melepaskan Mala sedikitpun, dia selalu menggandeng Mala, memperkenalkan Mala dengan pada para tamunya.Bramono hanya terus menatap ke arah Mala, tak sedetikpun Mala lepas dari perhatiannya. Bramono tidak ingin sampai kesempatan sekecil apapun, untuk mengambil alih Mala dari Marco, terlewatkan olehnya.Merasa kesempatan itu tidak kunjung datang, akhirnya Bramono menulis sebuah pesan melalui handphone kepada Mala."Kita harus pulang sekarang!" Isi pesan yang Bramono kirim untuk Mala.Mala yang merasa handphonenya bergetar, segera mengeluarkan handphone nya lalu membaca pesan yang baru saja masuk.Mala mengalihkan pandangan nya mencari di mana keberadaan Bramono."Baiklah!" Sebuah pesan di kirim Mala untuk Bramono.Bramono melihat Mala, membisikkan sesuatu di telinga Marco yang membuat ekspresi wajah Marco langsung berubah, membuat Bramono mengerutkan keningnya melihatnya.
Baca selengkapnya
Meluluh lantahkan semuanya
Mala terkejut ketika handphonenya berbunyi, dia segera melihatnya, ternyata Bramono yang menelepon."Kita ketemu di apartemen!" Ucap Bramono, tanpa basa-basi, lalu Bramono langsung memutuskan sambungan teleponnya dengan Mala.Selesai menerima telepon, Mala langsung bangun dari duduknya, menatap Harun sebentar."Aku harus pergi sekarang," ucap Mala."Tapi kamu belum menjawab apapun!" Ucap Harun."Nanti saja, aku harus pergi sekarang," jawab Mala, dia hendak pergi meninggalkan Harun.Namun Harun mencegah Mala, dengan menahan tangannya."Ku mohon jawab dulu," Rajuk Harun, dia tak mau di gantung di tinggalkan begitu saja oleh Mala tanpa jawaban.Mala menatap Harun sekali lagi, Mala menggeleng pelan. Harun bingung mengartikan gelengan kepala Mala, apa Mala menolak cintanya atau dia mengatakan jika dia tak bisa menjawabnya sekarang?Mala segera pergi meninggalkan Harun saat merasa Harun melepaskan tangannya. Harun tersadar, saat Mala sudah berada jauh dari nya.Harun terduduk lemas, bagaima
Baca selengkapnya
Menghindar
Mala bahkan kini sudah tidak menangis lagi, dia sudah menguatkan dirinya untuk pasrah dengan apa yang sedang di lakukan Bramono padanya saat ini.Biasanya apa yang di lakukan Bramono saat ini, membuatnya hatinya melayang ke udara, kini dengan perbuatan yang sama, Bramono membuat hatinya Mala terkubur sedalam-dalamnya, di dasar bumi.Mala menoleh ke arah Bramono yang kini sudah terkulai lemas di sisinya, dengan sisa tenaga yang dia punya Mala turun dari tempat tidur, lalu berjalan perlahan masuk ke dalam kamar mandi.Setiap air yang menetes mengenai kulitnya, Mala merasakan rasa sedih dan benci amat luar biasa dalam hatinya, kesedihan karena harus mengalami hal ini, kebencian karena di lakukan oleh orang yang telah membuatnya jatuh cinta."Kenapa kamu tega melakukan ini, padaku!" Lirih Mala di sela tangisnya."Kenapa? apa kamu benar-benar hanya menganggap aku sampah yang tidak berguna, yang sebentar lagi kamu buang," lirih Mala lagi.Mala setelah merasa cukup berada di dalam kamar mand
Baca selengkapnya
Diamnya Mala
Bramono sampai tertidur di sofa malam itu, karena menunggu kedatangan Mala. Bramono malam itu tertidur di sofa sepanjang malam, membuat punggung nya agak sakit.Begitu bangun Bramono langsung mencari Mala kembali, barangkali pagi ini Mala sudah pulang.Namun Bramono kembali kecewa, karena Mala ternyata tidak pulang, tanpa banyak berpikir Bramono langsung mengendarai mobilnya menuju apartemen nya.Kedatangan Bramono di ruangan Mala, banyak mendapat tatapan bingung dari para cleaning servise yang kebetulan berada di tempat itu.Tanpa terkecuali om Rudi, om Rudi begitu melihat Bramono langsung menghampiri Bramono, dengan senyum yang lebar"Anda mencari siapa?" Tanya Om Rudi."Mala," jawab Bramono singkat."Mala tidak masuk hari ini," jawab om Rudi."Kamu tidak bohong?" Tanya Bramono sambil menatap tajam Rudi, lalu melihat ke sekeliling tempat itu.Rudi terdiam, mana mungkin dia berani berbohong pada Bramono, bisa di pecat dia. "Tidak, dia ijin lagi hari ini. Katanya sakit," jelas Rudi.
Baca selengkapnya
Memaksa
"Makanlah!" Ucap Bramono, sambil menyodorkan sebungkus nasi.Namun Mala, hanya diam mematung, tidak bergerak untuk mengambil nasi itu, dari tangan Bramono.Dengan terpaksa Bramono meletakkan bungkusan nasi itu, di meja yang ada di dekat Mala.Bramono kemudian menatap.ke arah Mala sekali lagi, Mala masih menatap ke depan dengan tatapan mata yang kosong.Bramono pun tak mau mengalah,.dengan aksi Mala ini. Bramono memilih untuk pergi meninggalkan Mala.Sampai di kamar, Bramono baru meluapkan rasa kesalnya pada Mala, dengan masuk ke dalam kamar mandi.Bramono mencuci wajahnya berkali-kali, mencoba menenangkan hatinya, agar tidak berbuat sesuatu yang akan melukai Mala lagi.Bramono tahu Mala melakukan itu karena marah padanya. Mala marah atas perbuatan nya semalam saat dia mabuk.Namun diamnya Mala, benar-benar menguji kesabaran nya. Bramono memutuskan untuk keluar dari kamarnya, tanpa menyentuh makanannya, rasa laparnya menjadi hilang dengan aksi diamnya Mala.Sebelum keluar, Bramono mel
Baca selengkapnya
pergi tanpa pamit
Mala memandang dirinya di cermin, matanya begitu bengkak akibat semalaman dia menangis, haruskah dia keluar sekarang? Dan bertemu dengan Bramono.Sedangkan Bramono sendiri masih berada di dalam kamar, masih mencoba mengingat siapa wanita yang telanjang di atas tubuhnya.Mala dengan terpaksa keluar dari kamar, masalah ini harus kelar, tidak boleh di tunda lagi, Mala takut Bramono berubah pikiran.Mala pergi ke dapur lebih dahulu, dia menyiapkan sarapan, selama di sini Mala melihat Bramono selalu sarapan di luar.Selesai membuat sarapan, Mala mencari Bramono di kamar."Tok, tok, tok" Mala mengetuk pintu kamar."Masuk!" Ucap Bramono, dia tahu siapa yang mengetuk pintu kamarnya.Mala tidak mau masuk ke kamar itu, dia takut membayangkan peristiwa malam itu."Sarapan, sudah siap," ucap Mala.Bramono menatap Mala yang hanya berdiri di depan pintu, Bramono melihat mata Mala, yang menatap ke arah tempat tidur, Bramono menghela nafas panjang lalu beranjak bangun dari tempatnya dan berjalan menu
Baca selengkapnya
Menangis dalam pelukan
Mala yang sudah selesai membereskan pakaiannya dan juga barang-barang, di rumah kontrakannya yang baru, menarik nafas lega.Setelah ini, dia baru akan menemui Bramono, tidak mungkin juga dia meninggalkan rumah itu begitu saja.Mala pun pergi mandi, setelah magrib dia baru akan ke rumah Bramono. Setelah magrib sesuai rencana, mala pergi ke rumah Bramono.Mala mencari Bramono di dalam rumah, tapi Bramono tidak ada. Mala memutuskan pergi ke dapur, dia akan masak sambil menunggu kedatangan Bramono."untung masih sisa banyak, bahan makanan," ucap Mala, saat melihat isi kulkas.Mala memang baru saja belanja, sebelum peristiwa itu terjadi.Selesai memasak, mala pun duduk santai di sofa menunggu Bramono datang. Tapi sekian lama Mala menunggu, Bramono tak kunjung datang, Mala melirik jam di tangannya."Lebih baik aku pulang sekarang," ucap Mala.Namun baru saja Mala beranjak dari tempatnya, pintu di buka dari luar, Mala diam menatap Bramono yang sedang berciuman dengan seorang wanita di depan
Baca selengkapnya
Naik Motor
Mala menghentikan tangisnya, lalu melepaskan diri dari pelukan Harun, kemudian dia masuk ke dalam kamarnya, tanpa berkata apapun pada Harun.Harun hanya bisa menatap pintu kamar Mala yang di tutup, nanti jika sudah tenang, dia pasti akan bertanya tentang hal ini.Bramono pulang ke rumah dengan hati yang kecewa, Mala sudah memilih Harun untuk menjadi tempat kesedihannya.Hari pun telah berganti, seminggu sudah Mala dan Bramono berpisah, tak ada lagi interaksi di antara mereka, Bramono pun sudah pindah lagi ke apartemen, karena rumah itu adalah milik Mala.Bramono memulai harinya tanpa Mala disisinya, di luar semua terlihat biasa saja."Katakan padaku, apa yang dia lakukan beberapa hari ini?" Tanya Bramono pada seseorang di balik telepon."Dia hanya diam di dalam kontrakan nya, bos!""Bagus, awasi dia terus! Jangan sampai ada pria yang mendekatinya!" Lanjut Bramono "Siap bos!" Bramono ternyata diam-diam, meminta orang untuk terus mengawasi Mala, mengawal Mala kemana pun Mala pergi, Br
Baca selengkapnya
Menyembunyikan kecantikan
Bramono dengan perasaan berbunga-bunga, mengendarai motornya ke arah tujuan yang di tunjuk oleh Mala."Jalannya sempit," ucap Bramono."Kita turun di sini saja," jawab Mala.Mala mengajak Bramono ke daerah tempat di mana kontrakan nya yang dulu, Mala berjanji akan makan bersama dengan para tetangga di sana hari ini.Mala sedikit tersenyum saat melihat ekspresi Bramono saat melewati gang kecil yang becek dan kotor itu.Gang ini memang selalu becek walau musim kemarau, karena ada saluran pembuangan air milik warga yang selalu tersumbat hingga airnya keluar ke mana-mana.Mala berpelukan bahagia bisa bertemu dengan mantan tetangganya dulu, mereka pun bergantian memeluk Mala.Bramono hanya berdiri terpaku di tempatnya, melihat tempatnya yang begitu sempit."Siapa dia Mala?" Tanya Bu Harun."Teman, Bu," jawab Mala."O_ibu kira pacar kamu, ganteng," lanjut Bu Harun."Karena dia ganteng, tak mungkin jadi pacar Mala, Bu!" Balas Mala.Bramono masuk ke dalam rumah yang sempit itu, mengikuti Mala
Baca selengkapnya
Rasa Rindu
Sepanjang hari itu, Bramono dan Mala bersama-sama, menghabiskan waktu bersama.Mereka seperti sedang melupakan masalah yang sedang mereka alami di antara mereka Bramono kemudian membawa Mala ke rumah mereka, Bramono tak ingin cepat-cepat berpisah dari Mala, lagipula rumah itu sudah kosong beberapa minggu ini."Kita malam ini tidur di sini, besok kita bersihkan rumah ini bersama-sama," ucap Bramono."Memangnya kamu tidak bekerja?""Aku cuti, aku sedang malas bekerja," jawab Bramono dengan dingin.Dia memang sedang malas bekerja, pikirannya selalu saja pada Mala, hingga tak bisa berkonsentrasi, seperti biasanya."Bagaimana jika kamu mencari pembantu atau penjaga untuk rumah ini, biar tidak terlalu kosong," ucap Mala."Kenapa tidak kamu saja yang mengisinya, ini kan rumah kamu," balas Bramono.Mala terdiam, dia tak bisa kembali ke rumah ini, walau rumah ini mengandung banyak kenangan manis, tapi peristiwa itu telah merusak segalanya, menghilangkan kenangan manis yang ada."Nanti saja,
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
11
DMCA.com Protection Status