Semua Bab Aku Tak Sebodoh yang Kau Kira : Bab 31 - Bab 40
73 Bab
31
Kubangunkan suamiku menjelang pukul 09.00 malam, aku bangunkan dia agar lelaki itu bisa makan malam menunaikan salat. Meski dia brengsek tapi kewajibannya harus selalu dia taati. Meski tidak selalu full salat lima waktu tapi setidaknya aku harus mengingatkan dia untuk beribadah."Mas, ayo bangun."Aku nungguin yang tubuhnya tapi dia tidak meresponku selain hanya menggeliat pelan."Mas, kau belum salat dan makan, ayo bangun!""A-aku lesu," jawabnya. Perlahan Dia memberikan badan sementara aku langsung meraba keningnya dan mendapati kalau dia demam. Napasnya pelan, putus putus, dan berkeringat dingin."Ada apa denganmu?""Entahlah, aku terlalu lelah.""Ya ampun... tunggu di sini, aku akan mengambilkan kompres dan makan."Segera diri ini pergi ke dapur untuk mengambilkan air hangat dan kompres, lalu menampilkan makanan untuknya. Kubawa nampan itu ke lantai dua, lalu kembali memeriksa keadaannya."Apa yang kau rasakan?""Aku menggigil.""Ayo makan dulu, habis itu minum obat lalu aku akan
Baca selengkapnya
32
"lalu aku harus bagaimana?""Tanyakan pada hatimu sendiri siapa yang paling kau cintai dan mana yang lebih kau prioritaskan, keluarga atau kebahagiaanmu sendiri? Aku paham kau tidak bisa melepaskannya, tapi ada hubungan yang lebih penting dari itu, kita sudah menikah dan kita punya anak.""Kau seakan memaksaku," ucapnya sambil tertawa tapi raut wajahnya menunjukkan kesedihan. Entah sedih karena apa? Bingung harus memilih istri atau pacar, ataukah, dia sedang memikirkan cara agar semuanya terlihat adil."Aku berhak melakukan itu karena aku adalah istrimu, aku melahirkan anak-anak dan menjaga keluarga kita. Apa itu bukan alasan yang tepat agar kau kembali sadar dan memperioritaskan keluarga?""Aku mengerti, beri aku waktu," ujarnya sambil menggenggam tanganku. Telapak tangannya terasa begitu hangat, dia menggenggam tanganku dengan erat, sementara aku membiarkan dia menenangkan hatinya sembari berusaha kembali tertidur lagi.*Esok hari,Aku terbangun karena mendengar suara anak-anak
Baca selengkapnya
33
Aku sedang melakukan briefing kepada tim divisi keuangan saat suamiku tiba-tiba masuk ke ruanganku dan menatap diri ini diambang pintu.Aku tahu maksud tatapannya, Jika dia berdiri seperti itu dengan tatapan mata yang lekat itu artinya dia ingin menyampaikan sesuatu. Aku memberi isyarat kepada karyawan untuk meminta izin jeda sebentar lalu menghampiri Mas Revan yang tentu saja itu adalah Direktur mereka."Ada apa Mas? Seperti yang kau lihat aku sedang briefing dengan timku.""Aku hanya datang dan memberitahumu kalau aku tidak akan kemana-mana.""Ya, aku tahu, semalam kau sudah memberitahuku kalau kau tidak ada jadwal kegiatan di luar kantor, ada apa lagi.""Aku tidak ingin kau terpengaruh dengan panggilan di mobil tadi."Aku langsung tertawa dan melipat tangan di dadaku, melihat dia yang benar-benar tegang dan cukup khawatir aku jadi kaget. Biasanya lelaki itu akan menabrak semua aturan dan norma demi bisa menemui kekasihnya. Meski di depan mata ada gelombang pasang atau petir yang
Baca selengkapnya
34
"Ada apa kau di sini?""Kebetulan sekali aku menemui kalian di sini, kebetulan karena beliau adalah Direktur sementara kau adalah staf keuangan yang penting di tempat ini."Melihat orang-orang mulai memperhatikan kami bertiga, gosok-gosip yang sudah bergulir tentang Mas Revan dan Ailin membuat sebagian menatap dengan sinis dan heran. Demi menjaga keadaan tetap nyaman aku langsung berdiri dari meja tersebut dan mengajak suami serta kekasih Suamiku itu keluar."Aku rasa kita harus bicara di kantor.""Aku tidak keberatan bicara di mana pun," Jawab wanita itu dengan gestur penuh kesombongan selalu sekaligus kepercayaan.Aku segera mengarahkan mereka untuk ikut denganku, menuju sebuah ruangan yang biasanya kami gunakan untuk rapat.Setelah masuk, kupersilakan Ailin untuk bicara."Apa yang kau inginkan?""Aku ingin kompensasi atas pemecatan sepihak sementara kontrak belum selesai."Hahaha.Aku langsung tergelak, tapi dia ada benarnya karena secara tiba-tiba Aku mau meminta ayah mertua untu
Baca selengkapnya
35
"katakan berapa banyak uang yang kau perlukan agar aku segera membayarmu dan kau segera pergi.""I cant believe it!" Ailin mendesis dengan air mata berderai. Mas Revan makin besar karena tentu saja dia kesal dengan kedatangan wanita itu di sela-sela tugasnya yang sibuk, terlebih dia datang di jam makan siang yang harusnya kami gunakan untuk istirahat dan mengambil jeda."Kamu ke sini butuh uang atau mau mempermalukan aku! Kamu tahu kan semua berita yang beredar itu kalau kamu memang sayang ke aku harusnya kamu nggak lakukan ini!""Mas, Aku mau mencoba untuk menemuimu!""Apa kamu nggak bisa sabar sampai aku pulang kerja!""Baik Maaf, aku akan pergi.""Ah, lalu apa yang akan terjadi setelahnya Apa kau dan aku akan mulai bertengkar dan di pertemuan nanti kita akan berdebat! Kenapa situasi ini jadi benar-benar tidak nyaman!"Suamiku mengatakan itu sambil mengeluh kesal dan nampak resah, sepertinya dia mulai gelisah bahwa apa yang dibicarakan orang selama ini nyatanya terbukti, lelaki itu
Baca selengkapnya
36
Seperti rencana kami sejak pagi, saat sudah kembali dari kantor Aku menyiapkan persiapan makan malam untuk anak-anak karena aku dan ayah mereka akan keluar sementara mereka akan di rumah dengan pengasuh dan asisten mereka.Kukenalkan gaun sebawah lutut yang cukup cantik, rambutku tergerai dengan riasan tipis, sebuah sepatu hak rendah di kaki dan tas untuk membawa ponsel.Saya turun ke bawah untuk menyusul Mas Revan suamiku nampak tertegun saat kami berpapasan. Dia menatap diri ini dengan lekas seakan kami baru pertama berjumpa. "Ada apa? Apa pakaianku tidak tepat?""Tidak, aku tercengang karena baru menyadari kau bisa secantik itu," balasnya dengan mata yang masih belum berkedip."Aku sudah masak untuk anak-anak dan memberitahu asisten jadi bisakah kita pergi sekarang.""Ayo," jawabnya dengan senyum lebar.Di depan pintu mobil Dia membukakannya untukku, sedikit membungkukkan badan dan tersenyum sambil mengatakan,"Silakan Nyonya Revan." Aku tergelak, hatiku berbunga."Kita akan keman
Baca selengkapnya
37,
Bagi buta, Mungkin ini terlalu pagi untuk mendengar sebuah perdebatan yang samar samar membuatku terbangun dari tidur lelap. Semalam kami makan, lalu jalan-jalan mengelilingi kota pulang menjelang pukul 01.00 malam dan tertidur dengan pulas. Kulirik jam, masih jam enam kurang lima belas. Tapi di bawah sana, aku bisa mendengar percakapan antara seorang pria dan wanita. Perdebatan sengit. Tadinya kupikir itu tetangga yang sedang aduh argumen dengan pasangannya tapi ternyata itu berasal dari teras rumahku. Musibah selimut lalu bangun dari tempat tidur, membuka tirai jendela lalu melihat kira-kira dengan siapa Mas Revan bicara. Apakah kebetulan dia bangun dan berolahraga pagi kemudian bertemu dan bicara dengan tetangga ataukah itu orang lain...Kuambil jaketku, kukenakan untuk menutupi baju tidur yang tanpa lengan. Aku turun menyusuri tangga untuk melihat itu siapa."Aku ga ngerti cara kamu berpikir!""Jangan salahkan pikiranku, teganya kau bohongi aku Mas, teganya kamu bilang kalau ka
Baca selengkapnya
38
Benar saja, aku aku mendapati ayah dan suamiku beserta dengan wanita itu sedang berbincang di gazebo kolam ikan. Ayah dan suamiku terlihat duduk dengan santai sementara wanita itu berdiri sambil menangis."Ada apa kamu ke sini?" Ibu mertua yang sejak lama memilih untuk diam saja tiba-tiba datang dan menemui Ailin."Saya hanya minta keadilan untukku, Mas Revan sudah berjanji untuk tidak meninggalkanku, Mas Revan sudah berjanji agar kami menikah....""Kenapa kamu begitu nekat untuk menikah dengan suami orang, apa yang terjadi?""Lalu apakah adil kalau aku dicampakkan begitu saja, setelah hubungan kami yang sudah layaknya suami istri terjalin selama bertahun-tahun. Kami sudah berdosa bersama, kami ingin menebusnya."Aku tertegun, tapi demi menghargai kedua Mertuaku juga menghargai bahwa Ini rumah adalah rumah mereka, aku mencoba untuk bersabar dan diam saja.Bayangkan, sudah bertahun-tahun suamiku menyembunyikan hubungannya dan mereka sudah seperti pasangan menikah, artinya mereka benar
Baca selengkapnya
39
"Dengarkan aku Ailin ini adalah saran terbaik untukmu dariku. Aku mohon mengertilah, jangan paksakan keadaan sesuai dengan ambisimu, jangan paksakan apa yang tidak bisa kau miliki ada di dalam genggamanmu. Pergilah ke Malaysia dan bawa rekomendasi pekerjaan dari mertuaku.""Tidak.""Aku tahu kau gengsi, egomu mmelarangmu untuk menerima bantuan orang-orang yang sudah melecehkanmu, tapi lihatlah, pada satu sisi akan membutuhkan semua itu demi kelangsungan dan kesuksesanmu di masa depan. Jadi, terima rekomendasi pekerjaan itu dan pergilah sejauh mungkin.""Keluarga kalian sungguh pandai menyingkirkan orang.""Tidak ada artinya kau melawan sebab kau akan kalah meski kau tidak langsung berhadapan denganku tapi kau berhadapan dengan seorang komisaris yang punya kekuasaan, Ayah mertua tidak akan membiarkan kau terus mengejar suamiku.""Apa akhirnya aku akan disingkirkan secara paksa?""Sebelum itu terjadi ambillah langkahmu tinggalkan suamiku dan pergilah tata kehidupan barumu.Wanita it
Baca selengkapnya
40
"Ada apa Ailin?" Suamiku menjumpai wanita itu di teras mempersoalkan dia duduk tapi wanita itu tidak ingin duduk aku menyimak mereka dari mengintipnya di balik gorden."Aku ingin bicara....""Aku terkejut dengan keberanianmu karena sudah begitu seringnya kau datang ke rumah ini dan sudah begitu sering juga istriku mengusirmu, tapi kau masih terus kembali juga.""Aku hanya ingin melihatmu.""Dengar, ai... Bisakah kita sudahi hubungan ini baik-baik sehingga tidak ada permusuhan dan kita bisa berteman saja?"Wanita itu menggeleng perlahan lalu tiba-tiba pecah tangisannya. Airmatanya tumpah, ia tergugu, bahunya berguncang dan ekspresi wajahnya sangat memilukan."Kenapa?""Aku memang tidak akan mengganggumu lagi Mas aku datang ke sini untuk berpamitan."Saat Airin bilang berpamitan tiba-tiba Mas Revan terdiam, dia seperti tercengang dan ekspresi wajahnya seakan tak mampu menahan kesedihan meski dia berusaha menyembunyikan. Lelaki itu berusaha tersenyum tipis dan mengangguk untuk memahami
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234568
DMCA.com Protection Status