"Siapa?"Mendengar ponselnya terus berdering tanpa henti, Ardika menjawabnya dengan agak kesal."Oh, ya ampun. Baru beberapa hari nggak bertemu saja, kamu sudah mulai emosional ya, Ardika!"Di ujung telepon, terdengar suara sedingin es Jeslin yang diliputi dengan ketidakpuasan. "Di usiamu sekarang ini, bagaimana kamu masih bisa tidur dengan tenang?""Ibarat tong kosong nyaring bunyinya, kamu baru meraih sedikit pencapaian saja sudah sombong.""Eh, bisakah kamu sedikit lebih termotivasi?""Kalau nggak, dengan situasimu sekarang ini, biarpun aku memberimu 100 tahun lagi, kamu juga belum tentu bisa memenuhi persyaratanku!"Mendengar Jeslin yang begitu membuka mulut saja sudah mengguruinya, Ardika benar-benar tidak bisa berkata-kata lagi.Dia buru-buru menyela wanita arogan itu, "Ada urusan apa, Jeslin? Apa Pak Sutandi juga ingin mentraktirku makan?""Hei, apa hanya ada makan, makan dan makan saja di pikiranmu itu?!"Jeslin berkata dengan sangat marah, "Cepat bangun, beres-beres dan keluar
Read more