All Chapters of Gadis Tawanan Pelunas Hutang: Chapter 31 - Chapter 40
49 Chapters
Bab 31 - Misteri Terselubung
Tiba-tiba, dia teringat akan email yang dikirim Alfian tadi. Hingga membawa Zaki kembali fokus ke laptop demi menelaah isi pesan rahasia yang diberikan sang pengirim. [Paradise Murder.][Nama-nama tertera. Barangkali sebagai saksi kunci peristiwa naas di tebing Paradise Hotel, atau bisa menjadi tersangka.]Begitu bunyi email yang masuk. Keningnya mengerut memerhati deretan nama yang tercatat di sana. "Seperti kenal." Zaki bergumam.Ingatannya kembali ke lima tahun lalu saat dirinya bertemu klien di Paradise Hotel. Sore harinya, Zaki sengaja ke taman belakang hotel sekadar mencari angin segar setelah beberapa hari melewati aktivitas padat."Ah, lelah," celetuknya sambil merentangkan kedua tangannya seperti melakukan pergerakan aerobik. Namun, seketika fokusnya teralihkan.Tampak dari jauh, seorang youtuber cantik bersama rekan satu tim sedang melakukan siaran langsung di channel kesayangan mereka. Salah satu konten menariknya, dengan memamerkan posisi dia berada di ketinggian lahan
Read more
Bab 32 - Orang Terdekat Zaki
Niatnya kini telah mencapai satu titik aman. Cinta berhasil naik daun. Namun, satu hal yang tidak dia sadari bahwa niat awal kehadiran Abimanyu ke kota Mahardika diam-diam siap mengubah rencananya.Sementara di tempat yang berbeda, seseorang dengan penampilan jaket hitam bertopi ikut memerhatikan berita terbaru soal model muda yang lagi naik daun. Di balik layar televisi yang ditonton, sosok itu bergumam kecil."Bersiaplah menjemput bola." Seringai jahat mengukir di sudut bibir kering miliknya.Tiga bulan berlalu, nama dan wajah Cinta mulai ramah menghiasi pemberitaan media tanah air. Kesempatan kerja kian berdatangan."Luar biasa, Cinta! Minggu ini kita mendapat tawaran job mengisi acara pekan mode dunia di Dubai. Mereka sangat terkesan dengan penampilanmu di Tokyo kemarin." Abimanyu berucap saat sedang menyantap sarapan pagi bersama di kantin. "Ini kesempatan bagus," tambahnya dengan seringai paling menawan.Cinta tampak tertegun, matanya sedikit membola saat mendongak ke arah Abim
Read more
Bab 33 - Panggilan Darurat
"A-aku —"Cinta tertunduk. Netra basah yang tadi belum sepenuhnya mengering kini kembali tumpah ruah. Lidah tidak mampu berkata-kata dan perasaannya seakan diaduk oleh pusaran angin hingga semuanya menjadi serpihan tak berbentuk."Semudah itu seorang model profesional diperdaya?" sindir Zaki kedengaran sinis, memaksa kepala Cinta yang tadi menunduk dalam kembali ditegakkan.Meski suasana cukup mencekam, Cinta tetap berupaya menjaga kondisi hati agar tidak terpancing. Sedang Zaki kembali memasang wajah sinis."Jika pertahananmu seujung kuku, maka pikirkan saja berapa banyak pria hidung belang yang bakal leluasa memerdaya dengan brutal," tambahnya lagi dengan datar dan menekan, membawa aura dingin ikut menguar di sekitarnya.Mata sembab Cinta mendadak membola. Bulir bening yang tadinya setia membasahi mendadak berganti dengan luapan emosi yang tidak tertahan. "Jadi kau menyentuhku baru saja untuk menguji seberapa besar aku bisa bertahan?" tanyanya dengan tatapan menusuk.Zaki menyering
Read more
Bab 34 - Pergi
"Kalau apa? Ibu kenapa, Bu?" Cinta bertanya lirih. Rasa panik menjalar saat melihat wanita nomor satu di hatinya tampak kesulitan bernapas. Perlahan jemarinya naik meraba dahi sambil terus memberi dukungan."Jangan terlalu dipaksa bergerak, Bu," tambahnya dengan membelai, menggenggam lembut tangan mengeriput yang digerogoti penyakit menahun."S-sebenarnya, Ibu yang bertanggung jawab atas kematian kakakmu Gita." Lagi, wanita itu berbicara gagap. Susah payah dia mengatur napas hingga wajahnya ikut menegang.Cinta menggeleng pelan, matanya menatap wanita yang juga sedang menyorotinya dengan pandangan sayu."Ibu bicara apa? Tenang dan istirahat, ya. Jangan pikir macam-macam dulu," bujuknya agar resah hati sang ibu bisa mereda."Cinta, Sayang. Semua harus dibahas karena setelah ini, ibu hanya ingin menjalani sisa hidup dengan tenang," keluh Melly berat. Dia perlu menjelaskan sesuatu kepada Cinta tanpa harus menunggu rasa sakit mengunci jalur suara dan otaknya. "Ibu ingin ngobrol apa? Na
Read more
Bab 35 - Doa Tulus Mendiang Ibu
Cinta terisak sendu di balik jasad kaku sang ibu sebelum pihak medis datang mengurus jenazahnya. Semua kenangan masa kecil bersama wanita itu kembali terputar di benak."Cinta, Sayang. Coba, deh, puding enak buatan Ibu," ucap Bu Melly sembari mendaratkan satu suapan ke mulut mungilnya.Dia menyambut potongan kecil puding tersebut sambil memainkannya dalam kunyahan. Memberi sensasi tiada banding sebagai definisi masakan ibu paling enak di dunia. Nikmat, gurih dan pecah di mulut."Gimana? Enak, kan?" tanya wanita berambut panjang terurai itu sambil tersenyum memandangi wajah cantik turunan dirinya dengan penuh kasih sayang. Cinta mengangguk penuh semangat."Em, enak. Ini manis dan sangat nikmat, Bu," jawabnya dengan membulatkan dua bola mata membuat sang ibu kembali angkat bicara."Ibu doakan semoga perjalanan hidupmu kelak bisa semanis puding buatan Ibu ini, Nak!" ucapnya masih dengan tawa yang terbit penuh harap. "Amin." Cinta ikut mengamini ucapan atas perintah ibunya menyertai doa
Read more
Bab 36 - Cikal Bakal Kebencian
"Jadi menurutlah jika ingin selamat," tutupnya datar penuh tanda tanya.Cinta menuruti arahan Zaki walau sebenarnya di hati kecil menyangkal tindakan sepihak pria itu. "Apa yang tidak, Tuan Zaki. Bahkan hidup dan mati kupersembahkan untukmu."Malam itu, satu per satu kerabat dekat mulai bubar usai menjalani ritual doa bersama di rumah mendiang ayah dan ibunya. Cinta memilih pergi ke kamar peninggalan sang ibu untuk mengenang kembali memori kebersamaan mereka. "Ibu," panggil lirih hatinya.Beberapa pigura keluarga terpajang sempurna di dinding saat dia melempar pandangan sekeliling. Tidak ketinggalan bingkai hias di nakas terlihat seperti belum lama ditata walau permukaannya sedikit berdebu. Kasur, seprei dan segala pernik kamar tampak seperti masih baru."Waktu ayah meninggal, tak berselang lama ibu dirawat di rumah sakit. Tidak ada orang yang menempati rumah ini." Cinta menggumam sendu.Sejak itu pula, kepemilikan rumah tersebut jatuh ke tangan Zaki sebab sang ayah dengan ikhlas me
Read more
Bab 37 - Tidak Ingin Terjebak
"Sebenarnya apa yang ingin kau tunjukkan padaku, wanita kecil?" batin Zaki bingung. Cinta menarik diri dari pelukan Zaki saat hatinya merasa lebih tenang. Sejenak, dia mengambil langkah mundur sambil menyapu wajah yang basah dengan telapak tangan."Terima kasih atas perhatiannya. Aku akan istirahat sekarang," ucapnya mantap sambil beranjak naik ke ranjang. Perlahan dia merebahkan badan sambil memejam mata yang terlihat kuyu. Tak butuh waktu lama, tubuh lelah itu mulai meregang dan jiwanya terbuai ke alam mimpi. "Selamat malam." Tangan Zaki bergerak melakukan sesuatu sebelum akhirnya memilih keluar dari kamar tersebut.Malam itu Cinta tidak bisa tidur nyenyak. Bayangan kelam masa lalu bersama kedua orang tuanya seakan menjegal mimpinya. "Ibu ... ayah! Jangan tinggalkan Cinta! Pergi kalian semua! Jangan sakiti kakakku!" Berulang kali wanita itu menjerit, meracau, dan merengek dalam tangisan pilu hingga Zaki yang berada di kamar sebelah memilih kembali ke sana demi memantau keadaan
Read more
Bab 38 - Momen Pagi Hari
"Apa kau sedang mencoba membunuhku secara perlahan, Zaki?" batinnya sendu dengan bola mata berkaca-kaca.Sulit menebak hati pria yang kini mendekapnya erat. Membalasnya dengan sentuhan lembut yang tidak biasa ke beberapa titik sensitif tubuhnya. Membuat seonggok daging di balik dada seakan melompat tanpa kendali."Terkutuk!" Cinta mengumpat keras dalam hati.Saat sedang berjuang menjauhi, justru pria itu datang membawa hal tak terduga yang membuatnya seolah diperhatikan dan ini jelas membuat angan melayang. "Tolong, Zaki. Aku sudah cukup tersiksa karena terabaikan. Jangan kau paksa lagi dengan menggetarkan rasa dalam hati ini." Lagi, Cinta menggerutu dalam batin. Kini raut wajah cantik natural tanpa make up itu memerah layaknya tomat."Tolong hentikan, " bisiknya lirih ke telinga Zaki.Zaki sigap melonggarkan rengkuhan. Berbalik di posisi telentang dalam posisi napas yang sedikit tersengal. Matanya jeli memandang keliling kamar rumah minimalis dengan aksen biru laut menenangkan. "R
Read more
Bab 39 - Kehadiran Seseorang
"Ayo, sarapan. Kalau sarapanmu tidak disentuh, aku ajak pulang sekarang." Tiba-tiba Zaki bersuara, membawa Cinta kembali fokus sambil mencoba menikmati sarapannya. Namun, kehadiran seorang pria matang di depan pintu utama membuat selera makannya kembali memburuk. "P-paman Dion?" panggilnya gagap, tetapi tidak mendapat jawaban dari orang yang disebutkan namanya.Pria bertampang bersih dengan bekas calar di pipi kiri itu bergerak mendekat sambil melempar tatapan misterius."B-bukannya waktu itu, Paman --" Ucapannya tercekat. Bayangan lima tahun lalu kembali merasuki pikiran. Ya, Cinta pernah menjadi saksi pertengkaran hebat antara kedua orang tuanya dengan pria bernama Dion ini hingga lelaki itu memutuskan pergi dari rumah. Beberapa hari kemudian, pihak kepolisian datang membawa berita kematian seorang pria dengan memboyong identitasnya sebagai korban kecelakaan tunggal."Argh!" Cinta kalap. Kalau saat ini Dion tiba-tiba muncul di hadapannya, lalu mayat siapa yang ditemukan terbakar
Read more
Bab 40 - Dion dan Ari
"Terima ini!" pekik Dion kasar. Tangannya sigap melempar benda keras tersebut ke arah Zaki. Dengan cepat Zaki menghindar. Benda pecah belah tersebut melayang dan jatuh membentur lantai hingga berkecai menjadi serpihan kaca."Brengsek!"Merasa diperdaya, Dion tidak terima. Dia kembali menyerang dengan menerjangnya dan Zaki menangkis serangan tersebut hingga terjadi adu tenaga di antara mereka. "Cari mati kau, Bajingan!" teriak Dion lagi penuh amarah. Zaki yang kelihatan tenang, masih saja membuat gerakan mundur sambil menangkis serangan. Hingga di gerakan berikutnya, dia membalas dengan sebuah pukulan telak ke pelipis Dion. Membuat lelaki sebayanya itu seketika terhuyung.Zaki menyeringai. "Untuk apa menghilangkan diri selama lima tahun kalau pulang hanya menjadi pecundang besar? Apa Anda berpikir bisa semudah itu merebut kepemilikan Arsyandi Buana?" ujarnya cukup sinis, tetapi dengan nada tetap tenang. Tindakannya ini berhasil memancing Dion hingga ke puncak kemarahannya. Merasa d
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status