All Chapters of Teror Ghaib: Chapter 21 - Chapter 30
163 Chapters
Teror Ghaib 21
Emma meraih telepon dari tangan Robin pelan-pelan. “Halo,” katanya setelah menempelkan telepon di telinga.“Emma, kamu dan keluargamu harus bertanggung jawab,” terdengar suara seorang peremmmpuan dari seberang.“Dengan siapa aku bicara?” tanya Emma memastikan. Walaupun sebenarnya dia sudah tahu kemungkinan besar yang meneleponnya adalah orangtua Anne.“Aku ibunya Anne,” sahut wanita itu, “kamu dan orangtuamu kami tunggu di rumah sakit Kasih Bunda.”Sambungan lalu terputus.“Siapa yang menelepon?” tanya Robin.Emma tak menjawab. Dia berpaling pada Lily. “Bu, orangtua Anne minta kita datang ke rumah sakit Kasih Bunda,” katanya.“Ayo kita pergi,” kata Lily pada Robin.“Hei, ada apa?” tanya Roobin, “siapa yang sakit?”“Aku jelaskan nanti,” kata Lily, “sekarang cepat keluarkan mobilnya dari garasi.”***Mereka sampai di rumah sakit setengah jam kemudian. Dengan cekatan, Robin memarkirkan mobil. Setelah itu, mereka bertiga lalu keluar dari mobil dan berjalan menuju lobi rumah sakit.Di lobi
Read more
Teror Ghaib 22
Tony kemudian melihat ke belakang dan berbalik. Yang menyentuh bahu Ethan. Di belakang Ethan ada Jake. Ada kain kasa dan plester di dahi kanan Jake."Hei, kalian nggak pulang?" tanya Tony.“Jake, dahimu kenapa?” kata Tony lagi, “kamu terjatuh? Atau berkelahi?”"Kenapa kamu nggak ngasih tahu aku kalo ada ada hantu di rumah Emma?" kata Jake. Dia mencengkeram kerah baju Tony.Tony menepis tangan Jake. "Apa maksudmu?" dia bertanya, "Aku belum pernah ngeliat hantu setiap aku dateng ke rumah Emma."“Aku mengalami kecelakaan karena dikejar hantu dari halaman rumah Emma,” kata Jake, “hantu itu bertubuh besar dan warnanya hitam.Tony terdiam. Hantu yang dimaksud Jake pastinya adalah hantu yang sama yang mengganggu Emma."Hei Tony, kamu bisu ya?" kata Jake, “kenapa kamu nggak jawab?”“Aku minta maaf sebelumnya,” kata Tony, “Aku nggak pernah diganggu sama hantu kalau aku datang ke rumah Emma, ​​​​tapi Emma sendiri yang pernah. Aku nggak nyangka hantu itu juga ganggu kamu.”"Hantu sialan itu mer
Read more
Teror Ghaib 23
Desy memandang Emma dengan cermat. “Kamu harus bersiap-siap,” katanya, “ini akan sangat mengejutkan.”"Cepet kasih tahu aku, Desy," kata Sabrina tidak sabar, "jangan bikin aku penasaran.""Aku denger Jake ngedeketin Emma," kata Desy."Apa?!" kata Sabrina."Kamu bercanda kan?" Jawab Anne. Dia kemudian mencoba untuk bangun. Namun sebelum dia sempat duduk, dia kembali berbaring, "Sial, kepalaku masih pusing.""Aku nggak bercanda," kata Desy, "dalam perjalanan ke rumahmu ada yang ngasih tau aku tentang itu.""Gimana bisa?" kata Sabrina. Dia tidak bisa berhenti berpikir. Sekalipun Jake jatuh cinta, laki-laki itu harusnya jatuh cinta padanya. Bukan Emma yang culun."Aku juga nggak percaya, Sabrina," kata Desy, "Kukira Jake bakalan suka cewek kayak kamu. Cantik, modis dan berasal dari keluarga kaya raya. Bukan gadis culun yang nggak pernah memperhatikan penampilannya seperti Emma.""Aku curiga Emma menggunakan ilmu hitam buat narik perhatian Jake, Sabrina," kata Anne, "kayaknya nggak mungkin
Read more
Teror Ghaib 24
Jari-jari tangannya berwarna hitam dan memiliki kuku yang sangat panjang dan tajam. Sebelum tangan itu berhasil mencekik lehernya, Tony berusaha menahannya. Namun usaha Tony gagal. Kekuatan tangan itu sangat kuat.Jeremy panik saat melihat Tony tampak sesak napas. Ia berusaha membangunkan putranya dengan menggoyangkan tubuh Tony. Ia semakin panik ketika usahanya tidak berhasil. Tubuh Tony justru mengeluarkan keringat dingin.“Tony, bangun, Nak,” kata Jeremy. Dia menepuk wajah Tony beberapa kali. Dia menghela nafas lega saat melihat Tony perlahan membuka matanya."Apa yang terjadi?" Jeremy bertanya ketika Tony sudah membuka matanya sepenuhnya."Hantu itu...," kata Tony. Dia menggelengkan kepalanya, tampak frustrasi.“Kenapa dengan hantu itu?” Jeremy bertanya.Dia Nyerang aku,” kata Tony.Jeremy membelalakkan matanya. “yang benar?” dia berkata, "mana yang terluka?""Nggak apa-apa," kata Tony, "Aku baik-baik aja.""Kamu yakin, Nak?" Jeremy meminta konfirmasi.Tony mengangguk. "Ayo pergi
Read more
Teror Ghaib 25
“Kalau nggak, aku nggak akan nganggep kamu sebagai temen lagi,” kata Jake. Dia menepuk bahu Tony.Tony tertawa. “Ancaman yang bagus,” katanya, “tapi aku nggak takut. Kalo kamu nggak nganggep aku temen, aku bisa berteman dengan tumbuhan, hewan dan bahkan hantu.”Jake menatap Tony selama beberapa detik. Dia kemudian tertawa. “Leluconmu cukup lucu,” katanya.***Sebenarnya Emma lapar, namun karena tidak ingin pergi ke kantin dan bertemu geng Sabrina, ia memilih pergi ke studio musik. Di sana ia bisa bersantai sambil memainkan alat musik.Awalnya Emma ragu ketika langkahnya terhenti di depan gedung. Dari luar ruangan terlihat sedikit menakutkan karena sepi dan selalu tertutup. Namun Emma mengesampingkan rasa takutnya dan membuka pintu. Perlahan, dia masuk.Studio musiknya sangat luas. Luasnya sekitar empat kali luas ruang tamu Emma. Di pojok kanan ruangan terdapat lemari besar dan tinggi. Setahu Emma, ​​lemari ini biasanya digunakan untuk menyimpan alat-alat musik kecil seperti terompet
Read more
Teror Ghaib 26
Rupanya suara langkah itu adalah langkah kaki Tony. Bocah itu memasuki studio musik sambil membawa burger di tangan kanannya."Apa yang terjadi?" tanya Tony. Dia melangkah mendekati Emma.Emma menggelengkan kepalanya. “Nggak ada apa-apa,” kata Emma, ​​“kita Cuma mau belajar memainin alat musik.”"Eh ... aku pergi dulu," kata Veronica, "Ngeelihat burgernya, aku jadi lapar."Tony mengangguk, "oke," katanya, "hati-hati."Setelah Veronica pergi, Emma kembali duduk di bangku piano. Tony juga duduk di sampingnya. Ia lalu menyerahkan burger itu pada Emma."Berapaan?" Emma bertanya kapan dia menerima burger itu."Aku nggak jualan burger," kata Tony.Emma tertawa. Dia kemudian mulai makan burgernya.“Ngomong-ngomong, kamu kenal cewek tadi?” tanya Tony.“Aku baru saja tau namanya tadi pas dia dateng ke sini,” kata Emma. Pipinya menggembung karena mengunyah burger."Jadi, kamu baru Kenal dia beberapa menit?" tanya Tony."Ya," kata Emma. Dia mengangguk, “kenapa emangnya?”"Menurutku itu aneh," ka
Read more
Teror Ghaib 27
Veronica menoleh. Dia membelalakkan matanya saat melihat Emma di belakangnya dan pintu studio musik terbuka.“Usaha yang bagus, Nak,” kata Emma. Suaranya dalam dan aneh. Tidak seperti suara Emma biasanya."Siapa kamu?" Veronika bertanya. Dia merinding dan sangat ketakutan.Emma mengerang. Wajahnya menjadi jelek dan ada beberapa bintik merah seperti darah kering."Aku Emma," kata Emma. Dia menyeringai lalu berlari mengejar Veronica. Larinya sangat cepat. Nyaris seperti terbang.Veronika berlari dengan sangat cepat juga. Emma mengejarnya. Tak mau menyerah, Veronica berlari semakin kencang. Namun, semakin cepat ia berlari, semakin cepat pula Emma mengikutinya. Usaha Veronica mempercepat langkahnya sepertinya sia-sia. Karena kelelahan dan kaki lemah, ia terjatuh saat berlari melewati halaman luas depan fakultas kedokteran. Saat itulah Emma meraih pergelangan kakinya."Mau kemana, Nak?" tanya Ema.teriak Veronika. "Jangan ganggu aku?" katanya, “pergi!”Emma tertawa keras dan melengking. “K
Read more
Teror Ghaib 28
“Kamu nggak bisa ngelakuin hal sepele kayak gitu?!” kata Sabrina, “dia mendorong Veronica dengan tangan kanannya.“Maaf,” kata Veronica, “Aku gagal nyampurin obat pencahar ke dalam minumannya. Tapi pas aku pulang dari kampus aku ngajak dia ke studio musik. Aku ngunci dia dari dari luar. Tapi dia bisa keluar. Dia terus berubah jadi sosok yang menakutkan dan membuatku takut.""Kalo gitu pulang sana," kata Sabrina, "Aku nggak akan ngasih kamu apa-apa karena kamu gagal."***Emma duduk di tempat tidur di kamarnya. Dia memikirkan kejadian yang menimpanya sepulang dari kampus. Mengapa Veronica ingin menyakitinya? Apakah gadis itu benar-benar kaki tangan Sabrina?Kalau dipikir-pikir, Emma hampir tidak pernah mengenal satu pun mahasiswa tingkat akhir selain Sabrina dan kedua temannya. Itu karena mereka terlalu sering mengganggunya. Rasanya tidak mungkin tanpa alasan ada orang yang memusuhinya. Kecuali, Sabrina menyuruh Veronica untuk menyakitinya.Emma berhenti melamun ketika mendengar suara
Read more
Teror Ghaib 29
Emma kemudian meraih kucing itu dan mengangkatnya. Dengan sekuat tenaga, dia lalu mencekik kucing itu. Kucing itu mengeong dengan keras. Seolah tak punya rasa kasihan, Emma kemudian mencakar kucing itu dengan kukunya yang panjang dan tajam. Dia tidak peduli jika Tony memintanya berhenti. Dia melepaskannya begitu saja dan melemparkan kucing itu ke tanah setelah kucing itu tidak bergerak lagi.Gara-gara ulah Emma, ​​banyak pengunjung taman yang berteriak dan berlarian. Mereka panik dan ketakutan. Tak ingin suasana semakin riuh, Tony pun lalu mengajak Emma keluar dari taman. Dengan susah payah dia merangkul Emma karena gadis itu sempat berontak saat akan diajak pergi."Ayo pulang, Emma," ajak Tony. Ia terpaksa menarik tubuh Emma.Tony tahu apa yang terjadi pada Emma. Gadis itu sepertinya kerasukan lagi. Tak ingin Emma mengganggu konsentrasinya dalam mengemudi, Tony menempatkan gadis itu di kursi belakang. Tidak di sebelah kursi pengemudi. Dia berharap secepatnya Emma yang saat ini sedang
Read more
Teror Ghaib 30
Jake secara refleks menoleh ke sumber suara. Rupanya ada Tony. Anak laki-laki itu memandangnya dan Sabrina dengan mata curiga.Jake lalu berjalan cepat menuju Tony. “Hei, Tony,” katanya sambil berhenti di depannya, “kita cuma ngobrol.”“Cuma ngobrol?” kata Tony, “Ethan dan aku mau pulang.” Tony kemudian berbalik. Setelah berjalan beberapa langkah, dia kemudian menoleh ke arah Jake, “berdoa aja biar Emma nggak tahu semua ini.”"Sial," kata Jake. Dia kemudian berjalan mengejar Tony.“Tony, Tunggu,” kata Jake saat langkahnya hampir mencapai ruangan yang digunakan untuk makan malam.Tony menghentikan langkahnya. Dia kemudian berbalik.“Apa yang kamu lihat tadi nggak kayak yang kamu bayangkan?” kata Jake, “kita cuma gobrol. Terus tiba-tiba Sabrina jalan ngedeketin aku. Tolong jangan jangan bilang apa-apa ke Emma. Akusuka banget sama dia.”Tony menarik napas dalam-dalam. “Kali ini aku percaya sama apa yang kamu bilang,” katanya, “ayo pulang.”***Sabrina, Desy dan Anne ada di kelas. Karen
Read more
PREV
123456
...
17
DMCA.com Protection Status