Semua Bab Dikhianati Kekasih, Dinikahi Bos Galak: Bab 21 - Bab 30
141 Bab
Bab 21 : Alur yang Dirangkai Yuda
“Kamu darimana?” tanya Kaivan saat Khayra kembali ke kantor. “Aku baru saja keluar makan siang,” jawab Khayra. “Sendiri? Tumben sekali,” ucap Kaivan. “Kita sedang ada di kantor. Bisa kita bahas nanti saja di rumah?” tanya Khayra. “Kenapa memangnya? Apa kamu sangat tidak mau kalau semua orang kantor mengetahui hubungan kita?” tanya Kaivan dengan tenang. Khayra hanya diam dan tidak berkata apa-apa. “Aku ingin semua orang tahu hubungan kita,” ucap Kaivan dengan tegas. Khayra teringat perkataan Genny kalau Kaivan akan kembali ke perusahaan keluarganya. Yang berarti, pria itu akan keluar dari perusahaan ini. “Bisakah kita bicarakan hal ini di rumah,” ucap Khayra sekali lagi dan itu membuat Kaivan tidak bisa memaksanya lagi. “Baiklah. Kalau begitu, kembalilah bekerja,” perintahnya. Khayra menundukkan sedikit kepalanya dan beranjak pergi menuju mejanya. Syukurlah semuanya belum kembali dari ma
Baca selengkapnya
Bab 22 : Pertunangan
“Khayra, katakan padaku! Kabar yang kemarin. Kamu dan Pak Kaivan? Apa benar kalian berhubungan?” tanya Sunny. Saat ini, Khayra sedang berada diinterogasi oleh rekan kerjanya di pantry. Di sana ada Sunny dan Nita. “Kamu tau, kehebohan kemarin, sudah tersebar di seluruh penjuru perusahaan. Lihat, dasyatnya tembok di perusahaan ini, mereka bisa berbicara,” ucap Nita. “Ya, berita itu benar. Aku dan pak Kaivan sedang menjalin hubungan,” ucap Khayra. “Apa kamu sedang bercanda?” tanya Sunny terlihat syock. “Kamu gak lagi ngelantur, kan? Kamu sadar, kan? Dia ini pak Kaivan loh, bos galak di perusahaan,” ucap Nita. Khayra tersenyum di sana. “Memangnya kenapa kalau dia bos galak?” tanya Khayra. “Kamu beneran mau sama pak Kaivan?” tanya Sunny. “Ya, mau gimana lagi,” ucapnya hanya mengedikkan bahunya. “Kamu bukannya baru putus dari Yuda? Kemarin yang mendatangimu, dia itu Yuda, kan?” tanya Sunny. Kedua rekannya itu benar-benar dibuat penasaran. “Kalian lihatlah keluar pantry, ada yang
Baca selengkapnya
Bab 23 : Mengetahui Fakta Lain
“Ma, Pa, kalian melihatku dari sana, bukan? Aku berharap kalian selalu mendukungku, aku sudah lelah menjadi orang baik, dan aku juga sudah lelah jadi orang yang selalu dimanfaatkan. Maaf, karena kali ini, aku tidak bisa menuruti perkataan Mama dan Papa.” Khayra duduk di antara dua makam. Dia memandangi nama kedua orang tuanya yang tertulis di batu nisan. Dia meletakkan dua buket bunga di atas pusaran dua makam itu. Kemudian, bangkit dari duduknya dan beranjak meninggalkan pemakaman. Saat sedang berjalan, dia berpapasan dengan seorang pria tua yang berjalan dengan pincang. Khayra menghentikan langkahnya dan menoleh ke sosok tadi, dia merasa mengenal sosok pria tadi.“Sepertinya pria itu tidak asing,” gumam Khayra.Khayra mengurungkan niatnya untuk pulang. Dia berjalan mengikuti langkah pria tadi yang cukup asing baginya.Langkah Khayra terhenti saat melihat sosok pria tadi berhenti tepat di depan makam kedua orang tua Khayra.Khayra terus mengamati sosok itu sekaligus mengingat siap
Baca selengkapnya
Bab 24 : Kritikan Pedas Kaivan
“Kamu pergi kemana seharian kemarin?” tanya Kaivan yang begitu saja membuka pintu kamar. Khayra menoleh ke arahnya. Dia baru saja bangun dari tidurnya. “Aku pergi ke pemakaman orang tuaku,” jawab Khayra. “Sampai larut malam?” tanya Kaivan. “Ya, aku butuh waktu untuk menenangkan diri. Bagaimana pun, sebentar lagi kita akan menikah dan aku masih trauma dengan masalah yang sebelumnya menimpaku. Aku butuh waktu untuk menenangkan diri,” jawab Khayra. “Benarkah seperti itu?” tanya Kaivan. “Ya.” Kaivan menganggukkan kepalanya. “Bersiaplah, kita berangkat ke kantor bersama. Pulang kerja nanti, kita ada janji untuk fiting baju pengantin,” tutur Kaivan. “Baiklah,” jawab Khayra. Kaivan kembali menutup pintu kamar dan meninggalkan Khayra di dalam kamar sendiri. Wanita itu mengusap wajahnya gusar. Dia kembali mengingat kejadian kemarin. Tidak disangka, ternyata banyak sekali hal yang baru
Baca selengkapnya
Bab 25 : Kecurigaan Kaivan
“Bagaimana rasanya jadi kekasih dari bos galak?” tanya Nita saat Kaivan tidak ada di ruangannya karena sedang meeting. “Aku juga sangat penasaran. Apa dia suka marah-marah juga?” tanya Sunny. “Kalau pak Kaivan datang, dan melihat kalian mengepoin kehidupan pribadinya lagi, kalian akan kena tegor,” kekeh Khayra. “Pelit nih, cepat katakan bagaimana,” tanya Nita. “Kami pun sebenarnya sangat penasaran,” seru Cecep membuat ketiga wanita itu menoleh ke arah Cecep yang ternyata mengamati mereka dengan tatapan penuh rasa penasaran. “Si Cecep saja penasaran. Dia bahkan merasa tersisihkan sekarang, karena tidak bisa menemani pak Kaivan lagi pergi lapangan,” kekeh Nita. “Yang jelas, dia tidak semenyeramkan di kantor,” jawab Khayra. “Beneran? Apa dia romantis?” tanya Sunny. Khayra termenung beberapa saat. Dia jadi teringat bagaimana Kaivan mengurusnya, memasak, merawatnya saat sakit, menjadi alarm saat Khayr
Baca selengkapnya
Bab 26 : Terlalu Berat Menahan Beban
“Hujan turun dengan sangat deras,” gumam Khayra melihat keluar jendela. Saat ini dia berada di rumah Kaivan, sedangkan pria itu sedang ada urusan keluar. Khayra jadi teringat obrolan mereka di kantor. Saat itu, Khayra sama sekali tidak bisa menjawab pertanyaan Kaivan mengenai apa yang dia pendam. Bukan tidak ingin berbagi cerita, hanya saja, dia tidak mau membebani Kaivan terlalu banyak. “Hujan selalu mewakilkan hatiku yang merasa kesepian dan gundah gulana,” gumamnya. Khayra memutuskan untuk bermain hujan. Karena dibawah guyuran hujan, dia bisa menangis sepuasnya dan sesak di dadanya akan sedikit berkurang. Wanita itu berjalan menembus hujan yang sangat deras. Dia berdiri di dekat kolam renang dengan merentangkan kedua tangan dan kedua matanya yang terpejam. Dia membiarkan tubuhnya terguyur hujan. ‘Dulu, aku sangat suka bermain hujan, karena terasa menyenangkan, hingga rasanya ingin menari di bawah guyuran hujan. Tetapi berb
Baca selengkapnya
Bab 27 : Wedding
“Nona, semuanya sudah selesai,” seru makeup artist yang membantu Khayra mengenakan gaun pernikahannya yang sangat cantik dan elegan. Malam ini akan diadakan acara resepsi pernikahannya dengan Kaivan, di mana ada 10 ribu undangan yang di sebar. Karena banyaknya kolega dari keluarga Kaivan, keluarga jauh, teman kantor dan teman-teman lainnya. Pernikahan telah selesai siang tadi dan sekarang Khayra sudah menyandang status sebagai Nyonya Kaivan Dirgantara. Keluarga pesohor di Indonesia yang kekayaannya tidak akan habis walau tujuh turunan. Awal kenyataan kalau Tuhan tidak tidur. Saat rencana pernikahannya dengan Yuda dulu, semua Khayra yang mengaturnya, keluarga Yuda ingin pernikahan sederhana yang tidak banyak diketahui banyak orang. Pernikahan sederhana yang disiapkan dari uang Khayra, karena Yuda masih diatur oleh orang tuanya. Tetapi sekarang, pernikahannya dengan Kaivan. Sangat megah, mewah dan bahkan disiarkan di saluran televisi yan
Baca selengkapnya
Bab 28 : Menolak Honeymoon Sendiri
“Maaf aku mengatakan ini lewat pesan. Aku butuh waktu sendiri, jadi beri aku waktu selama dua hari saja. Aku akan segera kembali.” Itulah pesan yang dikirimkan Khayra pada Kaivan melalui pesan teks di ponsel. “Apa-apaan ini,” keluhnya Kaivan mengacak rambutnya yang sudah berantakan karena bangun tidur. Semalam, setelah kembali acara resepsi, mereka tidak berbincang lagi dan pergi ke kamar masing-masing. “Bagaimana bisa dia pergi honeymoon sendiri tanpa aku,” gumamnya. Kaivan mengecek gps di ponselnya dan entah itu sengaja atau tidak, Khayra mengaktifkan gpsnya membuat Kaivan mengetahui di mana wanita itu berada. “Kamu pikir bisa pergi honeymoon sendiri?” gumam Kaivan dengan seringainya. Dia beranjak menuruni ranjang dan masuk ke kamar mandi. Selang beberapa menit, pria itu menenteng tas ransel kecil berisi pakaiannya dan meletakkannya di jok belakang mobil sport miliknya. Kemudian dia masuk ke dalam mobil
Baca selengkapnya
Bab 29 : Trauma Kaivan
“Khayr?” panggil Kaivan yang baru saja bangun dari tidurnya. Dia tidak menemukan Khayra di sampingnya. Tubuh pria itu masih di balut oleh selimut dan tidak memakai apa pun di dalamnya. Kaivan meraih pakaiannya yang berserakan di sekitarnya dan segera mengenakannya. Saat dia hendak bangkit, dia melihat bercak merah di seprai. Dan pria itu sadar kalau dialah yang pertama untuk Khayra. Ada rasa bahagia dan bangga, tetapi ada rasa bersalah juga di dalam hatinya. Setelah mengenakan pakaiannya, Kaivan berjalan keluar dari tenda di mana langit sudah cerah. Suara burung berkicauan terdengar begitu merdu. Netranya dia alihkan ke kanan dan kiri mencari sosok istrinya. Kaivan berjalan mencari Khayra, sampai dia bertemu Khayra yang baru saja keluar dari kamar mandi perempuan, wanita itu terlihat sudah segar, dengan sudah berganti pakaian, dan rambut yang dibalut dengan handuk kecil. “Kamu kenapa di sini? Apa mau ke kamar mandi juga?” tanya Khayra
Baca selengkapnya
Bab 30 : Melawan Trauma
“Aku tidak bisa, kamu saja kalau mau naik,” tolak Kaivan saat Khayra memaksa pria itu untuk naik permainan playing fox yang jauhnya sekitar 700 meter. “Ayolah, kamu tadi berjanji akan menemaniku menaiki wahana di sini,” bujuk Khayra. “Aku menawarkan naik bebek, bukan ini,” seru Kaivan sudah memucat melihat pemandangan playing fox dan area yang akan dilewatinya. Tepat di bawahnya ada jurang yang penuh dengan tumbuhan berwarna hijau. “Kamu saja, ya. Aku tunggu di sini saja,” tolak Kaivan. “Aku maunya kamu ikut. Aman kok, pegang tanganku dengan erat,” ucap Khayra terus membujuk Kaivan. “Kenapa kamu terus memaksaku?” tanya Kaivan. “Lihat mereka yang naik wahana itu. Mereka melawan rasa takut dan berteriak sekencangnya untuk membuat beban di dalam hati plong. Dan itu juga yang ingin aku lakukan,” seru Khayra. Kaivan melihat orang-orang yang naik wahana playing fox di sana. Memang benar, mereka seperti lepas dan
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
15
DMCA.com Protection Status